Kemarin, Anas Urbaningrum, mantan ketua umum partai demokrat baru saja ditahan KPK karena korupsi kasus Hambalang.

Banyak pihak, termasuk ane yang sangat senang dengan penangkapan ini. Di media elektronik maupun cetak muncul berbagai opini yang mendukung KPK memberantas korupsi dan mengecam para koruptor.

Lalu saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri. Apakah benar saya benci koruptor?
Apakah kebencian saya murni karena saya mencintai kejujuran?
Apakah saya tidak akan korupsi jika ada di posisi mereka?

Lalu pikiran saya flashback ke masa sekolah dulu. Saya sering mencontek, mengerjakan PR di sekolah, membohongi guru dll.
Tapi ada sedikit siswa yang jujur. yang tidak mau mencontek dan memperlihatkan hasil pekerjaannya, Selalu jujur ketika ditanyai guru, mengumpulkan tugas tepat waktu.
Apakah saya mencintai mereka yang jujur? ternyata tidak, saya malah sangat membenci mereka. Di mata saya, mereka adalah para penjilat yang pelit, tidak punya solidaritas dan mau pintar sendiri. Itulah anggapan saya dan teman-teman saya yang suka curang terhadap orang-orang jujur.

Lalu kenapa saya (seolah-olah) membenci koruptor?
Oh, karena mereka tidak ada sangkut pautnya dengan hidup saya. Bisa dibayangkan kalau penangkapan tsk. korupsi merugikan hidup saya, pasti saya akan bertingkah seperti orang-orang yang memaki KPK di TV.

kesimpulan yang saya ambil, ternyata kecintaan saya kepada kejujuran tergantung kepada kepentingan.
Saya mencintai kejujuran selama itu tidak merugikan saya. Jika saya rugi,maka kejujuran sama saja dengan musuh.

Apa kalian juga sepemikiran dengan saya?