- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Barangkali, Kekurangan Itu Malah Ada Pada Dirimu, Bukan Pada Orang Lain


TS
majhulain
Barangkali, Kekurangan Itu Malah Ada Pada Dirimu, Bukan Pada Orang Lain
Quote:
Sebuah tulisan yang menarik dan inspiratif gan 
[/CENTER]
Seorang pria datang menemui dokter untuk berkonsultasi. Kebetulan, dokter yang dipilih oleh pria tersebut adalah seorang dokter agamis. Tidak salah pilih pria tersebut!
"Dok, tolong buatkan resep untuk istri saya. Dia mengalami gangguan pendengaran", pinta pria itu setelah mengeluhkan istrinya yang sulit diajak berkomunikasi.
Sang dokter sebelum memenuhi permintaan itu, malah menganjurkan si pria untuk melakukan trik-trik berikut ini.
Kata sang dokter, "Begini, Saudaraku… Coba Anda mengambil jarak empat puluh langkah dari istri Anda, setelah itu mintalah istri Anda untuk melakukan sesuatu. Jika tidak ada reaksi, mendekatlah sepuluh langkah darinya dan ulangi lagi permintaan Anda. Jika masih belum juga ada reaksi, teruslah mendekat sepuluh langkah lagi dan seterusnya, lalu ucapkan permintaan Anda. Kira-kira bagaimana hasilnya?"
Pria itu menurut saja anjuran dari sang dokter.
Di rumah…
Kira-kira empat puluh langkah pria itu mengambil jarak dari istrinya,ia mengucapkan, " Wahai istriku sayang, tolong siapkan makan malam untukku". Pria itu lalu menyebutkan beberapa menu tertentu.
Tidak ada reaksi dari istrinya.
Pria itu mendekat lagi sebanyak sepuluh langkah. Permintaan makan malam kembali diucapkan, namun tetap saja tidak ada reaksi dari istrinya.
Kembali sepuluh langkah ia mendekat, tetap juga tidak ada reaksi. Sampai akhirnya, pria itu berdiri tepat di belakang istrinya dan mengatakan permintaan makan malam.
Kira-kira, apa yang terjadi kemudian?
Kata istrinya, "Wahai suamiku, sejak permintaanmu pertama tadi, aku sudah mengiyakan dan menyatakan siap!"
Loh… Ternyata????
Ternyata pria itulah yang mengalami gangguan pendengaran. Hmm….
Kesimpulannya, "Mumkin, qad khalalu min 'indik laa min 'indi ghairik!"
Kurang lebih artinya demikian, "Barangkali, kekurangan itu malah ada pada dirimu, bukan pada orang lain!"
Cerita ini dari sekian banyak cerita yang ada, bagus untuk renungan, ternyata faktanya memang demikian. Bukankah terkadang (di dalam proses komunikasi) kita menilai orang lain yang salah? Padahal sesungguhnya diri kita-lah yang salah. Bukankah terkadang kita menuduh orang lain tidak bisa mengerti tentang kita? Padahal sebenarnya, kita-lah yang kurang bisa memahami maksudnya.
Cobalah memulai di dalam keluarga kita! di dalam kehidupan kita! Sudah marah-marah kepada anak karena menangis tidak juga berhenti. Kita sudah menyalahkannya. Kita sudah membentaknya. Bahkan mungkin kita sudah memukul anak tersebut. Ternyata anak tersebut memohon melalui tangisannya, "Ayah… Gendonglah aku! Ayah… Aku rindu padamu! Ayah… Aku ingin merasakan tenang dalam dekapanmu! ...Ayaaaah…….".
Hanya saja anak membahasakan permintaannya dengan tangisan. Jika memang demikian arti tangisan anak, pasti ia akan semakin bersedih ketika si ayah kita malah mensikapinya dengan bentakan, amarah bahkan pukulan??? Ingin dipeluk, digendong dan disayang kok malah???
Demikianlah seharusnya sikap kita kepada istri, orangtua, sahabat, tetangga dan orang lain di dalam berinteraksi dan menjalin komunikasi. Begitu kan? Jangan-jangan… jangan-jangan… selama ini… Hmmm.
Kisah di atas adalah merupakan penggalan, atau inti dari sebuah tulisan dari cerita perjalanan seorang penuntut ilmu di negeri seberang.
sumber

Quote:

Seorang pria datang menemui dokter untuk berkonsultasi. Kebetulan, dokter yang dipilih oleh pria tersebut adalah seorang dokter agamis. Tidak salah pilih pria tersebut!
"Dok, tolong buatkan resep untuk istri saya. Dia mengalami gangguan pendengaran", pinta pria itu setelah mengeluhkan istrinya yang sulit diajak berkomunikasi.
Sang dokter sebelum memenuhi permintaan itu, malah menganjurkan si pria untuk melakukan trik-trik berikut ini.
Kata sang dokter, "Begini, Saudaraku… Coba Anda mengambil jarak empat puluh langkah dari istri Anda, setelah itu mintalah istri Anda untuk melakukan sesuatu. Jika tidak ada reaksi, mendekatlah sepuluh langkah darinya dan ulangi lagi permintaan Anda. Jika masih belum juga ada reaksi, teruslah mendekat sepuluh langkah lagi dan seterusnya, lalu ucapkan permintaan Anda. Kira-kira bagaimana hasilnya?"
Pria itu menurut saja anjuran dari sang dokter.
Di rumah…
Kira-kira empat puluh langkah pria itu mengambil jarak dari istrinya,ia mengucapkan, " Wahai istriku sayang, tolong siapkan makan malam untukku". Pria itu lalu menyebutkan beberapa menu tertentu.
Tidak ada reaksi dari istrinya.
Pria itu mendekat lagi sebanyak sepuluh langkah. Permintaan makan malam kembali diucapkan, namun tetap saja tidak ada reaksi dari istrinya.
Kembali sepuluh langkah ia mendekat, tetap juga tidak ada reaksi. Sampai akhirnya, pria itu berdiri tepat di belakang istrinya dan mengatakan permintaan makan malam.
Kira-kira, apa yang terjadi kemudian?
Kata istrinya, "Wahai suamiku, sejak permintaanmu pertama tadi, aku sudah mengiyakan dan menyatakan siap!"
Loh… Ternyata????
Ternyata pria itulah yang mengalami gangguan pendengaran. Hmm….
Kesimpulannya, "Mumkin, qad khalalu min 'indik laa min 'indi ghairik!"
Kurang lebih artinya demikian, "Barangkali, kekurangan itu malah ada pada dirimu, bukan pada orang lain!"
***
Cerita ini dari sekian banyak cerita yang ada, bagus untuk renungan, ternyata faktanya memang demikian. Bukankah terkadang (di dalam proses komunikasi) kita menilai orang lain yang salah? Padahal sesungguhnya diri kita-lah yang salah. Bukankah terkadang kita menuduh orang lain tidak bisa mengerti tentang kita? Padahal sebenarnya, kita-lah yang kurang bisa memahami maksudnya.
Cobalah memulai di dalam keluarga kita! di dalam kehidupan kita! Sudah marah-marah kepada anak karena menangis tidak juga berhenti. Kita sudah menyalahkannya. Kita sudah membentaknya. Bahkan mungkin kita sudah memukul anak tersebut. Ternyata anak tersebut memohon melalui tangisannya, "Ayah… Gendonglah aku! Ayah… Aku rindu padamu! Ayah… Aku ingin merasakan tenang dalam dekapanmu! ...Ayaaaah…….".
Hanya saja anak membahasakan permintaannya dengan tangisan. Jika memang demikian arti tangisan anak, pasti ia akan semakin bersedih ketika si ayah kita malah mensikapinya dengan bentakan, amarah bahkan pukulan??? Ingin dipeluk, digendong dan disayang kok malah???
Demikianlah seharusnya sikap kita kepada istri, orangtua, sahabat, tetangga dan orang lain di dalam berinteraksi dan menjalin komunikasi. Begitu kan? Jangan-jangan… jangan-jangan… selama ini… Hmmm.
Kisah di atas adalah merupakan penggalan, atau inti dari sebuah tulisan dari cerita perjalanan seorang penuntut ilmu di negeri seberang.
sumber
[CENTER]


Diubah oleh majhulain 09-03-2014 22:22
0
3.9K
Kutip
66
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan