Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gunduiAvatar border
TS
gundui
[pengalaman umroh] ane jadi kangen sama nabawi baca ini...
ane browsing2 terus nemuin tulisan kesan2 jamaah yg pernah ke nabawi..
bagus deh jadi pengen lagi kesana..
semoga ts dikasih rejeki balik sana aamiin
silakan simak yaa...

Diary Umroh 2: Masjid Nabawi
Masjid Nabawi sore hari
Senin subuh, 18 Februari 2013, kami bangun untuk bersiap-siap shalat di Masjid Nabawi. Mulut ini masih tak henti-hentinya berdecak kagum melihat keindahan Masjid ini. Di terasnya berdiri payung-payung yang terlihat seperti tiang saat sore hingga pagi. Payung-payung ini baru dibuka saat setelah shalat subuh, agar jamaah yang beribadah di teras masjid terlindung dari panas matahari.

Semua bagian masjidnya bersih. Kita bisa shalat dimana saja. Dan kata orang, apapun yang berasal dari tanah haram ini suci. Tapi aku gak tahu pasti, belum pernah dengar dalil nya.

Aku, Mama, Buk Asnah beserta mak Andung menuju Female Area. Mak Andung tetap menggunakan kursi roda. Di pintu masuk, kami diperiksa dulu oleh polisi masjid. Mereka semua memakai burqa berwarna hitam. Hanya menyisakan segaris di bagian mata saja bagian tubuhnya yang bisa dilihat. Kami harus memperlihatkan isi tas dulu sebelum memasuki masjid.
Air zamzam di dalam masjid, bebas diminum sepuasnya

Begitu memasuki masjid, aku disambut pemandangan baru. Ada berpuluh-puluh benda sejenis tangki dibariskan di dalam sana. Seperti galon, tapi terbuat dari logam. Aku tebak itu adalah tempat-tempat air zamzam. Dan benar saja, memang semuanya berisi air zamzam.


Kami terus berjalan ke depan. Saf nya dibatasi pita plastik seperti garis polisi. Jadi kami tidak boleh membuat saf di luar garis itu. Tapi pembatas itu bisa digeser jika jamaah di dalamnya sudah penuh (yang hanya boleh dilakukan polisi masjid), agar bisa masuk yang baru. Jadi tujuannya hanya agar kita memadatkan dulu saf yang di dalam pembatas.

Bahasa Indonesia
Petunjuk di hijab masjid yang menggunakan beberapa bahasa,termasuk Bahasa Indonesia, tanpa Bahasa Inggris
Ada satu hal yang membuat saya terkagum-kagum dan bangga sebagai masyarakat Indonesia disana. Petunjuk-petunjuk di dalam masjid banyak yang menggunakan bahasa Indonesia, termasuk tulisan yang ada di pita plastik pembatas tadi. Para polisi masjidnya bisa berbahasa Indonesia. Ya, walau mungkin hanya seperlunya. Aku melihat mereka menyuruh berdiri beberapa Ibuk-ibuk bermukenah yang bandel membuat saf di luar pita pembatas "Ibuk, berdiri, berdiri. Ke depan ke depan" kata mereka sambil menunjuk-nunjuk ke depan agar si Ibuk memenuhkan dulu saf bagian depan.

Ya, mereka langsung mengenali warga negara Indonesia dari pakaian shalat mereka. Sejauh mata memandang, memang hanya muslimah Indonesia yang menggunakan mukenah, dan beberapa warga negara Malaysia. Konon jamaah Indonesia adalah jamaah terbesar setiap tahunnya emoticon-Big Grin

Aneka Ragam Cara Ibadah
Disana, di bumi Nabi ini, muslim dari berbagai negara berkumpul. Mulai dari bahasa, ras, pakaian, dan termasuk cara-cara beribadah mereka berbeda-beda.
Aku kaget dan bertanya-tanya saat seorang, yang aku tidak tahu dia warga negara mana, sepertinya masih timur tengah, shalat sambil menggendong anaknya yang masih balita. Dia shalat di sampingku, dan saat anaknya menangis, dia mengguncang-guncang gendongannya untuk menenangkan anaknya, padahal sedang shalat!
Sebagian mereka shalat dengan pakaian sehari-hari mereka saja, yang biasanya berupa jubah. Namun tidak sedikit yang shalat tanpa menggunakan kaus kaki, ataupun kerudung yang tidak menutupi seluruh kepala mereka sehingga tampaklah rambutnya di bagian depan. Apakah hal-hal itu tidak termasuk aurat bagi mereka?

Ada juga yang shalat yang dengan sengaja sebelumnya mengembangkan halaman alqur'an yang diinginkannya di tempat sujudnya. Lalu kemudian dia shalat sunnat lamaaaa sekali sambil membaca ayat-ayat di alqur'an yang diletakkannya di sajadah itu.

Masih banyak lagi, mungkin dalam kesempatan lain insyaAllah aku jabarkan lagi mengenai ini emoticon-Smilie

Setelah selesai shalat subuh, langitpun mulai terang. Payung-payung teras mulai dikembangkan. Meski bukan waktu shalat, teras itu tetap ramai oleh jamaah. Ada yang shalat sunnat, berzikir, mengaji, dan juga tidur. Tidak sedikit aku lihat orang-orang yang memang menginap di teras masjid. Mereka adalah orang-orang yang berangkat kesana dengan cara mandiri, dana yang terbatas, tanpa biro perjalanan. Biasanya dari negara-negara yang bisa mencapai Saudi Arabia dengan jalur darat.

Ini juga merupakan hal yang membuat aku takjub. Seberapapun panasnya cuaca, lantai masjid tetap terasa sejuk. Walau kita menginjakkan di bagian yang tidak tertutupi payung. Dan hal ini juga terjadi pada lantai-lantai Masjidil Haram.
Apakah mungkin karena kedatanganku kesana sedang dalam musim dingin? Tidak. Aku bertanya pada Mama, sewaktu beliau haji dulu, cuaca sungguh luar biasa panas, pernah mencapai 540C. Kita gak akan sanggup menginjakkan kaki di jalan tanpa alas kaki. Tapi begitu kita sampai di teras masjid, baik Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram, lantainya tidak pernah terasa panas. Meski kepala kita masih terasa panas. Entahlah apakah karena bahan marmernya yang sangat bagus aku tidak tahu. Aku hanya menganggap ini salah satu anugerah Allah bagi orang-orang yang beribadah disana emoticon-Smilie

Raudhah

عن أبي سعيد الخذري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَا بَيْنَ قَبْرِي وَمِنْبَرِي هَذَا رَوْضَةٌ

“Dari Abi Sa’id al-Khurdri ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tempat di antara kubur dan mimbarku ini adalah Raudhah (kebun) di antara beberapa kebun surga”. (Musnad Ahmad bin Hanbal)

Ada bagian dari Masjid Nabawi yang merupakan salah satu tempat paling mustajab berdoa. Itulah Raudhah. Ia berada di antara maqam Rasulullah dan mimbarnya. Jika karpet Masjid Nabawi biasanya berwarna merah, disini ditandai dengan karpet yang berwarna hijau, dan juga ada kubah berwarna hijau di bagian atasnya. Jika kita sudah sampai pada karpet hijau itu, berarti kita sudah berada di raudhah, dan dianjurkan untuk shalat sunnat dan berdoa disana.

Kata Mama, dulu raudhah ini bisa didatangi kapan saja oleh jamaah. Namun sekarang, karena perluasan masjid, raudhah ini menjadi bagian dari tempat shalat laki-laki. Hanya dibuka untuk perempuan di jam-jam tertentu, yaitu jam 09.00-11.00 dan 13.00-15.00 setiap harinya. Beruntunglah para lelaki..
Tempat ini selalu penuh sesak. Waktu itu alhamdulillah aku bisa kesana, alhamdulillah..setelah antri selama lebih kurang 2 jam. Saat shalat disana jangan heran kalau kepala kita dilangkahi sewaktu sujud, atau bahkan tertendang oleh orang yang lalu lalang. Karena itu tadi, selalu penuh sesak. Polisi masjidnya selalu siaga mengusir orang-orang supaya tidak terlalu lama disana, agar bisa bergantian dengan orang berikutnya.

Keamanan disini diperketat. Tidak diizinkan membawa kamera maupun handphone berkamera. Tapi itu hanya berlaku bagi perempuan. Aku heran awalnya kenapa larangan itu hanya berlaku bagi perempuan. Namun setelah aku pikir-pikir, mungkin ini bertujuan menjaga izzah para wanita. Contohnya, tidak sedikit disana para 'cadarer' yang membuka cadarnya di dalam masjid. Nah tentu mereka tidak mau wajah yang selalu berusaha mereka tutupi bisa beredar melalui potret-potret tidak sengaja dari orang lain.
Itulah Masjid Nabawi. Keren. Subhanallah. Keren!
Itu hanya sedikit hal yang bisa aku gambarkan. Begitu banyak isi hati ini yang meluap-luap setiap mengingat Masjid yang indah itu, namun mungkin tak tertuang di tulisan di atas.
Sungguh, aku ingin kembali kesana!
0
2.8K
19
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan