Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

didisopiyanAvatar border
TS
didisopiyan
Jakarta Banjir Bukan Cerita Baru !
Banjir lagi..banjir lagi.. emoticon-Cape deeehh Jakarta banjir sepertinya bukan lagi hal yang baru, dikarenakan banjir di Jakarta sudah terjadi semenjak masa pemerintahan Kolonial Belanda. Beberapa tahun setelah Belanda mendarat di Indonesia, pemerintahan kolonial sudah merasakan rumitnya menangani banjir di Batavia. Banjir besar pertama kali mereka rasakan di tahun 1621, diikuti tahun 1654 dan 1876.

Dikarenakan seringnya dilanda banjir, pemerintah Belanda merasa perlu untuk mulai mengelola air secara serius. Tahun 1918 Pemerintah Belanda mulai membangun beberapa kanal. Semakin kompleksnya masalah air yang melimpah, membuat Pemerintahanan Kolonial membangun Kanal Banjir Barat (BKB) pada tahun 1922 antara Manggarai-Muara Angke sepanjang 17,4 km.

Kanal Banjir Jakarta adalah kanal yang dibuat agar aliran sungai Ciliwung melintas di luar Batavia dan tidak masuk di tengah kota Batavia. Pemerintah Hindia Belanda mulai merencanakan upaya pengendalian banjir. Kemudian pemerintah kolonial mempercayakan perencanaan itu kepada Profesor Herman van Breen. Herman kemudian diangkat sebagai ketua Tim Penyusun Rencana Pencegahan Banjir.

Kanal banjir ini merupakan gagasan Prof H van Breen dari Burgerlijk Openabaare Werken/BOW (BOW merupakan cikal bakal Kementrian Pekerjaan Umum). Prinsip dari konsep pembangunan kanal ini adalah untuk pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta.

Meski sudah dibangun Kanal Banjir Barat, bukan berarti persoalan banjir di Jakarta bisa langsung diselesaikan. Pada Januari 1932 lagi-lagi banjir besar melumpuhkan Kota Jakarta. Ratusan rumah di kawasan Jalan Sabang dan Thamrin digenangi air. Saat pemerintahan beralih ke Republik Indonesia masalah banjir di Jakarta pun tak kunjung bisa diselesaikan. Tercatat sejak kemerdekaan beberapa banjir besar terjadi di Jakarta, seperti pada tahun 1976, 1984, 1994, 1996, 1997, 1999, 2002, 2007, 2008, dan 2013 lalu.

Untuk mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran dari hulu di Jakarta bagian timur dibangun Kanal Banjir Timur (BKT). Sama seperti BKB, BKT mengacu pada rencana induk yang kemudian dilengkapi "The Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta" tahun 1991, serta "The Study on Comprehensive River Water Management Plan in Jabotabek" pada Maret 1997.

Selain berfungsi mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, melindungi permukiman, kawasan industri, dan pergudangan di Jakarta bagian timur, BKT juga dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air. Penggalian untuk Kanal Banjir Timur baru dimulai pada tahun 2003.

Namun dalam kenyataannya, pembuatan kanal ini masih belum maksimal dalam mengurangi resiko banjir di Jakarta, nyatanya akibat curah hujan yang tinggi pada bulan Januari 2014 ini banjir masih menggenangi beberapa wilayah kota Jakarta. Hal ini dikarenakan dengan luas 626 kilometer persegi dan letak geografis yang hampir 40% wilayah di bawah permukaan laut serta berada di kawasan delta, disertai kompleksitas tata kota Jakarta, penyebab banjir sudah bukan hanya karena masalah sampah. Masalah banjir adalah masalah modern sekarang yakni karena tidak adanya lagi lahan untuk resapan air.
(berbagai sumber) emoticon-Hot News
Spoiler for Jakarta Banjir Tempo Doeloe:


0
1.6K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan