Empat pelaku dan saksi sejarah atas insiden gugurnya prajurit KRI Macan Tutul turut dalam upacara Hari Dharma Samudra, di atas KRI Makasar 590, Rabu (15/1/2014).

Para saksi hidup tersebut yakni Serka (Purn) I Nyoman Toya, Pelda (Purn) Tarmudji, Peltu (Purn) Sudarmadji, Pelda (Purn) Soeparman, bersmaa istri masing-masing. Ditambah Sufiah (Istri) KLS TLG (Alm) Ngadi dan Sutinah (istri) KLS (alm) Sadikin

Keenam tamu undangan ini tampak sangat terharu saat tabur bunga di laut. Dengan penuh hikmat, mereka melakukan hormat kearah laut, tampak mereka tidak dapat dapat menahan air mata.

Serka (Purn) I Nyoman Toya meneceritakan, ketika Kapal Macan Tutul diserbu musuh, ia bersama rekan-rekannya melakukan serangan balasan. Dengan mata kepalanya, melihat rekan seangkatannya tertembak. kenangan itu yang tak dapat terpus dari ingatannya.

“Saya melakukan serangan balasan dengan meriam. Tangan dan kaki saya sempat tertembak, dua teman gugur,” terang I Nyoman Toya, sambil menerawang ke masa lampau. air matanya pun meleleh.

I Nyoman Toya kembali meneruskan ceritanya, ketika kapal sudah miring, sebelum tenggelam ia langsung melompat ke laut menggunakan pelampung, dalam keadaan penuh luka, akhirnya ditangkap oleh kompeni (Tentara Belanda) dan dibawa ke kalimantan.

Dalam tahanan di Kalimantan tersebut ia bertemu dengan dua temannya. Namun, mereka gugur dan dimakamkan di TMP Kalimantan, I Nyoman Toya dipindahkan ke Irian.

Selama dalam perjalanan, Nyoman mengaku bahwa dirinya masih dalam keadaan terluka parah. Sempat dirawat di rumah sakit di Biak. Selama menjalani tahanan Belanda, dirinya selalu mendapat perlakuan kasar.

“Meski mendapat perlakuan kasar dan intrograsi dari penjajah, saya tidak pernah menjawab sepatah katapun, apa yang mereka tanyakan, karena perjuangan saya demi kemerdekaan RI,” tegasnya.