- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pertanyaan Teka-Teki ; Yang Bisa Buat Ngetes Agan Kaskuser Jenius Ato Ndak?


TS
digitakprintink
Pertanyaan Teka-Teki ; Yang Bisa Buat Ngetes Agan Kaskuser Jenius Ato Ndak?
Pertanyaan ini ane jamin akan bikin agan garuk-garuk kepala dan penasaran.
Soale ane seminggu ini dah garuk-garuk kepala gan, mpe botakkkk
Cekidot deh gan >
Selamat berpikir gan....
Ane melempar pertanyaan bukan berati tahu jawabannya lho gan, tapi udah lumayan riset kecil-kecilan sih. Tapi tepet ga nemu jawabannya.
Terima kasih atas respon agan-agan semua...
Sebenarnya mayoritas agan2 yang pada komeng atau sekedar baca thread ini gagal paham terhadap pertanyaan n argumen ane. Sorry ndorry gan, skill pemaparan masalahane sangatlah terbatas. Tapi juga gak sedikit kok yang bisa pada nyantol n udah ngeh, sukur dah.
Kalo dijabarin itu sebenere pertanyaan ane itu begini maksudnya gan ;
Misal dimasa lalu kita sudah berkerja, keringat kita dibayar duit 100rb senilai 10 karung beras disaat itu. Uangnya lalu kita simpan untuk hari kelak dibawah bantal atau bank. Lima tahun kemudian kita belanjakan uang seratus ribu tadi, anehnya tidak bisa dapat 10 karung beras, hanya 8 karung beras.
Berati system yang berjalan telah mngakibatkan nilai keringat kita yg senilai 10 karung beras tadi menjadi 8 karung beras, dan ini disebut inflasi.
Jika menurut asas keadilan, maka orang yang waras akan melihat ini sebuah kecurangan atau ketidak adilan. Karena tidak boleh nilai keringat kita dimasa lalu dihilangkan nilainya begitu saja. Keringat yang tanpa bayaran/upah adalah perbudakan.
Berdasarkan itu, ane melihat sebuah kesamaan antara energi dengan hukum kekekalan energinya, dengan keringat2 hasil kerja kita yg dikonversi ke dalam nilai uang. Sama-sama tidak boleh hilang pada intinya. Hilangnya hanyalah berganti bentuk saja. Yang satu berdasarkan asas hukum kekekalan energi, yang satu berdasarkan asas keadilan.
Tapi faktanya memang tetap hilang, nilai keringat2 tadi. Maka ane bertanya kemanakah larinya nilai yang hilang tadi?
Mengalir ke pihak mana nilai2 yg hilang tadi dan prosesnya ntuh bijimane?
Bayangkan saja ditahun 2013, terdapat 3000 trilyun rupiah yang ditabungkan nasabah ke bank2 komersial mereka, nilai-nilai 3000 T tadi, lambat tapi pasti akan kehilangan nilainya, bunga tabungan/deposito mustahil mengimbangi laju inflasi. Belum lagi uang yg beredar dan disimpan masyarakat sendiri tentu masih banyak. Edan brur...perampokan besar2ran ntuh, tanpa kita sadar.
Nah setelah saling tanya dan tebak bareng agan2 di thread ini n saling kasih kasih argumen yg kadang nyambung kadang bablas, ah syudahhlahh...hha
Akhirnya kita dapet kesimpulan gini ;
Bahwa kita kehilangan nilai atas keringat kita dimasa lalu akibat kita/masyarakat/pemerintah menggunakan system ekonomi riba, seperti berhutang ke bank dengan interest/bunga dalam berbagai macam bentuk, juga debt base money system yg dipakai negara. Kita seperti menggali lubang didalam kapal dan orang lain didalam kapal yang tidak ikut menggali akhirnya ikut tenggelam/merugi juga.
Dan ternyata nilai-nilai yang hilang tadi mengalir ke para bankir internasional.
Pemerintah dan para bankirlah yang paling diuntungkan dari system ini.
Buat detailnya cekidot spoiler bawahnya gan >>>
Semua diawali ketika negara kita membuat uang. Karena setiap uang yg beredar harus ada jaminannya, maka pemerintah menjaminkan SUN alias Surat Hutang Negara ke pada bank sentral BI agar dicetakkan uang rupiah. Dijaman dahulu negara2 didunia pake jaminan emas buat mencetak uang, disebut uang kartal, tapi sejak Perjanjian Bretton Wood ditinggalkan, sudah ndak pake lagi.
Kadang selain dengan SUN negara juga bisa menjaminkan dollar hasil dari pinjaman luar negri.
Lalu bank sentral BI membuatkan uang2 yg dijamin SUN tadi dan dicatat sebagai hutang negara, dan wajib dikembalikan ke bank sentral dengan dikenai bunga/tambahan.
Kok aneh ya? kok negara nyetak uang pake hutang plus bunga segala, berati negara gak bisa nyetak uang dong? hha ga tau pokoknya gitulah gan...
kalo gak percaya cekidot berita detik.com ini.
(BI adalah lembaga independen, bukan milik negara, dan ke mandiriannya dijamin oleh undang-undang.)
Sistem pembuatan uang tadi disebut debt base system money.
Sehingga untuk mengembalikan hutang negara plus bunga ke bank sentral tadi, negara memungut pajak ke rakyat, semakin banyak cetak uang semakin tinggi pula pajaknya. Konon itu supaya uang bisa kembali masuk ke bank sentral agar peredaran rupiah dimasyarakat terkontrol, sehingga inflasi bisa dikurangi.
Kemudian uang-uang tadi berputar didalam ekonomi rakyat. Pinjaman atau kredit diberikan kepada rakyat agar rakyat bisa memiliki modal untuk memulai membuat produksi. Dikarenakan system ekonominya berbasis bunga/penambahan maka semakin rakyat membuat kredit/pinjaman, jumlah volume uang yang dibutuhkan akan semakin banyak untuk menjamin roda ekonomi yang berbasis bunga tadi tetap berputar. Negara harus pandai2 mengatur strategi agar supplai uang terjaga, tidak terdefliasi dan juga tidak inflasi terlalu cepat. Walaupun inflasi hukumnya pasti dalam system perbankan dunia ini, tapi negara dituntut agar menjaga inflasi tidak terlalu cepat.
Inflasi adalah naiknya harga2 diakibatkan bertambahnya jumlah uang beredar dimasyarakat, sehingga sesuai hukum permintaan penawaran, semakin banyak jumlah volume uang maka semakin berkurang nilainya. Hal itu bisa dikurangi jika semakin banyak uang yang beredar bisa diimbangi oleh banyaknya barang/jasa yg diproduksi masyarakat. Masalahnya bunga bukanlah tercipta oleh sebuah proses produksi, bunga adalah penambahan. Ada atau tidak ada produksi, bunga tetap harus dipenuhi.
Jadi nilai-nilai keringat kita yang hilang tadi adalah akibat negara terus memberikan suplai uang dengan mencetak uang lagi, dampak dari kredit yang diciptakan rakyat untuk melakukan produksi barang/jasa.
Jadi dalam system yang berlaku saat ini, negara dan bankirlah yang paling diuntungkan. Negara memperoleh keringat gratis dari rakyat, sementara bankir disetiap level bisa menghisap untung dari bunga2 yaang bermekaran didalam system.
Setiap hari rakyat dipacu untuk berproduksi memajukan ekonomi negara, dimana semakin tinggi produksi makin tinggi juga kreditnya, makin tinggi juga bunganya, makin banyak pula volume uang dibutuhkan, semakin banyak negara membuat uang, semakin banyak pula nilai-nilai keringat rakyat dihilangkan.
Semua itu dikarenakan manusia meninggalkan ajaran agama, yaitu larangan riba. Kita memanen sendiri akibat system yg kita biarkan berjalan. Setiap hari harga kebutuhan semakin mahal > upah semakin tinggi namun nilainya berkurang tidak sebanding dengan tingginya inflasi > simpanan kita untuk hari depan susut/hilang nilainya > pajak semakin tinggi > Kesenjangan sosial semakin tinggi akibat dari system ini > yang kaya semakin kaya > yang miskin semakin miskin. Pancasila hanyalah mimpi2 proklamator kita.
Lalu pertanyaan2 berikutnya bermunculan? Lalu bagaimana solusinya?
Sebenarnya solusinya adalah dengan mengembalikan hak mencetak uang kepada negara bukan bank sentral, dan menghilangkan system bunga. Karena dengan adanya bank sentral justru menjadi puncak hirarki penghisapan bunga2 didalam system negara ini, dan mengakibatkan dampak beruntun yaitu inflasi.
Perlu diketahui bahwa bank sentral telah lama menjadi diesel penghisap kekayaan Indonesia untuk mengalirkannya ke luar negri dalam bentuk pembayaran atas bunga2 dr dana asing yang dipinjam untuk menguatkan mata uang rupiah. Ujung2nya bank sentral paling puncaklah (*The Fed) yang menjadi penghisap terakhir atas keringat2 bangsa Indonesia dan sumber daya alamnya. Dimana The Fed adalah bank sentral yang bukan dimiliki oleh konstitusi AS, The Fed dimiliki oleh jaringan bankir internasional Rotschild, pendiri atau father of seattlement Negara Israel.
Karena hampir mustahil untuk merubah system yang ada saat ini, dibutuhkan sebuah revolusi ditingkat global. Bagi kami yang beragama muslim, akan hadir Yesus atau Isa AL-Masih dan Imam Mahdi yang akan mengambil peran itu.
Maka untuk saat ini, sebagai individual yang lemah setidaknya solusinya adalah dengan menyimpan kekayaan/hasil keringat kita dalam bentuk emas atau barang lain yang memiliki nilai intrinsik atau bahkan nilai investasi seperti tanah. Emas dianjurkan karena zero inflasi/bebas inflasi dan liquidnya/mudah di uangkan. Hal itu agar kita tidak kehilangan nilai kekayaan kita. Menyimpan dalam bentuk uang kertas baik disimpan dibawah bantal maupun dibank, sangat beresiko kehilangan nilai, apalagi menjelang dollar kolaps, seperti saat ini.
Untuk masyarakat mungkin solusinya sebenarnya adalah dengan membudayakan proses produksi yang tanpa kredit (berbunga), bisa dengan metode bagi hasil atau kerja sama. Sehingga proses produksi dalam sebuah negara tetap bisa dilakukan tanpa harus mensyaratkan bunga yang menciptakan lonjakan inflasi. Jika itu bisa dibudayakan setiap lapisan masyarakat, sungguh akan makmur sekali Indonesia Raya kita ini. MERDEKA GANNZZZZ...
Mulailah mendiskusikan topik ini bersama kawan2 anda, karena topik ini sangatlah penting...
Soale ane seminggu ini dah garuk-garuk kepala gan, mpe botakkkk

Cekidot deh gan >
Spoiler for Dasar Pemikiran 1;:
Uang adalah sebagai alat penyimpan energi kita, selain sebagai alat tukar. Misal gini, kita dah kerja lembur, kan keluar energi ntuh, habis kerja dibayar kantor pake uang kan, jadi energi kita yang kita keluarin dikonversi kedalam uang tersebut. Jadi uang tersebut menyimpan energi kita, sapa tau lain hari ban motor kita bocor, kita butuh energi buat nambal, bisa pake cadangan energi tersebut, dengan membayar si tukang tambal ban. Paham kan gan?
Spoiler for Dasar pemikiran 2:
Hukum Kekekalan Energi mengatakan; “Energy cannot be created or destroyed, it can only be changed from one form to another.”― Albert Einstein
Spoiler for Fakta Lapangan:
Uang kita ato energi kita tadi, bisa berkurang ato ngilang alias susut. walaupun duit tetep ditabungan, tahun kemarin dengan nominal yang sama bisa beli beras, bensin,emas, mendoan dapat sekian karung, eh tahun ini kok gak nyampe dapat segitu. Disebut kena inflasi. Berati kan energi kita ilang gan, enak aje kita kerja susah-susah peras tulang banting keringat keluarin energi tadi, kok bisa susut atau ilang. Padahal kata Einstein, energi gak bisa diciptakan atau dihancurkan cuma berpindah bentuk atau tempat, atau apalah, intinya gitu. Berati pasti ada yang nyolong gan

Spoiler for PERTANYAANNYA:
Energi yang ilang tadi mengalir kemana ya gan?Atau berganti bentuk menjadi rupa apa? Atau siapa yang nyolong energi kita? Pertanyaan sepele ini penting gan, karena energi rakyat INDONESIA RAYA sudah dicolong sejak negara ini merdeka tahun 1945. Siapa yang nyolong gan? Kita sebut itu nyolong, karena itu tanpa seijin kita.
Selamat berpikir gan....

Ane melempar pertanyaan bukan berati tahu jawabannya lho gan, tapi udah lumayan riset kecil-kecilan sih. Tapi tepet ga nemu jawabannya.
Spoiler for KESIMPULAN:
Spoiler for Kesimpulan:
Terima kasih atas respon agan-agan semua...
Sebenarnya mayoritas agan2 yang pada komeng atau sekedar baca thread ini gagal paham terhadap pertanyaan n argumen ane. Sorry ndorry gan, skill pemaparan masalahane sangatlah terbatas. Tapi juga gak sedikit kok yang bisa pada nyantol n udah ngeh, sukur dah.

Kalo dijabarin itu sebenere pertanyaan ane itu begini maksudnya gan ;
Misal dimasa lalu kita sudah berkerja, keringat kita dibayar duit 100rb senilai 10 karung beras disaat itu. Uangnya lalu kita simpan untuk hari kelak dibawah bantal atau bank. Lima tahun kemudian kita belanjakan uang seratus ribu tadi, anehnya tidak bisa dapat 10 karung beras, hanya 8 karung beras.
Berati system yang berjalan telah mngakibatkan nilai keringat kita yg senilai 10 karung beras tadi menjadi 8 karung beras, dan ini disebut inflasi.
Jika menurut asas keadilan, maka orang yang waras akan melihat ini sebuah kecurangan atau ketidak adilan. Karena tidak boleh nilai keringat kita dimasa lalu dihilangkan nilainya begitu saja. Keringat yang tanpa bayaran/upah adalah perbudakan.
Berdasarkan itu, ane melihat sebuah kesamaan antara energi dengan hukum kekekalan energinya, dengan keringat2 hasil kerja kita yg dikonversi ke dalam nilai uang. Sama-sama tidak boleh hilang pada intinya. Hilangnya hanyalah berganti bentuk saja. Yang satu berdasarkan asas hukum kekekalan energi, yang satu berdasarkan asas keadilan.
Tapi faktanya memang tetap hilang, nilai keringat2 tadi. Maka ane bertanya kemanakah larinya nilai yang hilang tadi?
Mengalir ke pihak mana nilai2 yg hilang tadi dan prosesnya ntuh bijimane?
Bayangkan saja ditahun 2013, terdapat 3000 trilyun rupiah yang ditabungkan nasabah ke bank2 komersial mereka, nilai-nilai 3000 T tadi, lambat tapi pasti akan kehilangan nilainya, bunga tabungan/deposito mustahil mengimbangi laju inflasi. Belum lagi uang yg beredar dan disimpan masyarakat sendiri tentu masih banyak. Edan brur...perampokan besar2ran ntuh, tanpa kita sadar.
Nah setelah saling tanya dan tebak bareng agan2 di thread ini n saling kasih kasih argumen yg kadang nyambung kadang bablas, ah syudahhlahh...hha
Akhirnya kita dapet kesimpulan gini ;
Bahwa kita kehilangan nilai atas keringat kita dimasa lalu akibat kita/masyarakat/pemerintah menggunakan system ekonomi riba, seperti berhutang ke bank dengan interest/bunga dalam berbagai macam bentuk, juga debt base money system yg dipakai negara. Kita seperti menggali lubang didalam kapal dan orang lain didalam kapal yang tidak ikut menggali akhirnya ikut tenggelam/merugi juga.
Dan ternyata nilai-nilai yang hilang tadi mengalir ke para bankir internasional.
Pemerintah dan para bankirlah yang paling diuntungkan dari system ini.
Buat detailnya cekidot spoiler bawahnya gan >>>
Spoiler for Penjelasan:
Semua diawali ketika negara kita membuat uang. Karena setiap uang yg beredar harus ada jaminannya, maka pemerintah menjaminkan SUN alias Surat Hutang Negara ke pada bank sentral BI agar dicetakkan uang rupiah. Dijaman dahulu negara2 didunia pake jaminan emas buat mencetak uang, disebut uang kartal, tapi sejak Perjanjian Bretton Wood ditinggalkan, sudah ndak pake lagi.
Kadang selain dengan SUN negara juga bisa menjaminkan dollar hasil dari pinjaman luar negri.
Lalu bank sentral BI membuatkan uang2 yg dijamin SUN tadi dan dicatat sebagai hutang negara, dan wajib dikembalikan ke bank sentral dengan dikenai bunga/tambahan.
Kok aneh ya? kok negara nyetak uang pake hutang plus bunga segala, berati negara gak bisa nyetak uang dong? hha ga tau pokoknya gitulah gan...
kalo gak percaya cekidot berita detik.com ini.
(BI adalah lembaga independen, bukan milik negara, dan ke mandiriannya dijamin oleh undang-undang.)
Sistem pembuatan uang tadi disebut debt base system money.
Sehingga untuk mengembalikan hutang negara plus bunga ke bank sentral tadi, negara memungut pajak ke rakyat, semakin banyak cetak uang semakin tinggi pula pajaknya. Konon itu supaya uang bisa kembali masuk ke bank sentral agar peredaran rupiah dimasyarakat terkontrol, sehingga inflasi bisa dikurangi.
Kemudian uang-uang tadi berputar didalam ekonomi rakyat. Pinjaman atau kredit diberikan kepada rakyat agar rakyat bisa memiliki modal untuk memulai membuat produksi. Dikarenakan system ekonominya berbasis bunga/penambahan maka semakin rakyat membuat kredit/pinjaman, jumlah volume uang yang dibutuhkan akan semakin banyak untuk menjamin roda ekonomi yang berbasis bunga tadi tetap berputar. Negara harus pandai2 mengatur strategi agar supplai uang terjaga, tidak terdefliasi dan juga tidak inflasi terlalu cepat. Walaupun inflasi hukumnya pasti dalam system perbankan dunia ini, tapi negara dituntut agar menjaga inflasi tidak terlalu cepat.
Inflasi adalah naiknya harga2 diakibatkan bertambahnya jumlah uang beredar dimasyarakat, sehingga sesuai hukum permintaan penawaran, semakin banyak jumlah volume uang maka semakin berkurang nilainya. Hal itu bisa dikurangi jika semakin banyak uang yang beredar bisa diimbangi oleh banyaknya barang/jasa yg diproduksi masyarakat. Masalahnya bunga bukanlah tercipta oleh sebuah proses produksi, bunga adalah penambahan. Ada atau tidak ada produksi, bunga tetap harus dipenuhi.
Jadi nilai-nilai keringat kita yang hilang tadi adalah akibat negara terus memberikan suplai uang dengan mencetak uang lagi, dampak dari kredit yang diciptakan rakyat untuk melakukan produksi barang/jasa.
Jadi dalam system yang berlaku saat ini, negara dan bankirlah yang paling diuntungkan. Negara memperoleh keringat gratis dari rakyat, sementara bankir disetiap level bisa menghisap untung dari bunga2 yaang bermekaran didalam system.
Setiap hari rakyat dipacu untuk berproduksi memajukan ekonomi negara, dimana semakin tinggi produksi makin tinggi juga kreditnya, makin tinggi juga bunganya, makin banyak pula volume uang dibutuhkan, semakin banyak negara membuat uang, semakin banyak pula nilai-nilai keringat rakyat dihilangkan.
Semua itu dikarenakan manusia meninggalkan ajaran agama, yaitu larangan riba. Kita memanen sendiri akibat system yg kita biarkan berjalan. Setiap hari harga kebutuhan semakin mahal > upah semakin tinggi namun nilainya berkurang tidak sebanding dengan tingginya inflasi > simpanan kita untuk hari depan susut/hilang nilainya > pajak semakin tinggi > Kesenjangan sosial semakin tinggi akibat dari system ini > yang kaya semakin kaya > yang miskin semakin miskin. Pancasila hanyalah mimpi2 proklamator kita.
Lalu pertanyaan2 berikutnya bermunculan? Lalu bagaimana solusinya?
Sebenarnya solusinya adalah dengan mengembalikan hak mencetak uang kepada negara bukan bank sentral, dan menghilangkan system bunga. Karena dengan adanya bank sentral justru menjadi puncak hirarki penghisapan bunga2 didalam system negara ini, dan mengakibatkan dampak beruntun yaitu inflasi.
Perlu diketahui bahwa bank sentral telah lama menjadi diesel penghisap kekayaan Indonesia untuk mengalirkannya ke luar negri dalam bentuk pembayaran atas bunga2 dr dana asing yang dipinjam untuk menguatkan mata uang rupiah. Ujung2nya bank sentral paling puncaklah (*The Fed) yang menjadi penghisap terakhir atas keringat2 bangsa Indonesia dan sumber daya alamnya. Dimana The Fed adalah bank sentral yang bukan dimiliki oleh konstitusi AS, The Fed dimiliki oleh jaringan bankir internasional Rotschild, pendiri atau father of seattlement Negara Israel.
Karena hampir mustahil untuk merubah system yang ada saat ini, dibutuhkan sebuah revolusi ditingkat global. Bagi kami yang beragama muslim, akan hadir Yesus atau Isa AL-Masih dan Imam Mahdi yang akan mengambil peran itu.
Maka untuk saat ini, sebagai individual yang lemah setidaknya solusinya adalah dengan menyimpan kekayaan/hasil keringat kita dalam bentuk emas atau barang lain yang memiliki nilai intrinsik atau bahkan nilai investasi seperti tanah. Emas dianjurkan karena zero inflasi/bebas inflasi dan liquidnya/mudah di uangkan. Hal itu agar kita tidak kehilangan nilai kekayaan kita. Menyimpan dalam bentuk uang kertas baik disimpan dibawah bantal maupun dibank, sangat beresiko kehilangan nilai, apalagi menjelang dollar kolaps, seperti saat ini.
Untuk masyarakat mungkin solusinya sebenarnya adalah dengan membudayakan proses produksi yang tanpa kredit (berbunga), bisa dengan metode bagi hasil atau kerja sama. Sehingga proses produksi dalam sebuah negara tetap bisa dilakukan tanpa harus mensyaratkan bunga yang menciptakan lonjakan inflasi. Jika itu bisa dibudayakan setiap lapisan masyarakat, sungguh akan makmur sekali Indonesia Raya kita ini. MERDEKA GANNZZZZ...

Mulailah mendiskusikan topik ini bersama kawan2 anda, karena topik ini sangatlah penting...
Spoiler for PIDEO REFERENSI:





Diubah oleh digitakprintink 27-01-2014 16:09
0
16.6K
Kutip
197
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan