- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Air Mata Dari Surat Fatimah!SEDIH,Gan!


TS
roneverst
Air Mata Dari Surat Fatimah!SEDIH,Gan!


TO MY THREAD
Spoiler for UNREPSOL:
No Repsol Gan


Gan, Ane mau share Nih Kisah nyata dari Afganistan,seorang anak kecil yang masi berumur 6 tahun yang ingin mengirim surat kepadaNYA,tapi sangat tidak diduga, suratnya belum sempat ia kirim ia sudah dipanggil oleh NYA,kenapakah Dia?


Langsung Aja ke TKP gan Ceritanya,jangan Lupa sedia Tisu ya gan





Langsung Aja ke TKP gan Ceritanya,jangan Lupa sedia Tisu ya gan








Spoiler for TKP:
Spoiler for ilustrasi doi:




Spoiler for kisahnya:
Pada malam 24 Desember setelah kakak saya menceritakan sebuah kisah dari daerah tetangga kami yang baru saja dihantam oleh US B52 (pesawat tempur) di Qandahar (Kandahar), Saya berhenti di kantor utama NY Post, di 33rd & 8th Avenue, NYC, markas untuk USPS, sebuah program “Operasi Santa Claus”. Saya kembai ke stan berita dan mengambil satu copy New York Times.
Sementara seseorang sedang memegang koran dan berbicara kepada istrinya saat ia sibuk memilih-milih hadiah untuk Hari Natal, tiba-tiba saya mendengar seseorang menghadapnya dan mengatakan, “Ya, kita adalah orang-orang yang lurus dari semua bangsa, kita tidak membombardir rakyat miskin Afghan, tetapi pempimpin mereka yang menuntut kampanye pemboman yang intensif, kita dari grand canyon, hahaha, cheer, dan Natal ini akan sangat berbeda bagi orang Amerika.”
Saya tidak mudah untuk menunjukkan emosi saya, tetapi Saya mendengar kisah satu per satu, dengan air mata mengalir di wajah saya. Inilah sebuah kisah yang Saya pilih dari telepon kakak saya.
Fathimah (6), ia tinggal dengan ayah dan ibunya, dan dengan 2 saudari perempuan dan seorang saudara laki-laki di kota Qandahar, suka bermain dengan kawan-kawan sebayanya di ladang di sekitar rumahnya. Ayahnya bekerja berjam-jam lamanya untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Fathimah, di hari ketiga pemboman oleh Amerika di kota Qandahar, mengatakan kepada ayahnya untuk membawanya ke Allah dan ia akan mengatakan kepada-Nya untuk menyingkirkan orang-orang Amerika (penjajah) dari dunia damai ini dan menghancurkan pesawat-pesawat mereka, dan jika ayahnya tidak membawahnya kepada Allah maka ayahnya harus membiarkan ia pergi ke gurun-gurun untuk berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ahmad (11), kakaknya Fathimah, juga meminta mati syahid dan mengatakan untuk membiarkannya meninggalkan rumah untuk memerangi para penjajah ketika mereka mendarat.
Sang ayah tidak mampu menjawab, sehingga akhirnya ia meminta ibunya untuk meyakinkan mereka. “Kamu masih terlalu muda untuk melawan para penjajah kotor itu, Ahmad! Dan kamu harus menunggu hingga kamu dewasa. Usia untuk berperang paling tidak (minimal) 16 tahun,” kata sang ibunda menasehati puteranya itu.
Sementara seseorang sedang memegang koran dan berbicara kepada istrinya saat ia sibuk memilih-milih hadiah untuk Hari Natal, tiba-tiba saya mendengar seseorang menghadapnya dan mengatakan, “Ya, kita adalah orang-orang yang lurus dari semua bangsa, kita tidak membombardir rakyat miskin Afghan, tetapi pempimpin mereka yang menuntut kampanye pemboman yang intensif, kita dari grand canyon, hahaha, cheer, dan Natal ini akan sangat berbeda bagi orang Amerika.”
Saya tidak mudah untuk menunjukkan emosi saya, tetapi Saya mendengar kisah satu per satu, dengan air mata mengalir di wajah saya. Inilah sebuah kisah yang Saya pilih dari telepon kakak saya.
Fathimah (6), ia tinggal dengan ayah dan ibunya, dan dengan 2 saudari perempuan dan seorang saudara laki-laki di kota Qandahar, suka bermain dengan kawan-kawan sebayanya di ladang di sekitar rumahnya. Ayahnya bekerja berjam-jam lamanya untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Fathimah, di hari ketiga pemboman oleh Amerika di kota Qandahar, mengatakan kepada ayahnya untuk membawanya ke Allah dan ia akan mengatakan kepada-Nya untuk menyingkirkan orang-orang Amerika (penjajah) dari dunia damai ini dan menghancurkan pesawat-pesawat mereka, dan jika ayahnya tidak membawahnya kepada Allah maka ayahnya harus membiarkan ia pergi ke gurun-gurun untuk berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ahmad (11), kakaknya Fathimah, juga meminta mati syahid dan mengatakan untuk membiarkannya meninggalkan rumah untuk memerangi para penjajah ketika mereka mendarat.
Sang ayah tidak mampu menjawab, sehingga akhirnya ia meminta ibunya untuk meyakinkan mereka. “Kamu masih terlalu muda untuk melawan para penjajah kotor itu, Ahmad! Dan kamu harus menunggu hingga kamu dewasa. Usia untuk berperang paling tidak (minimal) 16 tahun,” kata sang ibunda menasehati puteranya itu.
Spoiler for suratnya:

“Dan kamu Fathimah, beritahukan permintaanmu dari Allah (yang ia mohon agar Allah melakukannya, red) kepada ayahmu untuk menulisnya dan kemudian ia akan mengirimnya ke rumah Allah: Ka’bah. Dan tentu saja Allah akan memberikan kemurkaanNya terhadap seluruh orang-orang kafir.”
Akhirnya, mereka berdua merasa puas dan Fathimah segera mengambil selembar kertas dengan pensil yang telah rusak sebagiannya dan memberikannya kepada ayahnya dan mengatakan kepada ayahnya untuk menulis:
/B]Akhirnya, mereka berdua merasa puas dan Fathimah segera mengambil selembar kertas dengan pensil yang telah rusak sebagiannya dan memberikannya kepada ayahnya dan mengatakan kepada ayahnya untuk menulis:
Spoiler for tulisanya:
“Aku, Fathimah dan semua anak-anak Muslim Afghanistan sedang diserang oleh para penjajah, pesawat-pesawat mereka datang dari negara yang jauh ke tanah kami dan membom kami. Mereka bukan saja musuh bagi negara kami dan hidup kami tetapi juga musuh bagi agamamu, Islam, mereka datang untuk menyingkirkan Imarah Islam dari Afghanistan. Dan lebih dari itu, mereka membunuh anak-anak yang tidak bisa melakukan apapun maupun menyakiti siapapun. Ya Allah-ku! Kirimlah kemurkaanMu yang sangat besar terhadap mereka (para penjajah) dan terhadap seluruh pendukung mereka, baik mereka orang Afghan maupun orang lainnya. Kami membenci Amerika dan para pengikut mereka, bunuhlah mereka semua.”
Dan ini yang buat ane jadi sedih gan

Spoiler for buka:
Setelah menyelesaikan menulis surat itu, ayahnya dan Ahmad pergi ke Masjid untuk melaksanakan shalat Isya’. Dan bom menghantam rumah Fathimah dan semua anggota keluarga, kecuali Ahmad dan ayahnya, syahid. Sang ayah mengatakan bahwa Fathimah membisikkan ke telinganya saat nafas terakhirnya,[B]“Jangan kirimkan suratnya sekarang, aku akan bertemu dengan Allah segera dan aku akan mengatakan semuanya yang kita sedang hadapi di negeri kita.”





Teksnya sudah Diterjemahkan dan diedit dari Shahamat-english (salah satu situs resmi Mujahidin Imarah Islam Afghanistan)
Dah segitu gan,wlopun dikit tulisannya jujur ane sampe

Ane selalu berdoa Semoga Allah Memberikan keadilan pada hambanya yang terzolimi n doa dari Syahidah Fatimah bisa allah kabulkan



Spoiler for Bonus:
Sekian dari ane gan mohon maaaf jika ada yg kurang suka n salah dengan trit ane
Klo agan terharu dengan ceritanya boleh timpuk ane pake


ato

Biar bisa ditaro di pekiwan!
Yang tak terharu ato gak suka dengan trit ane jngn timpuk ane pake

tapi lebih baik tinggalin jejak
Klo agan terharu dengan ceritanya boleh timpuk ane pake




ato





Biar bisa ditaro di pekiwan!
Yang tak terharu ato gak suka dengan trit ane jngn timpuk ane pake




tapi lebih baik tinggalin jejak




Spoiler for cek truth:
Diubah oleh roneverst 17-12-2013 01:24
0
2.4K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan