

TS
rantau
Rantau
Rantau
Quote:
Genap satu bulan lamanya, seluruh siswa SMA kelas tiga menunggu namanya tercantum di tengah-tengah ribuan nama lainnya, di halaman penuh surat kabar ternama. Tanggal delapan bulan lima, tiga tahun silam, saatnya universitas jaket kuning itu mengumumkan. Sekaligus menjadi awal mula mengapa aku harus pergi ke kampung orang untuk melanjutkan pendidikan. Ya, namaku tak ada di surat kabar itu. Adalah kekecewaan yang mendalam, ketika upaya yang kulakukan tidak membuahkan hasil yang kuharapkan. Asa tak punya kuasa. Namun, cita yang menggebu tak boleh menjadi abu. Ayah dan Ibu sudah setuju, aku merantau menuntut ilmu.
Quote:
Mataku terbuka, mengakhiri delapan jam tubuhku terjaga. Aku terbangun, mengumpulkan jiwaku untuk kembali berhimpun. Dari kejauhan aku mendengar samar, "Sudah sampai, sudah sampai," kata salah satu awak petugas. Aku bergegas, turun dari kereta dengan lugas.
Lingkungan ini begitu asing. Baru pertama kali aku menginjakkan kaki di sini. Tak terbayangkan olehku sebelumnya, aku benar-benar berada di tempat ini. Tempat yang selama ini aku tak tahu bentuk dan wujudnya. Tempat yang hanya pernah aku dengar sebagai salah satu judul tembang yang dinyanyikan oleh pedangdut terkenal, Didi Kempot.
Aku membuang nafas panjang, sebagai wujud kelegaan. Ternyata ada yang kuketahui tentang kota ini. Walaupun sekedar potongan tembang dangdut yang melegenda itu.
Lingkungan ini begitu asing. Baru pertama kali aku menginjakkan kaki di sini. Tak terbayangkan olehku sebelumnya, aku benar-benar berada di tempat ini. Tempat yang selama ini aku tak tahu bentuk dan wujudnya. Tempat yang hanya pernah aku dengar sebagai salah satu judul tembang yang dinyanyikan oleh pedangdut terkenal, Didi Kempot.
Ning Stasiun Balapan
Kuto Solo sing dadi kenangan
Kowe karo aku
Kuto Solo sing dadi kenangan
Kowe karo aku
Aku membuang nafas panjang, sebagai wujud kelegaan. Ternyata ada yang kuketahui tentang kota ini. Walaupun sekedar potongan tembang dangdut yang melegenda itu.
Quote:
Tiga kali sudah kuganti kalender yang menempel di dinding kamar kostku. Ya, tiga tahun sudah aku berada di kota kecil ini. Bukan kota metropolitan, kota yang jauh dari keramaian. Bukan kota adidaya, kota yang kental berbudaya. Tak terhitung pengalaman berharga yang kudapatkan. Setidaknya cukup untuk aku mengerti, beginilah kenyataan hidup yang dialami mereka yang merantau.
Quote:
Aku Tahu Kemana Aku Harus Pulang
Quote:
Melakukan rutinitas di ruangan kecil berukuran 2x3 sungguh bukan menjadi masalah bagiku. Aku bersyukur. Aku mengetahui makna yang tersirat bahwa sebenarnya hidup di rumah yang selama ini kutinggali ternyata merupakan kenikmatan yang luar biasa. Tidur di kamar yang luas, nyaman, serta penuh dengan fasilitas, menggunakan kamar mandi tanpa harus menunggu jika masih digunakan, makan tanpa harus repot memasak sendiri atau membeli di luar yang aku sendiri tak tau sejauh mana standar higienisnya, sesungguhnya adalah kenikmatan yang aku dambakan sekarang, kenikmatan yang tak aku sadari jikalau aku tak pergi ke tanah rantau. Setidaknya, aku bersyukur, aku tau kemana aku harus pulang.
Quote:
Aku Tahu Siapa yang Aku Rindukan
Quote:
Ayah, setiap hari mengadu padu, menghidupiku. Ibu, setiap pagi mengukuh peluh, menampik keluh, memenuhi yang kubutuh. Kakak, mendengar resah, meredam gelisah, membagi pengalaman agar aku terasah. Jumlah detik jarum jam, sejumlah itu pula aku bersama mereka, berbagi cerita, tebar suka dan duka. Sebelum aku menginjakkan kaki di kota ini, aku tak pernah merasakan rindu yang sebegitu rindu. Tak membutuhkan jarak 612 kilometer, atau setidaknya delapan jam waktu perjalanan, untuk berada di dekap jemari mereka. Aku tau siapa yang kurindu.
Quote:
Aku Berdiri di Atas Kaki Sendiri
Quote:
Saat tersadar bahwa tak ada orang yang bisa menjadi jangkar atas kapalku, saat itu pula aku tersadar bahwa akulah nahkoda yang paling mampu melaju. Sungguh, aku takkan mampu melakukan segalanya sendiri, jikalau rantau tak pernah terjadi. Kondisi memaksaku untuk benar-benar mandiri. Kondisi memaksaku tak menjadi parasit, di pohon yang tumbuh gesit.
Quote:
Aku Mengulang Perkenalan dengan Orang yang Kukenal
Quote:
Kakakku berkata sesuatu sesaat sebelum kereta melaju, "Saat berada di rantau, tak ada yang memantau," ujarnya. Seratus nilai utuh untuk kakakku. Aku merasa seperti warga negara yang baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya. Aku bebas mengibar bendera, tanpa terpenjara. Darah muda bergejolak mengalir deras di nadiku. Ya, dugaanmu benar. Segala macam kenakalan pernah kulakukan. Bolos kuliah, judi, mabuk-mabukan, membuat onar, apalagi? Aku pernah lakukan. Begitulah remaja, tak begitu sahaja. Namun, Tuhan masih menyayangiku. Ia menegurku klasik, agar kembali ke yang baik. Alhasil kini, apa yang akan ku lakukan, wajib hukumnya kupertimbangkan. Aku merasa lebih dewasa. Jauh lebih mengenal diri, dibanding sebelum rantau mengajari. Manusia, baru boleh dikata manusia bila sudah mengetahui kesejatiannya, bila sudah mengenali jati dirinya. Terpaksa aku berkenalan untuk kedua kalinya, dengan diriku.
Quote:
Aku Tak Pantang untuk Terkembang
Quote:
Aku adalah air, yang tak berada di pesisir. Aku merasa teramat nyaman, dapat menghiasi kolam di tengah taman. Tak lama kian kupandang, aku rusak diam tertahan. Saatnya aku memilih, untuk tetap ringkih, atau mengalir agar jernih. Ya, setidaknya begitulah filosofi diriku ketika pergi merantau. Aku berhasil meninggalkan zona nyaman, dengan harapan diri dapat terkembang. Aku menemui wajah baru, suasana baru, peristiwa baru. Membiasakan diri, beradaptasi. Mempelajari etika, menjadi budaya seketika. Beruntunglah aku. Memperoleh pengalaman seru, sebagai pembelajaran baru.
Diubah oleh rantau 23-01-2014 21:41
0
9.2K
Kutip
247
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan