- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Emang Keturunan Rasulullah Masih Ada ?


TS
relawan313
Emang Keturunan Rasulullah Masih Ada ?
Assalamu'alaikum Wr Wb
Quote:
"Katakanlah (wahai Muhammad) aku tidak minta upah apa-apa selain kecintaan kalian pada kerabatku" (QS Assyuura : 23)
Halo agan-agan semua. Ane pengen sharing tentang Keluarga Nabi Muhammad SAW atau yg sering dipanggil dengan gelar Habib/Habaib yg sering menghiasi telinga kita ketika ada acara majelis ta'lim. Terlebih lagi yg tinggal di Jakarta, pasti di jalan-jalan sering liat Baliho Majelis Ta'lim yg selalu menampilkan nama penceramah utama dengan gelar tersebut, apalagi di Bulan Maulid ini. Mudah-mudahan thread ini ga
dan
gan. Mari gan kita simak.


Spoiler for PENTING:
MOHON DIBACA DENGAN PERLAHAN, MAKA AKAN ANDA RASAKAN BEDANYA
Quote:
Habib/Habaib ?
Spoiler for Habib:

Habib (Jamaknya adalah Habaib) artinya kekasih, bisa untuk keturunan Rasul saw. atau siapa saja. Jika wanita maka habibah, bisa juga untuk semua orang. Di Indonesia dan beberapa negara islam, sebutan tersebut dijadikan gelar untuk memuliakan keturunan Rasul SAW, sebagaimana dengan perintah Allah SWT :
"Katakanlah (wahai Muhammad) aku tidak minta upah apa-apa selain kecintaan kalian pada kerabatku" (QS Assyuura : 23).
Setiap negara mempunyai kebiasaan masing masing dalam menyebutkan gelar bagi keturunan Rasulullah saw. Sebagaimana di Negara Saudi Arabia yang mana kata "Sayyid" digunakan untuk tuan atau majikan dan juga dipakai untuk keturunan Nabi saw. Tanpa digelari pun tidak apa-apa, karena perintahnya adalah mencintai keluarga Nabi saw. secara umum.
Quote:
Keturunan Nabi Muhammad SAW Terputus ?
Spoiler for Habib:

Beberapa orang beranggapan bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW pada saat ini sudah tidak ada dengan alasan semua anak laki-laki Nabi SAW wafat (Qasim, Ibrahim dan Abdullah). Sedangkan yang tersisa adalah Sayyidatuna Fathimah Az Zahra’ dan putri - putri beliau SAW yang lainnya.
Di dalam Islam kita memahami bahwa garis keturunan (nasab) seorang anak hanya bersambung pada Ayahnya. Hal ini memang benar, namun ada pengecualian untuk anak dari Sayyidatuna Fatimah Az Zahra ra (Sayyidina Hasan dan Husein ra). Hadits yang mendukung ini banyak, diantaranya Rasulullah SAW bersabda bahwa semua keturunan adalah dari ayahnya, kecuali anak-anak Fathimah, ia bernasab padaku. Diantaranya teriwayatkan pada Sunan Imam Baihaqi Al Kubra Juz 10 hal.114 dan Sunan Addaruqutniy, sanadnya shahih.
Dan dalil terkuatnya adalah ketika diantara orang kuffar Quraisy mencela Nabi SAW bahwa beliau SAW itu putus keturunan atau tidak punya keturunan dan dalam bahasa arabnya adalah abtar. maka Allah SWT menjawab :
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”. ( QS. Al Kautsar : 3 )
Ayat tersebut menjawab semua mereka yang mengatakan putusnya keturunan Nabi SAW, merekalah yang akan di putus keturunannya oleh Allah swt, wal’iyazubillah, jadi kalau bicara atau berpendapat mesti hati-hati ya gan, harus ada referensi yg jelas dan kuat. Dan ayat ini juga menjawab bahwa keturunan Nabi SAW berkesinambungan, tidak terputus sampai di masa Nabi Isa bin Maryam dibangkitkan kembali di akhir zaman.
Quote:
Menikah Dengan Keluarga Rasulullah SAW
Spoiler for Habib:

Imam Syafi'i dan Madzhab Syafi'i berpendapat pernikahan antara keturunan Rasul saw dengan yang bukan keturunan Rasul saw adalah tidak kufu (tidak setara), Imam Syafii juga menganggap tidak kufu pernikahan antara orang miskin dan orang kaya,
Mengapa ? Jangan berprasangka buruk dahulu terhadap Imam besar ini, sungguh Imam Syafi'i melihat ketika seorang wanita miskin menikah dengan pria yang kaya, maka sering terjadi sang wanita tersiksa, tak terbiasa mengikuti adat suaminya yang mewah seperti makanannya, cara bergaulnya. Maka jadilah si istri terhina dan dianggap kampungan oleh keluarga suami, hal ini hampir selalu terjadi.
Sebaliknya ketika seorang pria miskin menikahi wanita kaya, maka ia tak akan mampu menutupi kebutuhan istrinya, maka istri harus menahan diri dan tersiksa demi menyesuaikan diri dengan pria/suami yang miskin. Disinilah Imam Syafi'i mengatakan pernikahanya tidak kufu, demi menjaga kelangsungan asri nya rumah tangga itu sendiri.
Begitu juga pernikahan wanita syarifah (wanita dari keturunan Rasul SAW.) dengan pria yang bukan dzurriyyah (keturunan dari Rasul SAW.) akan memutus jalur keturunan Rasul SAW. Semestinya keturunan Rasul SAW dilestarikan dan dijaga, sebagaimana firman Allah SWT :
"Katakanlah (wahai Muhammad), aku tak meminta pada kalian upah bayaran atas jasa ini, terkecuali kasih sayang kalian pada keluargaku" (QS Assyuura : 23).
Namun wanita syarifah sah menikah dengan pria yg bukan dzurriyyah bila walinya setuju dan wanita itu sendiri setuju, namun ada pendapat yg mengatakan yg dimaksud walinya adalah bukan ayahnya saja, tapi semua dzurriyah yang ada dimuka bumi. Namun pendapat yg mu'tamad (dipegang) oleh ulama kita saat ini adalah cukup disetujui oleh wanita tsb dan walinya.
Quote:
Habaib Juga Manusia
Spoiler for Habib:

Fenomena yg biasa terjadi di masyarakat kita jika melihat seseorang yg berasal dari kalangan terpandang seperti ulama atau habaib melakukan perbuatan buruk adalah kita akan menghukuminya dengan mencela, mencibir atau mencacinya dengan porsi lebih dibandingkan dengan yang lain. Tentu hal tersebut keliru gan, mereka juga manusia yg pasti berbuat salah dan dosa. Terus bagaimana dong gan ?
Begini gan, kecintaan pada keturunan Rasul SAW. adalah kecintaan yang suci dan tulus, tak bisa terkotori hanya dengan perbuatan buruk mereka, karena kecintaan kita bukan karena mereka tapi karena Rasulullah SAW. Sebagaimana kita mencium hajarul aswad, tentunya bukan karena hajarul aswad, tapi karena telah dicium oleh Rasulullah SAW. Maka lebih lagi pada keturunan Rasul SAW.
Mengenai masalah mereka hafal maulid (bacaan riwayat Nabi Muhammad SAW.), pinter ngaji, dsb tapi mereka mungkar atau berbuat buruk, maka kita mengajaknya kepada KEBAIKAN semampunya dan MENDOAKANNYA, bukan mencela dan mencaci mereka. Analoginya adalah jika kita melihat terdapat najis di Ka'bah, apakah kita berhenti menghadapkan kiblat ke Ka'bah ?, Justru berusahalah membenahi dan menyucikannya kembali, demikian jika terdapat najis pada hajarul aswad, apakah kita mencopot dan membuangnya ?, tentunya orang yg berakal sehat akan MEMBERSIHKANNYA dan TAK MAU MENYEBARLUASKANNYA.
Note: Kita diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk tidak mencela, mencibir, memaki, menggunjing, dsb kepada siapapun yg melakukan perbuatan buruk. Cara yang benar adalah dengan menasehati dengan lemah lembut dan mendoakannya.
Selain penjelasan di atas, ada juga penjelasan tentang keturunan Rasulullah SAW oleh salah seorang Ulama Besar di negeri ini, yaitu Buya HAMKA Allahuyarham. Cekidot gan...
Spoiler for HAMKA:
HAMKA dan Keturunan Rasulullah SAW

H. Rifai, seorang Indonesia beragama Islam yang tinggal di Florijn 211 Amsterdam, Nederland, pada tanggal 30 Desember 1974 telah mengirim surat kepada Menteri Agama H.A Mukti Ali dimana ia mengajukan pertanyaan dan mohon penjelasan secukupnya mengenai beberapa hal diantaranya tentang keturunan Rasulullah saw.
Oleh Menteri Agama diserahkan kepada Prof. Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) untuk menjawabnya melalui Panji Masyarakat[1], dengan pertimbangan agar masalahnya dapat diketahui umum dan manfaatnya lebih merata. Jawaban HAMKA atas pertanyaan diatas sebagai berikut :
Yang pertama sekali hendaklah kita ketahui bahwa Nabi saw tidak meninggalkan anak laki-laki. Anaknya yang laki-laki yaitu Qasim, Thaher, Thayib dan Ibrahim meninggal di waktu kecil belaka. Sebagai seorang manusia yang berperasaan halus, beliau ingin mendapat anak laki-laki yang akan menyambung keturunan (nasab) beliau. Beliau hanya mempunyai anak-anak perempuan, yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulsum dan Fathimah. Zainab memberinya seorang cucu perempuan. Itupun meninggal dalam sarat menyusu. Ruqayyah dan Ummu Kulsum mati muda. Keduanya isteri Usman bin Affan, meninggal Ruqayyah berganti Ummu Kulsum (ganti tikar). Ketiga anak perempuan inipun meninggal dahulu dari beliau.
Hanya Fathimah yang meninggal kemudian dari beliau dan hanya dia pula yang memberi beliau cucu laki-laki. Suami Fathimah adalah Ali Bin Abi Thalib. Abu Thalib adalah abang dari ayah Nabi dan yang mengasuh Nabi sejak usia 8 tahun. Cucu laki-laki itu ialah Hasan dan Husain. Maka dapatlah kita merasakan, Nabi sebagai seorang manusia mengharap anak-anak Fathimah inilah yang akan menyambung turunannya. Sebab itu sangatlah kasih saying dan cinta beliau kepada cucu-cucu ini. Pernah beliau sedang ruku’ si cucu masuk ke dalam kedua celah kakinya. Pernah sedang beliau sujud si cucu berkuda ke atas punggungnya. Pernah sedang beliau khutbah, si cucu duduk ke tingkat pertama tangga mimbar.
Al-Tarmidzi merawaikan dari Usamah Bin Zaid bahwa dia (Usamah) pernah melihat Hasan dan Husain berpeluk di atas ke dua belah paha beliau. Lalu beliau saw berkata, ‘Kedua anak ini adalah anakku, anak dari anak perempuanku. Ya Tuhan aku saying kepada keduanya’.
Dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Abi Bakrah bahwa Nabi saw pernah pula berkata tentang Hasan, ‘Anakku ini adalah SAYYID (tuan), moga-moga Allah akan mendamaikan tersebab dia diantara dua golongan kaum muslimin yang berselisih’.
Nubuwat beliau saw itu tepat. Karena pada tahun 60 hijriyah Hasan menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah, karena tidak suka melihat darah kaum muslimin tertumpah. Sehingga tahun 60 itu dinamai ‘Tahun Persatuan’. Pernah pula beliau berkata, ‘Keduaanakku ini adalah SAYYID (tuan) dari pemuda-pemuda di syurga kelak’.
Barangkali ada yang bertanya : ‘Kalau begitu jelas bahwa Hasan dan Husein itu cucunya, mengapa dikatakannya anaknya ?. Ini adalah pemakaian bahasa pada orang Arab, atau bangsa-bangsa Semit. Di dalam alquran surat ke-12 (Yusuf) ayat 6 disebutkan bahwa nabi Ya’kub mengharap moga-moga Allah menyempurnakan ni’mat-Nya kepada puteranya Yusuf, sebagaimana telah disempurnakan-Nya ni’mat itu kepada kedua bapamu sebelumnya, yaitu Ibrahim dan Ishak. Padahal uang bapak atau ayah dari Yusuf adalah Ya’kub. Ishak adalah neneknya dan Ibrahim adalah nenek ayahnya. Di ayat 28 Yusuf berkata, ‘Bapak-bapakku Ibrahim dan Ishak dan Ya’kub’. Artinya nenek-nenek moyang disebut bapak, dan ucu cicit disebut anak-anak. Menghormati keinginan Nabi yang demikian, maka seluruh ummat Muhammad menghormati mereka. Tidakpun beliau anjurkan, namun kaum Quraisy umumnya dan Bani Hasyim dan keturunan Hasan dan Husain mendapat kehormatan istimewanya di hati kaum muslimin.
Bagi ahlus sunnah hormat dan penghargaan itu biasa saja. Keturunan Hasan dan Husain dipanggilkan orang SAYYID kalau untuk banyak SADAT. Sebab Nabi mengatakan ‘Kedua anakku ini menjadi SAYYID (tuan) dari pemuda-pemuda di syurga’. Di setengah negeri di sebut SYARIF, yang berarti orang mulia atau orang berbangsa, kalau banyak ASYRAF. Yang hormat berlebih-lebihan, sampai mengatakan keturunan Hasan dan Husain itu tidak pernah berdosa, dan kalau berbuat dosa segera diampuni Allah adalah ajaran (dari suatu aliran-penulis) kaum Syi’ah yang berlebih-lebihan.
Apatah lagi di dalam alquran, surat ke-33 ‘al-Ahzab’, ayat 30, Tuhan memperingatkan kepada isteri-isteri Nabi bahwa kalau mereka berbuat jahat, dosanya lipat ganda dari dosa orang kebanyakan. Kalau begitu peringatan Tuhan kepada isteri-isteri Nabi, niscaya demikian pula kepada mereka yang dianggap keturunannya.
Menjawab pertanyaan tentang benarkah Habib Ali Kwitang dan Habib Tanggul keturunan Rasulullah saw ? Sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan-keturunan Hasan dan Husain itu datang ke tanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu, Kepulauan Indonesia dan Filipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam di seluruh Nusantara ini. Penyebar Islam dan pembangun kerajaan banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanau dan Sulu. Sesudah pupus keturunan laki-laki dari Iskandar Muda Mahkota Alam pernah bangsa Sayid dari keluarga Jamalullail jadi raja di Aceh. Negeri Pontianak pernah diperintah bangsa sayid al-Qadri. Siak oleh keluarga bangsa sayid Bin Syahab. Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa sayid Jamalullail. Yang Dipertuan Agung III Malaysia Sayid Putera adalah raja Perlis. Gubernur Serawak yang sekarang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang ialah dari keluarga Alaydrus. Kedudukan mereka di negeri ini yang turun temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri di mana mereka berdiam. Kebanyakan mereka jadi ulama. Mereka dating dari hadramaut dari keturunan Isa al-Muhajir dan al-Faqih al-Muqaddam. Mereka dating kemari dari berbagai keluarga. Yang kita banyak kenal ialah keluarga Alatas, Assaqaf, Alkaf, Bafaqih, Alaydrus, Bin Syekh Abubakar, Al-Habsyi, Al-Haddad, Bin Smith, Bin Syahab, Al-Qadri, Jamalullail, Assiry, Al-aidid, Al-jufri, Albar, Al-Mussawa, Gathmir, Bin Aqil, Al-Hadi, Basyaiban, Ba’abud, Al-Zahir, Bin Yahya dan lain-lain. Yang menurut keterangan almarhum Sayid Muhammad bin Abdurrahman Bin Syahab telah berkembang jadi 199 keluarga besar. Semuanya adalah dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Ahmad bin Isa al-Muhajir Illallah inilah yang berpindah dari Basrah ke Hadramaut. Lanjutan silsilahnya ialah Ahmad bin Isa al-Muhajir bin Muhammad al-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far al-Shaddiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain al-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib. As-Sibthi artinya cucu, karena Husain adalah anak dari Fathimah binti Rasulullah saw.
Sungguhpun yang terbanyak adalah keturunan Husain dari Hadramaut itu, ada juga yang keturunan Hasan yang dating dari Hejaz, keturunan syarif-syarif Mekkah Abi Numay, tetapi tidak sebanyak dari Hadramaut. Selain dipanggilkan Tuan Sayyid, mereka dipanggil juga HABIB, di Jakarta dipanggilkan WAN. Di Serawak dan Sabah disebut Tuanku. Di Pariaman (Sumatera Barat) disebut SIDI. Mereka telah tersebar di seluruh dunia. Di negeri-negeri besar seperti Mesir, Baghdad, Syam dan lain-lain mereka adakah NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan mendaftarkan keturunan-keturunan itu. Di saat sekarang umumnya telah mencapai 36-37-38 silsilah sampai kepada sayidina Ali dan Fathimah.
Dalam pergolakan aliran lama dan aliran baru di Indonesia, pihak al-Irsyad yang menantang dominasi kaum Ba’alawi menganjurkan agar yang bukan keturunan Hasan dan Husain memakai juga title sayid di muka namanya. Gerakan ini sampai menjadi panas. Tetapi setelah keturunan Arab Indonesia bersatu, tidak pilih keturunan Alawy atau bukan, dengan pimpinan AR Baswedan, mereka anjurkan menghilangkan perselisihan dan masing-masing memanggil temannya dengan ‘al-Akh’, artinya saudara.
Maka baik Habib Tanggul di jawa Timur dan almarhum Habib Ali di Kwitang Jakarta, memanglah mereka keturunan dari Ahmad bin Isa al-Muhajir yang berpindah dari Basrah ke Hadramaut itu, dan Ahmad bin Isa tersebut adalah cucu tingkat ke-6 dari cucu rasulullah Husain bin Ali bin Abi Thalib itu. Kepada keturunan-keturunan itu semua kita berlaku hormat dan cinta, yaitu hormat dan cintanya orang Islam yang cerdas, yang tahu harga diri. Sehingga tidak diperbodoh oleh orang-orang yang menyalahgunakan keturunannya itu. Dan mengingat juga akan sabda Rasulullah saw, ‘Janganlah sampai orang lain dating kepadaku dengan amalnya, sedang kamu dating kepadaku dengan membawa nasab dan keturunan kamu’. Dan pesan beliau pula kepada puteri kesayangannya, Fathimah al-Batul, ibu dari cucu-cucu itu, ‘Hai Fathimah binti Muhammad, beramallah kesayanganku. Tidaklah dapat aku, ayahmu menolongmu di hadapan Allah sedikitpun’. Dan pernah beliau bersabda, ‘Walaupun anak kandungku sendiri fathimah, jika dia mencuri aku potong juga tangannya.’
Sebab itu kita ulangilah seruan dari salah seorang ulama besar Alawy yang telah wafat di Jakarta ini, yaitu sayid Muhammad bin Abdurrahman Bin Syahab, agar generasi-generasi yang dating kemudian dari turunan Alawy memegang teguh agama Islam, menjaga pusaka nenek-moyang, jangan sampai tenggelam ke dalam peradaban Barat. Seruan beliau itupun akan tetap memelihara kecintaan dan hormat ummat Muhammad kepada mereka.
[1] Panji Masyarakat No. 169/Tahun ke XVII, 15 Februari 1975 (4 Shafar 1395 H) hal 37-38.
Quote:
KESIMPULAN
1. Kecintaan kita kepada Keluarga/Keturunan Rasulullah SAW didasari pada tiga hal:
- Karena perintah Allah SWT (QS Assyuura : 23).
- Karena Kecintaan kita kepada Rasulullah SAW.
- Karena jasa-jasa mereka dalam menyebarkan Agama Islam di seluruh penjuru dunia.
2. Habib atau Sayyid merupakan gelar dari para pecinta Rasulullah SAW terhadap Keturunan Rasulullah SAW. Dan para Habaib yg mengerti dan paham akan ilmu dan norma2 syariah tidak senang gelar itu disebut2, mereka lebih senang setiap keturunan Rasulullah SAW itu tak usah membangga-banggakan nasabnya itu, karena penghargaan adl utk Rasul SAW, bukan utk mereka. Namun mereka terikat dengan Rasul SAW, maka mereka terkena gelar tsb.
3. Jika kita mencintai Rasulullah SAW, sudah pasti kita akan mencintai keluarga Rasul SAW. Mencintai mereka tentunya bukan dg cinta buta, karena kecintaan kita kepada keluarga Rasul SAW bukan karena pribadi mereka, tapi karena kecintaan kita pd Rasul SAW, oleh sebab itu cinta kita pd mereka terkait dg norma2 syariah yg dibawa oleh Rasul SAW. Maka bila kita lihat ada keturunan Rasul SAW yg salah arah, tentunya bukanlah kita memusuhinya, tapi berusaha menolongnya dari kesalahan, bila kita tidak mampu maka berdoalah agar ia mendapat hidayah dari Allah SWT. Karena mendoakan mereka tentunya bentuk hakikat kecintaan kita pd Rasul SAW..
Sekian thread dari ane ini, semoga bermanfaat bagi agan-agan semua. Mohon maap juga ya kalo ada kesalahan dalam penulisan.
Spoiler for SUMBER:
Diubah oleh relawan313 24-01-2014 21:28
0
12.1K
Kutip
56
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan