Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

maspakbangbroAvatar border
TS
maspakbangbro
Chappy: Sistem Pertahanan Negara di Halim Bisa Terganggu
Penerbangan Komersil Di Halim PK

Jakarta - Pesawat Citilink itu akhirnya lepas landas dari Bandara Halim Perdanakusuma, pada Jumat (10/1) pagi pekan lalu. Sempat mengalami penundaan selama satu jam, penerbangan perdana pesawat Citilink itu menandai dibukanya Lapangan Udara Halim Perdanakusuma sebagai Bandara komersial.

Sejumlah maskapai pun dijadwalkan akan mengalihkan beberapa penerbanganya dari Bandara Soekarno Hatta, di Cengkareng ke Halim Perdanakusuma mulai bulan depan. Pengalihan ini akibat kapasitas Bandara Soekarno Hatta yang dianggap sudah melebihi kapasitas.

Namun pengalihan ini mendapat kririkan dari sejumlah kalangan. Kritikan datang antara lain dari mantan Kepala Staff Angkatan Udara, Chappy Hakim. Menurut dia penetapan Bandara Halim Perdanakusuma untuk penerbangan komersial sangat mempengaruhi program TNI Angkatan Udara.

Masyarakat tak lagi menghargai lagi Halim sebagai salah satu simbol divisi sistem pertahanan negara. Memang jadwal penerbangan komersial akan menyesuaikan dengan kegiatan TNI AU. Namun, ia tidak menjamin hal ini bakal melancarkan program rencana yang sudah disusun TNI AU.

Pengalihan fungsi tersebut juga dianggap tidak mendidik generasi muda. “Ini beri pemahaman kalau sistem pertahanan negara bisa dikalahkan tumpahan maskapai penerbangan yang lagi cari duit setiap saat,” kata Chappy kepada detikcom, Jumat (10/1) pekan lalu.

Menurut Chappy persoalan yang perlu digaris bawahi adalah area Bandara Halim adalah tanggung jawab TNI AU karena menyangkut keberadaan Alat Utama Sistem Persenjataan. Setiap alutsista punya tanggungjawab terkait rahasia militer negara dan TNI AU lagi sedang gencar menambahnya.

Apabila Halim dikomersialkan, maka kekhawatiran ini bakal muncul karena khalayak ramai menggangap sebagai tempat terbuka. Padahal, sebagai instalasi militer, Halim adalah area tertutup. “Sudah dikasih banyak kelonggaran, terus ngelunjak nih pakai Halim. Pemahaman seperti ini memalukan. Ini ganggu program TNI AU yang sudah direncanakan dua-tiga tahun lalu,” kata Chappy.

Saat ini menurut dia ada empat skuadron, di antaranya teknik dan batalyon korps pasukan TNI Angkatan Udara di Bandara Halim. Empat skuadron menjadikan Halim sebagai tempat latihan dan masrkas besar komando pertahanan nasional.

Belum lagi persoalan keamanan yang nantinya dipegang otoritas satuan pengaman bandara yang bukan dari TNI AU. “Angkasa Pura ini mesti tahu kalau Halim instalasi kegiatan militer. Bukan yang jaga satpam atau otoritas mereka. Kalau ada orang bawa bom di landasan nanti bagaimana?,” kata Chappy.

[url]http://news.detik..com/read/2014/01/13/121441/2465783/10/chappy-sistem-pertahanan-negara-di-halim-bisa-terganggu?9911012[/url]

========================================================

Keputusan Yang Gegabah !

Bandar Udara Halim akan mulai melayani penerbangan komersial pada 10 Januari 2014. Ini untuk mengurangi beban SoekarnoHatta International Airport (SHIA) yang sudah mendekati tiga kali melebihi kapasitasnya. Dalam dunia penerbangan yang dikenal padat teknologi diketahui memiliki sifat yang sangat taat asas dalam arti semua kegiatannya diatur dengan aturan-aturan dan ketentuan yang ketat serta tanpa kompromi.

Sedikit saja aturan dilanggar, sebenarnya itu sudah merupakan tindakan yang “membuka” pintu terjadinya kecelakaan. Dalam kondisi yang seperti itu, bila berhadapan dengan masalah, menjadi tidak mudah untuk dapat mengatasinya. Seorang peneliti senior di National Aeronautic and Space Administration (NASA) Dr Judith Orasanu mengatakan, “Dalam dunia penerbangan Anda tidak akan mampu menyelesaikan masalah bila Anda tidak mengetahui bahwa Anda tengah menghadapi masalah dan bila Anda tidak mengetahui anatomi dari masalah yang tengah Anda hadapi.

SHIA dibangun dengan kapasitas untuk melayani 22 juta penumpang setiap tahun, namun pada 2012 saja SHIA sudah harus melayani lebih dari 54 juta penumpang. Itu berarti SHIA sudah dipaksa melayani kapasitas yang sudah hampir tiga kali lipat dari kemampuannya. Ini menyimpulkan bahwa SHIA sudah dikelola melewati aturan yang ditentukan saat dirancang yaitu hanya melayani penumpang sebanyak 22 juta per tahun. Dengan perkataan lain, SHIA sudah dikelola dengan “tidak tahu aturan”.

Seharusnya saat sudah akan melewati 100% kapasitas kemampuannya, atau bahkan sesaat sebelum itu, semua izin penerbangan langsung dibatasi agar tidak terjadi “over-loaded”. Namun, yang terjadi adalah seperti saat ini yaitu begitu banyak keterlambatan penerbangan sebagai akibat kapasitas yang sudah hampir mencapai tiga kali lipat lebih besar. Ditambah lagi dengan beberapa faktor penyebab antara lain kondisi air traffic control (ATC) baik peralatan dan kualitas serta kuantitas sumber daya manusianya.

Sangat disayangkan, solusi dari “salah urus” manajemen SHIA yang menghasilkan proyek over loaded ini adalah memindahkan beberapa penerbangan ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Solusi tersebut sungguh sangat memojokkan pihak Halim yang dipaksa untuk berhadapan dengan masyarakat banyak pengguna jasa angkutan udara yang sudah frustrasi di Cengkareng. Akses jalan menuju Halim yang hanya satu dan relatif sempit dipastikan akan menjadi “biang kerok” kemacetan di sekitar Lanud Halim. Seperti yang telah terjadi di Lanud Husein Bandung, beberapa waktu lalu masyarakat pengguna jalan telah memaksa pihak pangkalan untuk membuka akses jalan menembus tengah-tengah kompleks militer pangkalan udara Husein untuk mengurai kemacetan parah yang terjadi di jalan menuju Husein. Hal yang serupa kiranya akan terjadi juga nanti di Halim. Yang juga sangat tidak etis adalah ada tidak kurang dari dua sekolah penerbang yang harus “angkat kaki” dari Halim untuk memberikan jatah penerbangan bagi rute yang dipindahkan dari SHIA.

Belum lagi keberadaan empat skuadron udara di Halim yang dipastikan akan terganggu dengan penambahan penerbangan tumpahan dari Cengkareng. Puluhan tahun rencana kerja dan latihan Angkatan Udara di Lanud Halim terganggu saat status Halim dijadikan International Airport sementara saat menunggu kesiapan SHIA. Saat itu semua latihan telah dipindahkan dengan paksa ke Bandung dan Lampung yang saat ini tidak mungkin lagi dilakukan karena sudah sangat penuh pula trafficnya.

Banyak yang tidak memahami bahwa Halim “bukan hanya” sebuah aerodrome, melainkan juga berfungsi sebagai “sub-system” dari alat utama sistem persenjataan Angkatan Udara. Di Lanud Halim terdapat basis utama dari Markas Besar Komando Pertahanan Udara Nasional, Skuadron Udara, Skuadron Teknik Pemeliharaan Pesawat, dan Batalion Tempur Korps Paskhasau. Semua itu menggunakan Lanud Halim tidak saja sebagai sebuah pangkalan udara, tetapi juga sekali lagi sebagai subsistem pertahanan udara nasional.

Di sisi lain, rancang bangun dari pangkalan udara Halim tidaklah diperuntukkan bagi penerbangan komersial karena di kawasan Halim terdapat dua area kawasan terbang latihan dan tes pesawat udara (pasca-pemeliharaan) di atas Bogor Area dan Pelabuhan Ratu Area. Kegiatan di kawasan ini akan sangat terganggu bila ada kegiatan penerbangan reguler komersial pada jam-jam tertentu. Faktor keselamatan terbang menjadi tidak dapat terjaga dengan baik. SHIA dan Halim memang sama-sama sebuah aerodrome, tetapi dengan peruntukan yang sangat berbeda.

SHIA berorientasi “profit-oriented” atau bisnis mencari keuntungan, sementara Lanud Halim berorientasi kepada “combat-readiness” atau kesiapan tempur. Lebih tidak adil lagi dirasakan adalah SHIA yang telah melakukan kesalahan sehingga terjadi kekacauan penerbangan belakangan ini, kemudian Lanud Halim dipaksa untuk menanggung akibatnya. Masyarakat luas yang tidak begitu paham tentang apa yang sebenarnya telah terjadi akan mudah sampai pada kesimpulan bahwa Angkatan Udara tidak mau membantu kepentingan mereka!

Angkatan Udara dalam hal ini Lanud Halim telah dibenturkan kepada kepentingan orang banyak pengguna jasa angkutan udara berbiaya murah yang kini tengah marak, murah meriah. Alangkah tragisnya. Solusi hendaknya dicarikan dengan terlebih dahulu mencermati akar masalah yang dihadapi agar dapat benar-benar memperoleh keputusan yang tepat. Jangan sampai mengambil keputusan yang gegabah!

Bila hanya memutuskan untuk sekadar memindahkan ke Halim, tidak mustahil kelebihan kapasitas yang sangat membahayakan itu akan terulang kembali di Halim. Kita semua tentu tidak ingin dikatakan sebagai yang pernah diutarakan oleh orang Yunani: Errare humanum est. Perseverare diabolicum (Berbuat kesalahan adalah suatu hal manusiawi. Mengulangi kesalahan adalah perbuatan iblis). ●

Jakarta 7 Januari 2014
CHAPPY HAKIM
Pilot Senior, Pemegang Airlines Transport Pilot Licence (ATPL) No 2391
Sumber : Koran Sindo terbitan hari ini.

http://www.chappyhakim.com/2014/01/0...-yang-gegabah/

Pendapat dari mantan Kasau...
- apakah beliau tidak di ajak berdiskusi tentang hal tersebut?
- PAM Bandara sampai saat ini HANYA dipercayakan ma SATPAM bandara..gimana tuh?
- bagaimana tanggapan suhu2 disini tentang pendapat beliau?

#mudah2an ga repost
#klo udah ada trit yg lain,mohon link nya biar digabung...nuhun
Diubah oleh maspakbangbro 13-01-2014 11:21
0
7.1K
72
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan