- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
DEFENSIVE MEDICINE - Dokter & Hukum
TS
sOndakH2
DEFENSIVE MEDICINE - Dokter & Hukum
DEFENSIVE MEDICINE
Spoiler for arti Defensive Medicine:
Tujuan defensive medicine bukan untuk menolak konfirmasi diagnosa tetapi untuk melindungi diri dari kemungkinan tuntutan malpraktik atau jerat hukum dikarenakan resiko medis yang tinggi menimbulkan kecacatan atau kematian.
Sebelum saya tolonggg bapak.. tolonggg tanda tangan persetujuan untuk "menolong bapak" dulu ya..
Hanya sedikit membuka paradigma dari suatu kejadan nyata..
Spoiler for sumber:
Spoiler for BACA:
oleh : dr Kartika Hapsari SpOG
Akhirnya masa itupun tiba, dulu ga kebayang kalau baca buku tentang dokter di Amerika kalau hal seperti ini akan terjadi di Indonesia juga… Defensive medicine….
Buat kita yang tahu, hal ini sangatlah mengerikan karena pengorbanannya bisalah nyawa….
Kejadiannya terjadi disaat aku jaga sebagai konsulen jaga kebidanan di salah satu RS negeri di jakarta ( kalau boleh milih sih mending tidur dirumah). Di sini kami diwajibkan untuk standby di RS jaga malam sebagai konsulen selama 24 jam alias tidur disana.
Disaat saya jaga kemarin tepatnya setelah kejadian aksi solidaritas bersama para dokter untuk menolak kriminalisasi itu, datanglah seorang pasien rujukan dari RSUD. Pasien ini usia masih muda, sedang hamil tua anak pertamanya dia dirujuk karena eklampsia yaitu suatu keadaan keracunan kehamilan yg mengakibatkan tensi tinggi dan kejang kejang….
Semua dokter obgyn pasti tahu apa yg harus segera dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayinya yaitu lahirkan bayinya segera….
Pasien ini dirujuk karena membutuh NICU dan ICU untuk ibu dan bayinya….
Saat datang dia hanya dianter perawat RSUD itu naik ambulan, pasien dalam keadaan tidak sadar dan kejang berulang terus….
Di IGD kami tim medis segera melakukan tindakan pertolongan pertama karena ini adalah keadaan gawat darurat, seperti biasa bebaskan jalan nafas karena pasien tidak sadar sangat berbahaya bila dia tidak bernafas, pasang alat di mulut agar lidahnya tdk tergigit saat kejang, pasang oksigen, semua perawat turun menangani pasien ini… Smuanya bekerja bersama sekitar 5 orang team di IGD saat itu…. Ada yg pasang infus, memberikan oksigen, menjaga jalan nafas, memberi obat anti kejang, ambil darah dan ada yg ikat tangan dan kaki pasien krna meronta ronta dll ….
Setelah semua life saving kita kerjakan, saya segera mengecek jantung bayi pasien, dug…. dug….dug… hanya 80 kali permenit….. Loncatlah jantung saya kelantai…. Yg ada dipikiran saya hanya bayi ini gawat dan hrs segera dioperasi kalau tidak bisa meninggal …. saya lakukan pemeriksaan dalam memang blm ada pembukaan satu satunya jalan yg bs saya lakukan adalah operasi CITO alias segera saat itu juga…. Dilakukanlah konsul persiapan operasi ke anestesi dan kardiologi krna tekanan darah pasien mencapai 190/120…. Bisa stroke sewaktu waktu…
Setelah semua tindakan pertolongan pertama selesai saya lakukan saya segera mengambil kertas persetujuan untuk menjelaskan kondisi pasien dan apa yg harus saya kerjakan dgn segala resikonya, saya panggil bidan RSUD yg merujuk…
“Mana keluarganya bu?”
“Masih dijalan dok dari tangerang, katanya dua jam lagi baru nyampe karena macet”
“Masyaallah saya ga ada waktu selama itu, bayinya sdh gawat janin, apa ga bs ditelpon?”
” ga ada yg punya telpon dok, pasiennya ga mampu”
( menjerit hati saya, nelangsa…..apa yg mesti saya lakukan)
Saya ga berani melakukan tindakan operasi CITO tanpa persetujuan keluarga atau penjelasan terlebih dahulu, karena kasus teman saya ayu di manado…
Akhirnya saya ambil inisiatif untuk menelpon kepala departemen kebidanan untuk menanyakan kepada beliau apa yg mesti saya lakukan dalam keadaan gawat begini…
” Selamat malam dok saya ada pasien bla bla bla saya jelaskan pertelpon, saya harus operasi segera dok bayinya gawat janin, tapi keluarga ga ada,,. Ditunggu saja atau gimana dok?”
” Tunggu kata beliau, hukum kita ga jelas dan tdk melindungi kita, kalau nanti ibunya lewat atau bayinya juga meninggal, apa kamu mau masuk penjara?”
Jleeeebbb kaya pisau ditikam aku mendengarnya…. Ya allah sedihnya hatiku, meskipun ga rela tapi apa daya akhirnya aku menuruti beliau untuk menunggu dahulu keluarga pasien smpai datang baru kita lakukan operasi…
Disaat menunggu itu, tiba tiba perawat berteriak
” dok pasien kejang lagi”
Dengan segera saya berlari menghampirimya, pasien kejang berulang segera saya berikan obat untuk mengurangi kejangnya,
Disaat genting begitu, seorang dokter umum j
aga berkata mengingatkan saya
” dok apa ga sebaiknya pasien di EKG takutnya kalau ada apa apa emboli dll kita disalahkan”
Sambil senyum saya katakan ” Coba saja dik di EKG kalau bisa”
Dokter umum itu sigap melakukan EKG dgn pasien tidak sdar trs meronta ronta, smpai 15 menit EKG tdk bs dikerjakan…
” dik, bisa ga EKG nya??”tanya saya
” ga bisa dok, dok apa ga dikasi obat anti kejang biar tidur pasiennya”
“Wealah kamu mau pasienku tidur ya tnpa terintubasi jalan nafasnya dan bayinya juga smkn turun detak jantungnya?”
“Ya ga bisa dik” kata saya…makanya kalau gawat itu kita ga bisa periksa rontgen dan EKG….
” Saya lebih senang liat ibu itu meskipun ga sadar tapi masi bisa meronta tandanya masih belum koma”
” dok, detak jantunng bayinya 60-70 dok”kata perawat,
“pantau terus ya detak jantungnya” kata saya berusaha tetap tenang meskipun sebenarnya sangat stres.
Ya Allah ampuni lah dosaku bila aku menjadi dokter yg egois yg lbh mementingkan keselamatan diriku sendiri dibandingkan keselamatan pasienku, Ya Allah berilah keduanya umur yg panjang berilah kesempatan padaku untuk menyelamatkan mereka semoga suami pasien cepat datang.
Hampir dua jam yg aku rasa seperti dua tahun menunggu dgn gelisah, akhirnya suami pasien datang dgn keluarga besarnya…
Ingin rasanya aku memuntahkan kekesalanku dan marahku karena mereka datang begitu lamaaaa
Tapi saat melihat wajah wajah khawatir dan sedih, aku sungguh tdk sampai hati
” Dokter gimana anak istri saya apa selamet? Apa sudah dioperasi?Segera lakukan dok biar anak dan
istri saya selamat” kata suami pasien
” maaf pak saya blm bisa operasi” jawabku
Dengan muka agak marah keluarga pasien berkata” lho gmna sih dok kok ditunda tunda nanti istri dan bayi saya mati, dokter jangan menelantarkan istri saya ya”
Sambil menghela nafas dan berusaha untuk ttp tenang dan tdk emosi ” Pak maaf saya ga bermaksud menunda operasi istri bapak, saya hanya menjalankan aturan yg ada pak, kalau saya terlantarkan, istri bapak ga saya kasi obat dan infus, skrg drpada bapak marah marah saya jelaskan saja apa resiko buat ibu dan bayi saat operasi, kmgknan terburuk mulai stroke sampai kematian atau koma ….
5 – 10 menit saya butuhkan untuk menjelaskan semuanya
” pak skrg saya mau operasi doakan saya supaya semuanya selamat ya”
” usahakan yg terbaik dok yg pntg istri dan anak saya selamat”
” insyaallah pak saya lakukan yg terbaik”
Akhirnya satu jam kemudian operasi selsai dan si ibu dirawat di ICU dan bayi dirawat di NICU karena tidak langsung menangis ( ya iyalah gawat janin)
Alhamdullilaaaaah ya Rabb yg punya nyawa manusia, satu hari rawat pasienku bisa bangun dr tidurnya alhamdullilah tensinya bisa turun, bayinya memang masi di NICU smga bs sembuh juga..
Hari ini hari keempat dia dirawat dan alhamdullilah kemungkinan besok sudah boleh pulang….. Dia bisa selamat bukan karena saya tapi karena Allah menolongnya
Itulah sekelumit contoh defensive medicine yang akhirnya harus kita jalanin meskipun bertentangan dgn hati nurani saya sbgai seorang dokter, tp apa boleh buat meskipun UU kesehatan kita mengatakan dalam keadaan gawat seorang dokter boleh melakukan tindakan tnpa persetujuan keluarga, tp tampaknya hukum di negara kita ini memang tidak jelas, bisa dibolak balik seenak jaksa, hakim dan pengacara saja…
Contoh kasus teman sejawat saya dr Ayu di manado yg skrg terpaksa mendekam dipenjara dan diperlakukan seperti kriminal krna meninggalnya pasien gawat yg sdg dia coba tolong.. Dan vonis hukuman yg dijatuhkan oleh hakim MA yg terhormat ini karena dikatakan dia tidak menjelaskan dan ada ijin dr keluarganya
Bapak Hakim artidjo yg terhormat,
Semoga apabila ada pasien pasien kami yg gawat yg harus meninggal karena harus ada ijin keluarga dulu, anda mau menanggung dosanya….
Semoga anda tidak pernah mengalami apa yg mereka alami…
Semoga peninjauan kembali (PK) kasus ini bisa dilaksanakan dan anda bisa berpikir jernih dan melihat substansi masalah dgn menanyakan kepada organisasi profesi kedokteran kebidanan yg lbh mengerti ya pak…
Wassalam,
Dr. Kartika Hapsari, SpOG
Diubah oleh sOndakH2 18-01-2014 05:02
0
1.5K
Kutip
11
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan