- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Wow... Indonesia Miliki Cadangan Gas 98 Triliun Kaki Persegi


TS
arifffff
Wow... Indonesia Miliki Cadangan Gas 98 Triliun Kaki Persegi
Spoiler for :
Selain penghasil emas terbaik dan terbesar di dunia, Indonesia juga memiliki cadangan gas alam yang paling besar di dunia yang berada di Blok Natuna. Berapa banyak cadangan gas alam yang tersimpan di Blok Natuna?

Baru perkiraan, hanya dari Blok Natuna D Alpha saja, Indonesia sudah memiliki cadangan gas alam sebesar 200 triliun kubik gas alami. Selain Blok Natuna, Indonesia masih memiliki beberapa blok-blok penghasil gas alam lainnya.
Sejarah Perusahaan Gas Negara (PGN)

http://upload.wikimedia.org/wikipedi...w_lowres.jpgPTPerusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat PGN (IDX: PGAS) adalah sebuah BUMN yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi.
Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859 yang memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari batu bara.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tahun 1958 perusahaan tersebut dinasionalisasi dan diubah menjadi PN Gas.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Selanjutnya pada tanggal 13 Mei 1965 berubah menjadi Perusahaan Gas Negara. Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi PGN pada tiap tahunnya.
Perusahaan ini yang semula mengalirkan gas buatan dari batu bara dan minyak dengan teknik Catalytic Reforming yang tidak ekonomis mulai menggantinya dengan mengalirkan gas alam pada tahun 1974 di kota Cirebon. Konsumennya adalah sektor rumah tangga, komersial dan industri. Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974, kemudian disusul berturut-turut di wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya tahun 1994, dan Palembang tahun 1996.
Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka pada tahun 1984 statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum Gas Negara Perum dan pada tahun 1994 statusnya ditingkatkan lagi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dengan penambahan ruang lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain di bidang distribusi gas bumi juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di bidang transmisi, dimana PGN berfungsi sebagai transporter.
PGN kemudian memasuki babak baru menjadi perusahaan terbuka ditandai dengan tercatatnya saham PGN pada tanggal 15 Desember 2003 di Bursa Efek Indonesia dan namanya resmi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Bisnis PGN
1. Distribusi gas bumi
PGN mengoperasikan jalur pipa distribusi gas sepanjang lebih dari 3.750 km, menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah sakit, serta rumah tangga di wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia. PGN mendapatkan keuntungan dari penjualan gas kepada konsumen.
2. Transmisi Gas Bumi
Jalur pipa transmisi gas bumi PGN terdiri dari jaringan pipa bertekanan tinggi sepanjang sekitar 2.160 km yang mengirimkan gas bumi dari sumber gas bumi ke stasiun penerima pembeli. PGN menerima Toll Fee untuk pengiriman gas sesuai dengan Perjanjian Transportasi Gas (GTA) yang berlaku selama 10-20 tahun. Unit Bisnis Strategis
Untuk mengawasi kegiatan operasional transmisi dan distribusi, PGN membagi area bisnisnya menjadi empat Unit Bisnis Strategis dengan fokus geografis masing-masing:
SBU Distribusi Wilayah I, mencakup area Sumatera Selatan, Lampung hingga Jawa Barat (termasuk Jakarta).
SBU Distribusi Wilayah II, mencakup area Jawa Timur.
SBU Distribusi Wilayah III, mencakup Sumatera Utara, Riau (Pekanbaru) dan Kepulauan Riau (Batam).
SBU Transmisi, mencakup jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa.
Selain itu, anak perusahaan PGN, PT Transportasi Gas Indonesia, mengelola bisnis transmisi gas bumi untuk jaringan Grissik-Duri dan Grissik-Singapura. Anak Perusahaan dan Perusahaan Afiliasi :
PT Transportasi Gas Indonesia : transmisi gas bumi
PT PGAS Telekomunikasi Nusantara (PGASCOM) : telekomunikasi
PT PGAS Solution : konstruksi, enjiniring, operation & maintenance
PT Nusantara Regas : terminal penyimpanan dan regasifikasi terapung
PT Saka Energi Indonesia : kegiatan di bidang hulu
PT Gagas Energi Indonesia : kegiatan di bidang hilir
PT Gas Energi Jambi : perdagangan, konstruksi dan jasa
PT Banten Gas Synergi : jasa, transportasi, perdagangan dan pertambangan (Afiliasi)
PT PGN LNG Indonesia: bisnis LNG dan terminal penyimpanan dan regasifikasi terapung
Saham PGN (Kode Saham : PGAS)
Seiring dengan gencarnya privatisasi BUMN di Indonesia, maka pemerintah melakukan penjualan saham perdana PT Perusahaan Gas Negara (Tbk) pada tanggal 05 Desember 2003.
PGAS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PGAS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dengan harga penawaran Rp. 1.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003.
saham pgas

Pada pertengahan Januari 2007, informasi keterlambatan komersialisasi gas via pipa transmisi SSWJ dari manajemen PGN menjadi penyebab utama anjloknya harga saham BUMN itu hingga sebesar 23% dalam satu hari.
Sentimen negatif di pasar modal itu berkaitan dengan kecurigaan bahwa PGN dan pemerintah menutup-nutupi keterlambatan proyek tersebut yang harusnya sudah operasi pada Desember 2006, tapi tertunda hingga Januari 2007 dan tertunda lagi hingga Maret.
Akibatnya PGN dikenakan denda oleh Pertamina sebesar US$ 15.000 per hari sejak 1 November 2006. Pada tahun 2011, komposisi saham pemerintah mencapai 57% dan sisanya publik sebanyak 43%.
Negosiasi Dengan Rekanan dari China
Meskipun terjadi penurunan harga minyak pada akhir tahun 2008 lalu, pemerintah telah bersikeras bergerak maju dengan proses negosiasi ulang dengan China untuk harga gas alam cair (liquefied natural gas / LNG) dari lapangan eksplorasi gas “Tangguh” di Papua untuk diekspor ke negara itu.
“Setelah dihentikan produksinya karena pecahnya krisis keuangan global pada kuartal ketiga di tahun ini (Des. 2008 -red), pemerintah dijadwalkan untuk melanjutkan re-negosiasi dengan rekanan dari China pada Januari 2009,” menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla.
http://www.indomigas.com/wp-content/...rga-elpiji.jpg
Sejak konvensi minyak tanah ke gas, pemerintah mengeluarkan tabung elpiji 5 kg yang lebih kecil.
“Kami akan me-refresh (negosiasi) pada bulan Januari 2009,” kata Kalla dalam kunjungannya ke proyek LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, seperti dilansir Antara.
Sebelumnya, ketika mengunjungi China, Kalla mengatakan kontrak LNG Tangguh dengan China akan dinegosiasi ulang karena posisi Indonesia dipandang sebagai di pihak yang kalah.
Namun, ia tidak mengungkapkan rincian apapun dari apa yang sedang ditawarkan ke Cina. “Kami akan membahas lebih formula, tidak hanya soal harga. Negosiasi akan terus bergerak maju,” katanya.
Kurtubi, analis minyak dan gas, mengatakan proses re-negosiasi LNG Tangguh untuk harga formula harus dibawa ke tahap berikutnya meskipun harga minyak jatuh menjadi ke level sekitar US $ 30.
Dalam kontrak selama 25 tahun untuk ekspor LNG ke China, harga telah ditetapkan sebesar $ 2,40 per mmbtu, dengan penyesuaian kenaikan harga minyak mentah.
http://beritaekonomi.kiosgeek.com/wp...gKontroversial kontrak gas alam cair (LNG) Tangguh ini lalu ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan perusahaan di Provinsi Fujian, China pada tahun 2002 di bawah pemerintahan presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri.
Harga LNG pada saat penandatanganan kontrak itu didasarkan pada harga minyak mentah saat itu, US $ 20 per barel.
Pemerintah Cina sebelumnya telah sepakat untuk menaikkan harga $ 3,80 per mmbtu, tetapi pemerintah Indonesia menolak tawaran itu, dan mengatakan itu masih terlalu rendah.
Lapangan gas Tangguh dikembangkan oleh konsorsium BP Plc, (37,16 persen), MI Berau (16,3 persen), CNOOC (13,9 persen), Nippon Oil (12,23 persen), KG Berau / KG Wiriagar (10 persen), LNG JapanCorporation (7,35 persen) dan Talisman (3,06 persen).
Pemanfaatan Gas di Indonesia
Pemanfaatan gas alam di negara kita dimulai pada tahun 1960-an dimana saat itu produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT. Pupuk Sriwidjaja di Palembang.
Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat sejaktahun 1974, dimana PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang.
http://www.indomigas.com/wp-content/...piji-12-kg.jpg
Tabung gas elpiji ukuran 12 kg.
Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup, dan digantikan oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri.
Pada masa itu Pusri IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan teknologi tinggi.
Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten.
Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.
Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Aceh. Sumber gas alam yang terdapat di di daerah Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company.
Gas alam telah diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh (kabupaten Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku dari gas alam.
10 Produsen Gas Terbesar di Indonesia
Perusahaan manakah yang paling banyak berkontribusi? Berikut dikutip dari bahan tertulis SKK Migas Kamis (7/2/2013), perusahaan-perusahaan gas terbesar di Indonesia tersebut adalah:
1. PT Total E&P Indonesie (Prancis), merupakan kontributor terbesar produksi gas RI. Perusahaan tersebut menghasilkan gas 1.693,98 mmscfd dari Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Angka itu sekitar 20,8% dari total produksi gas nasional.
2. BP Berau (Inggris), berada di peringkat dua yang tingkat produksinya mencapai 1.219 mmscfd atau sekitar 15% dari total produksi nasional.
3. PT Pertamina, Persero (Indonesia), perusahaan pelat merah Indonesia baru ada di peringkat ketiga, berkontribusi sekitar 12,9% dari total produksi nasional atau setara 1.049,25 mmscfd.
4. ConocoPhillips Grissik (Amerika Serikat), di posisi keempat ini menghasilkan gas 1.027,02 mmscfd dari Blok Koridor, Sumatera Selatan. Angka itu setara 12,6% dari total produksi gas di Tanah Air.
5. ConocoPhillips Indonesia Ltd (Amerika Serikat), menempati ranking kelima sebagai produksi gas terbesar di Indonesia. Perusahaan yang masih juga dimiliki AS tersebut memproduksi gas sebanyak 432,94 mmscfd dari South Natuna East Sea Blok B.
6. Vico Indonesia (Inggris), memproduksi 380,94 mmscfd,
7. ExxonMobil Oil Indonesia (Amerika Serikat), memproduksi 369,22 mmscfd.
8. Kangean Energy, menghasilkan 294,99 mmscfd dari lapangan Terang Sirasun Batur.
9. PetroChina Jabung (Cina), memproduksi sebanyak 264,99 mmscfd ada di posisi ke-9.
10. PT PHE ONWJ (Indonesia), menempati posisi terakhir ini adalah anak usaha Pertamina menjadi kontributor ke-10 dengan tingkat produksi 212,46 mmscfd.
Saat ini sekitar 52% sumber energi dalam negeri masih dipenuhi oleh BBM, 28% gas bumi, 15% batu bara, 3% tenaga air dan 2% panas bumi. Dengan semakin berkurangnya cadangan minyak, otomatis gas bumi merupakan energi pengganti BBM yang paling tepat saat ini.
Berujuk pada road map yang disusun kementrian ESDM, ke depan konsumsi gas dan batu bara akan mulai ditingkatkan untuk menggantikan BBM, sehingga mampu memenuhi kebutuhan energi nasional sampai 53%. Sedangkan BBM menjadi hanya 20%.
Total Cadangan Gas Alam di Dunia
Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi produksi gas nasional hingga 27 Januari 2013 lalu mencapai 8.152,53 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Gas alam sebagai bahan bakar.
2. Gas LNG sebagai komoditas ekspor, dan
3. Gas sebagai bahan baku (pupuk, petrokimia, metanol, plastik,industri besi tuang dan sebagainya.
Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner (AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.
Total cadangan gas dunia (yang sudah dikonfirmasi) adalah 6,112 triliun kaki persegi. Daftar 20 besar negara dengan cadangan gas terbesar dalam satuan triliun kaki persegi (trillion cu ft) adalah :
1. Rusia = 1,680
2. Iran = 971
3. Qatar = 911
4. Arab Saudi = 241
5. United Arab Emirates = 214
6. Amerika Serikat = 193
7. Nigeria = 185
8. Aljazair = 161
9. Venezuela = 151
10. Irak = 112
11. Indonesia = 98
12. Norwegia = 84
13. Malaysia =75
14. Turkmenistan = 71
15. Uzbekistan = 66
16. Kazakhstan = 65
17. Belanda = 62
18. Mesir = 59
19. Kanada = 57
20. Kuwait = 56
Korversi Minyak Tanah ke Gas
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengulas kesuksesannya kala memberlakukan program konversi minyak tanah menjadi gas di sela-sela acara peresmian pengoperasian Terminal LPG milik Bosowa Group di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (21/12/12) lalu.
JK menjelaskan, pemberlakuan konversi minyak tanah ke gas dilakukan untuk mengurangi subsidi energi pada tahun 2005 yang dinilai hampir membuat bangkrut negara.
Wapres Jusuf Kalla-bersama-Direksi-Pertamina-meninjau-kesiapan-tabung-ga
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memberlakukan program konversi minyak tanah menjadi gas.
Menurut JK, beberapa langkah yang diambil antara lain menaikkan harga BBM (termasuk minyak tanah) hingga dua kali.
Kenaikan itu pun dilakukan dua hari menjelang puasa dengan pertimbangan pada bulan tersebut, umumnya, masyarakat hanya memasak dua kali sehingga kenaikan harga tidak terlampau memberatkan.
Setelah itu pemerintah melalui survei menemukan fakta bahwa belanja minyak tanah yang dilakukan masyarakat setiap pekan umumnya berada dikisaran Rp 15.000.
Sehingga ada upaya untuk membuat tabung gas yang bisa dihargai di kisaran Rp 15.000, agar konversi bisa diterima masyarakat. “Akhirnya lahir lah tabung tiga kilogram, karena saat itu yang penting harganya terjangkau,” ujar JK.
Saat itu menurut dia, pemerintah melalui PT Pertamina harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 15 triliun dalam melakukan konversi minyak tanah ke gas. Selain itu untuk memastikan pemberlakuannya sehat, maka diputuskan tidak melalui tender. Dengan program itu, negara dapat menghemat 10 juta kilo liter BBM, sekaligus anggaran subsidinya. (rr/bsc)
Subsidi BBM jadi Kambing Hitam Kacaunya Ekonomi Nasional
Pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko menilai subsidi Bahan Bakar Minyak sebagai ‘Top Looser’ yang menjadi penyebab karut marut neraca pembayaran Indonesia.
“Kalau dikatakan top looser-nya itu siapa, ya itu BBM,” kata Agustinus di Hotel Atlet Century, Jakarta, Rabu (18/12/2013) lalu. Dia menyebutkan, hanya ada dua jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan defisit neraca transaksi berjalan terkait besarnya impor BBM, yakni:
Menaikkan harga BBM bersubsidi, dan
Membatasi konsumsi BBM bersubsidi (program RFID).
“Kalau kenaikan tidak bisa karena pemilu. Ya batasi konsumsinya. Menurut saya agak sulit untuk memitigasi konsumsi BBM karena ada beberapa kebijakan yang kontra produktif, mobil murah misalnya.
http://paperrabbit.files.wordpress.c...w=280&h=280Itu jelas akan menaikkan konsumsi BBM. Jadi kalau mau dibilang ya harusnya itu naik harga BBM untuk membatasi konsumsi dan mengurangi beban impor, dan juga fiskal,” jelas Agustinus.
Menurutnya, Kementerian ESDM memiliki peran vital dalam mengatasi persoalan impor dan konsumsi BBM.
“Jadi sebetulnya kalau mau di matrix itu sebenarnya kerjaan ESDM itu juga tidak kalah serius untuk mengatasi masalah defisit neraca pembayaran karena defisit yang paling besar itu karena impor BBM,” tutup Agustinus.
Alasan Pertamina naikkan harga elpiji 12 Kg
PT Pertamina, selaku distributor gas elpiji, memutuskan untuk menaikkan harga jual tabung 12 Kg sesaat selepas tahun baru. Pertamina menaikkan harga Elpiji non subsidi kemasan 12 Kg menyusul tingginya harga pokok elpiji di pasar dan turunnya nilai tukar Rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar.
Pertamina memberlakukan harga baru elpiji non subsidi kemasan 12 Kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp 3.959 per Kg. Saat ini harga jual elpiji 12 Kg rata-rata sebesar Rp 120.000 per tabung dan bervariasi di tiap daerah.
“Besaran kenaikan di tingkat konsumen akan bervariasi berdasarkan jarak SPBBE ke titik serah (supply point),” tutur Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir. Dengan kenaikan inipun, lanjutnya, Pertamina masih ‘jual rugi’ kepada konsumen Elpiji non subsidi kemasan 12 Kg sebesar Rp 2.100 per Kg.
GAS ELPIJI
Tabung Elpiji non subsidi kemasan 12 Kg.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan dampak penaikan harga elpiji 12 Kg terhadap inflasi rendah. Menurutnya, pemerintah tidak bisa melarang PT Pertamina untuk menaikkan harga elpiji 12 Kg. Mengingat barang itu tidak disubsidi oleh pemerintah.
“Kalau saya punya keinginan tentu kita tahan. Jangan dulu dinaikkan,” kata Hatta di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/14). Ancang-ancang menaikkan harga elpiji ini sebenarnya telah dilakukan lama oleh Pertamina. Namun selalu gagal karena mendapat desakan penolakan dari pemerintah.
Pemerintah beralasan kenaikan ini akan memberatkan beban hidup rakyat dan mengganggu stabilitas perekonomian. Akan tetapi, sebagai sebuah perusahaan, Pertamina mengaku harus menerapkan good governance karena bertanggung jawab pada pemegang saham.
Lalu apa saja sebetulnya alasan Pertamina harus menaikkan harga elpiji 12 kg? Ada 4 alasan mendasar atas kenaikan itu adalah:

Baru perkiraan, hanya dari Blok Natuna D Alpha saja, Indonesia sudah memiliki cadangan gas alam sebesar 200 triliun kubik gas alami. Selain Blok Natuna, Indonesia masih memiliki beberapa blok-blok penghasil gas alam lainnya.
Sejarah Perusahaan Gas Negara (PGN)

http://upload.wikimedia.org/wikipedi...w_lowres.jpgPTPerusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat PGN (IDX: PGAS) adalah sebuah BUMN yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi.
Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859 yang memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari batu bara.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tahun 1958 perusahaan tersebut dinasionalisasi dan diubah menjadi PN Gas.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Selanjutnya pada tanggal 13 Mei 1965 berubah menjadi Perusahaan Gas Negara. Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi PGN pada tiap tahunnya.
Perusahaan ini yang semula mengalirkan gas buatan dari batu bara dan minyak dengan teknik Catalytic Reforming yang tidak ekonomis mulai menggantinya dengan mengalirkan gas alam pada tahun 1974 di kota Cirebon. Konsumennya adalah sektor rumah tangga, komersial dan industri. Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974, kemudian disusul berturut-turut di wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya tahun 1994, dan Palembang tahun 1996.
Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka pada tahun 1984 statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum Gas Negara Perum dan pada tahun 1994 statusnya ditingkatkan lagi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dengan penambahan ruang lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain di bidang distribusi gas bumi juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di bidang transmisi, dimana PGN berfungsi sebagai transporter.
PGN kemudian memasuki babak baru menjadi perusahaan terbuka ditandai dengan tercatatnya saham PGN pada tanggal 15 Desember 2003 di Bursa Efek Indonesia dan namanya resmi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Bisnis PGN
1. Distribusi gas bumi
PGN mengoperasikan jalur pipa distribusi gas sepanjang lebih dari 3.750 km, menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah sakit, serta rumah tangga di wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia. PGN mendapatkan keuntungan dari penjualan gas kepada konsumen.
2. Transmisi Gas Bumi
Jalur pipa transmisi gas bumi PGN terdiri dari jaringan pipa bertekanan tinggi sepanjang sekitar 2.160 km yang mengirimkan gas bumi dari sumber gas bumi ke stasiun penerima pembeli. PGN menerima Toll Fee untuk pengiriman gas sesuai dengan Perjanjian Transportasi Gas (GTA) yang berlaku selama 10-20 tahun. Unit Bisnis Strategis
Untuk mengawasi kegiatan operasional transmisi dan distribusi, PGN membagi area bisnisnya menjadi empat Unit Bisnis Strategis dengan fokus geografis masing-masing:
SBU Distribusi Wilayah I, mencakup area Sumatera Selatan, Lampung hingga Jawa Barat (termasuk Jakarta).
SBU Distribusi Wilayah II, mencakup area Jawa Timur.
SBU Distribusi Wilayah III, mencakup Sumatera Utara, Riau (Pekanbaru) dan Kepulauan Riau (Batam).
SBU Transmisi, mencakup jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa.
Selain itu, anak perusahaan PGN, PT Transportasi Gas Indonesia, mengelola bisnis transmisi gas bumi untuk jaringan Grissik-Duri dan Grissik-Singapura. Anak Perusahaan dan Perusahaan Afiliasi :
PT Transportasi Gas Indonesia : transmisi gas bumi
PT PGAS Telekomunikasi Nusantara (PGASCOM) : telekomunikasi
PT PGAS Solution : konstruksi, enjiniring, operation & maintenance
PT Nusantara Regas : terminal penyimpanan dan regasifikasi terapung
PT Saka Energi Indonesia : kegiatan di bidang hulu
PT Gagas Energi Indonesia : kegiatan di bidang hilir
PT Gas Energi Jambi : perdagangan, konstruksi dan jasa
PT Banten Gas Synergi : jasa, transportasi, perdagangan dan pertambangan (Afiliasi)
PT PGN LNG Indonesia: bisnis LNG dan terminal penyimpanan dan regasifikasi terapung
Saham PGN (Kode Saham : PGAS)
Seiring dengan gencarnya privatisasi BUMN di Indonesia, maka pemerintah melakukan penjualan saham perdana PT Perusahaan Gas Negara (Tbk) pada tanggal 05 Desember 2003.
PGAS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PGAS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dengan harga penawaran Rp. 1.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003.
saham pgas

Pada pertengahan Januari 2007, informasi keterlambatan komersialisasi gas via pipa transmisi SSWJ dari manajemen PGN menjadi penyebab utama anjloknya harga saham BUMN itu hingga sebesar 23% dalam satu hari.
Sentimen negatif di pasar modal itu berkaitan dengan kecurigaan bahwa PGN dan pemerintah menutup-nutupi keterlambatan proyek tersebut yang harusnya sudah operasi pada Desember 2006, tapi tertunda hingga Januari 2007 dan tertunda lagi hingga Maret.
Akibatnya PGN dikenakan denda oleh Pertamina sebesar US$ 15.000 per hari sejak 1 November 2006. Pada tahun 2011, komposisi saham pemerintah mencapai 57% dan sisanya publik sebanyak 43%.
Negosiasi Dengan Rekanan dari China
Meskipun terjadi penurunan harga minyak pada akhir tahun 2008 lalu, pemerintah telah bersikeras bergerak maju dengan proses negosiasi ulang dengan China untuk harga gas alam cair (liquefied natural gas / LNG) dari lapangan eksplorasi gas “Tangguh” di Papua untuk diekspor ke negara itu.
“Setelah dihentikan produksinya karena pecahnya krisis keuangan global pada kuartal ketiga di tahun ini (Des. 2008 -red), pemerintah dijadwalkan untuk melanjutkan re-negosiasi dengan rekanan dari China pada Januari 2009,” menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla.
http://www.indomigas.com/wp-content/...rga-elpiji.jpg
Sejak konvensi minyak tanah ke gas, pemerintah mengeluarkan tabung elpiji 5 kg yang lebih kecil.
“Kami akan me-refresh (negosiasi) pada bulan Januari 2009,” kata Kalla dalam kunjungannya ke proyek LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, seperti dilansir Antara.
Sebelumnya, ketika mengunjungi China, Kalla mengatakan kontrak LNG Tangguh dengan China akan dinegosiasi ulang karena posisi Indonesia dipandang sebagai di pihak yang kalah.
Namun, ia tidak mengungkapkan rincian apapun dari apa yang sedang ditawarkan ke Cina. “Kami akan membahas lebih formula, tidak hanya soal harga. Negosiasi akan terus bergerak maju,” katanya.
Kurtubi, analis minyak dan gas, mengatakan proses re-negosiasi LNG Tangguh untuk harga formula harus dibawa ke tahap berikutnya meskipun harga minyak jatuh menjadi ke level sekitar US $ 30.
Dalam kontrak selama 25 tahun untuk ekspor LNG ke China, harga telah ditetapkan sebesar $ 2,40 per mmbtu, dengan penyesuaian kenaikan harga minyak mentah.
http://beritaekonomi.kiosgeek.com/wp...gKontroversial kontrak gas alam cair (LNG) Tangguh ini lalu ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan perusahaan di Provinsi Fujian, China pada tahun 2002 di bawah pemerintahan presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri.
Harga LNG pada saat penandatanganan kontrak itu didasarkan pada harga minyak mentah saat itu, US $ 20 per barel.
Pemerintah Cina sebelumnya telah sepakat untuk menaikkan harga $ 3,80 per mmbtu, tetapi pemerintah Indonesia menolak tawaran itu, dan mengatakan itu masih terlalu rendah.
Lapangan gas Tangguh dikembangkan oleh konsorsium BP Plc, (37,16 persen), MI Berau (16,3 persen), CNOOC (13,9 persen), Nippon Oil (12,23 persen), KG Berau / KG Wiriagar (10 persen), LNG JapanCorporation (7,35 persen) dan Talisman (3,06 persen).
Pemanfaatan Gas di Indonesia
Pemanfaatan gas alam di negara kita dimulai pada tahun 1960-an dimana saat itu produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT. Pupuk Sriwidjaja di Palembang.
Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat sejaktahun 1974, dimana PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang.
http://www.indomigas.com/wp-content/...piji-12-kg.jpg
Tabung gas elpiji ukuran 12 kg.
Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup, dan digantikan oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri.
Pada masa itu Pusri IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan teknologi tinggi.
Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten.
Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.
Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Aceh. Sumber gas alam yang terdapat di di daerah Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company.
Gas alam telah diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh (kabupaten Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku dari gas alam.
10 Produsen Gas Terbesar di Indonesia
Perusahaan manakah yang paling banyak berkontribusi? Berikut dikutip dari bahan tertulis SKK Migas Kamis (7/2/2013), perusahaan-perusahaan gas terbesar di Indonesia tersebut adalah:
1. PT Total E&P Indonesie (Prancis), merupakan kontributor terbesar produksi gas RI. Perusahaan tersebut menghasilkan gas 1.693,98 mmscfd dari Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Angka itu sekitar 20,8% dari total produksi gas nasional.
2. BP Berau (Inggris), berada di peringkat dua yang tingkat produksinya mencapai 1.219 mmscfd atau sekitar 15% dari total produksi nasional.
3. PT Pertamina, Persero (Indonesia), perusahaan pelat merah Indonesia baru ada di peringkat ketiga, berkontribusi sekitar 12,9% dari total produksi nasional atau setara 1.049,25 mmscfd.
4. ConocoPhillips Grissik (Amerika Serikat), di posisi keempat ini menghasilkan gas 1.027,02 mmscfd dari Blok Koridor, Sumatera Selatan. Angka itu setara 12,6% dari total produksi gas di Tanah Air.
5. ConocoPhillips Indonesia Ltd (Amerika Serikat), menempati ranking kelima sebagai produksi gas terbesar di Indonesia. Perusahaan yang masih juga dimiliki AS tersebut memproduksi gas sebanyak 432,94 mmscfd dari South Natuna East Sea Blok B.
6. Vico Indonesia (Inggris), memproduksi 380,94 mmscfd,
7. ExxonMobil Oil Indonesia (Amerika Serikat), memproduksi 369,22 mmscfd.
8. Kangean Energy, menghasilkan 294,99 mmscfd dari lapangan Terang Sirasun Batur.
9. PetroChina Jabung (Cina), memproduksi sebanyak 264,99 mmscfd ada di posisi ke-9.
10. PT PHE ONWJ (Indonesia), menempati posisi terakhir ini adalah anak usaha Pertamina menjadi kontributor ke-10 dengan tingkat produksi 212,46 mmscfd.
Saat ini sekitar 52% sumber energi dalam negeri masih dipenuhi oleh BBM, 28% gas bumi, 15% batu bara, 3% tenaga air dan 2% panas bumi. Dengan semakin berkurangnya cadangan minyak, otomatis gas bumi merupakan energi pengganti BBM yang paling tepat saat ini.
Berujuk pada road map yang disusun kementrian ESDM, ke depan konsumsi gas dan batu bara akan mulai ditingkatkan untuk menggantikan BBM, sehingga mampu memenuhi kebutuhan energi nasional sampai 53%. Sedangkan BBM menjadi hanya 20%.
Total Cadangan Gas Alam di Dunia
Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi produksi gas nasional hingga 27 Januari 2013 lalu mencapai 8.152,53 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Gas alam sebagai bahan bakar.
2. Gas LNG sebagai komoditas ekspor, dan
3. Gas sebagai bahan baku (pupuk, petrokimia, metanol, plastik,industri besi tuang dan sebagainya.
Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner (AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.
Total cadangan gas dunia (yang sudah dikonfirmasi) adalah 6,112 triliun kaki persegi. Daftar 20 besar negara dengan cadangan gas terbesar dalam satuan triliun kaki persegi (trillion cu ft) adalah :
1. Rusia = 1,680
2. Iran = 971
3. Qatar = 911
4. Arab Saudi = 241
5. United Arab Emirates = 214
6. Amerika Serikat = 193
7. Nigeria = 185
8. Aljazair = 161
9. Venezuela = 151
10. Irak = 112
11. Indonesia = 98
12. Norwegia = 84
13. Malaysia =75
14. Turkmenistan = 71
15. Uzbekistan = 66
16. Kazakhstan = 65
17. Belanda = 62
18. Mesir = 59
19. Kanada = 57
20. Kuwait = 56
Korversi Minyak Tanah ke Gas
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengulas kesuksesannya kala memberlakukan program konversi minyak tanah menjadi gas di sela-sela acara peresmian pengoperasian Terminal LPG milik Bosowa Group di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (21/12/12) lalu.
JK menjelaskan, pemberlakuan konversi minyak tanah ke gas dilakukan untuk mengurangi subsidi energi pada tahun 2005 yang dinilai hampir membuat bangkrut negara.
Wapres Jusuf Kalla-bersama-Direksi-Pertamina-meninjau-kesiapan-tabung-ga
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memberlakukan program konversi minyak tanah menjadi gas.
Menurut JK, beberapa langkah yang diambil antara lain menaikkan harga BBM (termasuk minyak tanah) hingga dua kali.
Kenaikan itu pun dilakukan dua hari menjelang puasa dengan pertimbangan pada bulan tersebut, umumnya, masyarakat hanya memasak dua kali sehingga kenaikan harga tidak terlampau memberatkan.
Setelah itu pemerintah melalui survei menemukan fakta bahwa belanja minyak tanah yang dilakukan masyarakat setiap pekan umumnya berada dikisaran Rp 15.000.
Sehingga ada upaya untuk membuat tabung gas yang bisa dihargai di kisaran Rp 15.000, agar konversi bisa diterima masyarakat. “Akhirnya lahir lah tabung tiga kilogram, karena saat itu yang penting harganya terjangkau,” ujar JK.
Saat itu menurut dia, pemerintah melalui PT Pertamina harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 15 triliun dalam melakukan konversi minyak tanah ke gas. Selain itu untuk memastikan pemberlakuannya sehat, maka diputuskan tidak melalui tender. Dengan program itu, negara dapat menghemat 10 juta kilo liter BBM, sekaligus anggaran subsidinya. (rr/bsc)
Subsidi BBM jadi Kambing Hitam Kacaunya Ekonomi Nasional
Pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko menilai subsidi Bahan Bakar Minyak sebagai ‘Top Looser’ yang menjadi penyebab karut marut neraca pembayaran Indonesia.
“Kalau dikatakan top looser-nya itu siapa, ya itu BBM,” kata Agustinus di Hotel Atlet Century, Jakarta, Rabu (18/12/2013) lalu. Dia menyebutkan, hanya ada dua jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan defisit neraca transaksi berjalan terkait besarnya impor BBM, yakni:
Menaikkan harga BBM bersubsidi, dan
Membatasi konsumsi BBM bersubsidi (program RFID).
“Kalau kenaikan tidak bisa karena pemilu. Ya batasi konsumsinya. Menurut saya agak sulit untuk memitigasi konsumsi BBM karena ada beberapa kebijakan yang kontra produktif, mobil murah misalnya.
http://paperrabbit.files.wordpress.c...w=280&h=280Itu jelas akan menaikkan konsumsi BBM. Jadi kalau mau dibilang ya harusnya itu naik harga BBM untuk membatasi konsumsi dan mengurangi beban impor, dan juga fiskal,” jelas Agustinus.
Menurutnya, Kementerian ESDM memiliki peran vital dalam mengatasi persoalan impor dan konsumsi BBM.
“Jadi sebetulnya kalau mau di matrix itu sebenarnya kerjaan ESDM itu juga tidak kalah serius untuk mengatasi masalah defisit neraca pembayaran karena defisit yang paling besar itu karena impor BBM,” tutup Agustinus.
Alasan Pertamina naikkan harga elpiji 12 Kg
PT Pertamina, selaku distributor gas elpiji, memutuskan untuk menaikkan harga jual tabung 12 Kg sesaat selepas tahun baru. Pertamina menaikkan harga Elpiji non subsidi kemasan 12 Kg menyusul tingginya harga pokok elpiji di pasar dan turunnya nilai tukar Rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar.
Pertamina memberlakukan harga baru elpiji non subsidi kemasan 12 Kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp 3.959 per Kg. Saat ini harga jual elpiji 12 Kg rata-rata sebesar Rp 120.000 per tabung dan bervariasi di tiap daerah.
“Besaran kenaikan di tingkat konsumen akan bervariasi berdasarkan jarak SPBBE ke titik serah (supply point),” tutur Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir. Dengan kenaikan inipun, lanjutnya, Pertamina masih ‘jual rugi’ kepada konsumen Elpiji non subsidi kemasan 12 Kg sebesar Rp 2.100 per Kg.
GAS ELPIJI
Tabung Elpiji non subsidi kemasan 12 Kg.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan dampak penaikan harga elpiji 12 Kg terhadap inflasi rendah. Menurutnya, pemerintah tidak bisa melarang PT Pertamina untuk menaikkan harga elpiji 12 Kg. Mengingat barang itu tidak disubsidi oleh pemerintah.
“Kalau saya punya keinginan tentu kita tahan. Jangan dulu dinaikkan,” kata Hatta di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/14). Ancang-ancang menaikkan harga elpiji ini sebenarnya telah dilakukan lama oleh Pertamina. Namun selalu gagal karena mendapat desakan penolakan dari pemerintah.
Pemerintah beralasan kenaikan ini akan memberatkan beban hidup rakyat dan mengganggu stabilitas perekonomian. Akan tetapi, sebagai sebuah perusahaan, Pertamina mengaku harus menerapkan good governance karena bertanggung jawab pada pemegang saham.
Lalu apa saja sebetulnya alasan Pertamina harus menaikkan harga elpiji 12 kg? Ada 4 alasan mendasar atas kenaikan itu adalah:
SUMBER
Spoiler for :
Diubah oleh arifffff 12-01-2014 00:44
0
4.4K
Kutip
42
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan