- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sepenggal kisah novel, mohon dinilai


TS
vcorplite
Sepenggal kisah novel, mohon dinilai
Halo Gan, saya minta tolong kalau Juragan punya waktu luang dan dalam kondisi nyaman untuk membaca, dan kritisi serta beri penilaian sekaligus rekomendasi dan saran, soalnya saya butuh perbaikan. Saya tak butuh cendol atau bata, tetapi mohon dinilai ya. Terimakasih.
Spoiler for Cerita:
Aku bangun di pagi hari untuk bekerja di sebuah perusahaan swasta yang tidak aku ketahui namanya. Hanya sebuah simbol piramida terbalik berwarna abu-abu dengan setiap badan yang terpisah. Ketika aku mendaftar pada tiga minggu yang lalu, aku hanya perlu melengkapi surat pendaftaran dan mengisi beberapa pendapat dengan jujur tanpa ada satu pun yang ditutup-tutupi.
Pada hari pertama aku bekerja, kantor yang tampak sederhana itu memiliki kesan sebagai tempat usaha kecil-kecilan, namun dengan pengaturan yang baik dan sederhana. Orang-orang yang ada di dalamnya pun cukup baik, dengan memberikan senyuman yang sudah membuatku nyaman, sekaligus sebuah tempat untukku bekerja dengan kursi dan meja yang tampak futuristik dan elegan. Bayangkan saja, sebuah bangunan yang tidak memiliki lantai dua dan luasnya sama persis seperti ruang makan cepat saji dan terletak di ujung kota dan ditutupi pepohonan lebat, memiliki peralatan-peralatan canggih yang benar-benar tampak seperti film fiksi ilmiah.

Pekerjaanku, aku hanya diperintahkan mengetik untuk menjawab apa saja yang baik bagi dunia yang aku tempati ini, sekaligus memberikan gambaran bagaimana kehidupan manusia harus terjadi. Aku tak mengerti, untuk apa perusahaan semacam ini memberikanku tugas seperti ini? Tetapi, gaji sebesar lima juta rupiah per bulan dengan ongkos makan seratus ribu per hari membuat aku tak berpikir panjang, hingga aku mengetahui kebenarannya.
Selama tujuh tahun aku bekerja, orang-orang kantor yang selalu berada di sekelilingku telah berhenti dan memutuskan untuk pindah dengan alasan tak memiliki tantangan apa pun. Sekarang, aku benar-benar seorang diri di sini. Sebagai karyawan lama aku tak melihat satu pun orang-orang baru yang melamar dan bekerja di perusahaan ini. Di dalam ruangan yang bertuliskan 'V' itu, hanya seorang wanita Eropa nan paruh baya bernama Sally. Ia adalah orang yang mewawancarai aku pada tujuh tahun yang lalu, dan selama aku bekerja, hanya tiga kali saja aku masuk ke ruangan itu dan melihatnya seperti seorang intelejen yang ada di film-film. Biasanya tempat semacam ini bisa saja memiliki ruangan rahasia dengan tujuan rahasia yang orang-orang banyak tidak tahu.
Hari Jum'at sore, Sally memanggilku untuk berbicara sesuatu. Tepatnya pada pukul 16:30, aku masuk ke ruangannya dan melihat keadaan di dalam masih sama seperti waktu aku masuk di masa lalu. Ia pun tampak segar sembari memberikanku senyuman yang mungkin di dalamnya terdapat harapan akan sesuatu yang tak pasti.
"Silahkan duduk, Nanda." Katanya.
"Ini adalah pertemuan yang keempat kalinya setelah aku memintamu untuk mengumpulkan gambaran-gambaran kehidupan dengan segala macam isinya. Mungkin para pekerja sudah menyadari bahwa pekerjaan ini tidak ada artinya bagi mereka selain menulis angan-angan kosong kemudian menerima imbalan yang mereka butuhkan. Aku pun melihat hasil kerja mereka dan sebenarnya mereka bagus dalam hal itu, akan tetapi selama lima tahun mereka bekerja, hasil yang mereka buat sudah tampak sama, dan ini menandakan mereka sudah sampai pada akhir dari jalan angan-angan mereka, atau mungkin mereka sudah bosan.
Tetapi aku melihatmu berbeda. Setiap bulan hasil yang kaubuat secara bertahap dan penuh dengan detil-detil menarik yang bagi orang tidak penting. Selain itu hasil pekerjaanmu di masa lalu bisa saja dihubungkan ke masa kini atau dikombinasikan menurut keinginan siapa saja yang mau terjun ke dalamnya. Untuk itu, aku berterimakasih karena kau telah bekerja dengan baik di tempat ini."
Kalimat itu berakhir, tetapi tidak benar-benar berakhir. Suatu jeda yang cukup lama yang menandakan aku harus bertanya atau membalas perkataannya.
"Apakah perusahaan ini akan tutup, Bu?" Entah mengapa tiba-tiba aku menanyakan hal ini. Ucapannya tadi seperti memberikan gambaran bahwa ini adalah sebuah akhir dari perjalanan perusahaan tanpa nama.
"Bisa dikatakan ya, dan tidak. Ya karena kami sudah sampai pada ujung tugas dan tidak karena kami akan melakukan banyak hal yang mesti diperbaiki. Perusahaaan ini sebenarnya fiktif, tidak memiliki ijin dan tidak diketahui oleh siapa pun, kecuali para pekerja yang telah pindah dan bekerja di perusahaan lain. Bagaimana pun, catatan dan informasi tentang perusahaan kami akan selalu ada di dalam surat-surat mereka, dan apabila suatu pihak mencari kami, kami akan tampak secara tidak langsung sebagai perusahaan asli dan dapat dipercaya, meski seumur hidup mereka tidak akan pernah menemukan kami dan mereka pun tak akan ingin mengetahui di mana keberadaan kami."
Singkat cerita, Sally memberikan aku sebuah kartu yang ukurannya sama persis seperti kartu bank, yang bahannya terbuat dari kristal, dan tertulis namaku, 'Nanda Adi Putra.' Selain itu ia memberikanku sebuah kotak besi seukuran dadu, dan itu sangat aneh karena beratnya mencapai satu kilogram.
Mungkin ini adalah perpisahan yang cukup aneh bagiku, karena perusahaan ini bagaikan rumah sekaligus tempat kerja yang menyenangkan. Aku pun pulang ke apartemen dan melihat dari kejauhan tempat kerjaku pada pukul 17:00, dan pada waktu itu aku baru mengingat, di manakah Sally tinggal?
Seketika aku duduk di ruang kerjaku dan mencari di internet tentang perusahaan dan Sally, namun hasilnya nihil. Aku pun mengupload simbol perusahaan itu, namun yang aku dapat hanyalah sebuah simbol yang sedikit sama seperti simbol dalam sebuah film fiksi ilmiah berjudul 'Oblivion.' Aku tertawa kecil, kutinggalkan ruang kerjaku dan pergi menemui teman-temanku, kuanggap diriku sebagai seorang bodoh yang mencari suatu hal yang tak penting dalam kehidupan.

Pikiranku masih melayang-layang, dan aku berada di ranjang apartemenku. Aku tak sadarkan diri tentang apa yang aku lakukan pada malam tadi. Kurenggangkan badanku, kemudian aku ke dapur untuk membuat makanan dan mengambil minuman. Kunyalakan televisi tanpa melihat gambarnya. Di ruang kerja aku merapikan buku-buku yang berserakkan sejenak, dan kudengar pembawa berita membicarakan sebuah benda asing di langit, yang ukurannya sangat besar, dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Segera aku pergi ke ruang dapur dan melihat gambarnya, sontak aku kaget berita itu disiarkan langsung. Kulihat sebuah benda angkasa yang ukurannya lebih besar daripada bulan, berada di langit kami.
Segera aku pergi ke luar jendela untuk melihat di mana benda asing itu berada, tetapi aku tak melihat apa pun. Namun, kulihat orang-orang di jalanan serta orang-orang di dalam gedung apartemen depan melihat sesuatu. Sebagian mereka tampak ketakutan, sebagian lain merekamnya dengan ponsel mereka.
Benda asing itu tepat berada di belakangku. Segera saja aku pergi ke puncak bangunan. Setelah sampai, kulihat orang-orang di atas gedung memenuhi isi lapangan tenis. Sebagian lain tampak mengikutiku dan berusaha melihat apa yang dibicarakan orang-orang atau pun media. Sebuah benda asing yang bisa aku katakan sebagai sebuah satelit atau kapal antariksa. Antara percaya dan tidak percaya, ia berada di arah timur, bergerak secara perlahan dan menjadi sorotan umat Manusia. Mungkin tidak hanya di Indonesia, dan pasti hal ini sudah diliput oleh banyak media di seluruh dunia.
Selama satu jam aku melihat benda asing itu, dan aku pun merasa bosan. Hal itu membuat banyak orang di seluruh dunia gusar, karena benda semacam itu seharusnya berada di cerita-cerita atau film fiksi ilmiah. Namun, inilah realita, bagaimana pun aku berlaku tetaplah seperti ini keadaannya. Aku kembali ke ruang dapur dan melihat semua stasiun televisi. Semua tetap membicarakan benda asing itu tanpa ada jeda ataupun iklan.
________________________________________________________________
Satu hari, dua hari, satu bulan, dua bulan, satu tahun, dua tahun, hingga sepuluh tahun. Benda asing itu tampaknya telah menjadi satelit kami. Bentuknya yang amat sangat tidak lazim terus-menerus mengitari Bumi tanpa mengadakan hal-hal aneh terhadap kami. Sekarang pun aku bekerja sebagai seorang karyawan di harian Kompos. Yang aku ketahui, semua negara-negara di dunia berusaha meneliti tentang benda itu, mulai dari memeriksa keadaannya dari dekat bahkan meledakkannya. Tetapi yang kedua itu tidak berhasil, apalagi yang pertama. Benda asing itu tidak dapat didekati atau pun dihancurkan. Sekarang ini pemerintah di seluruh dunia sedang membuat sebuah alat untuk dapat melihat isi dari benda itu dari kejauhan, seperti X-Ray raksasa, tetapi entah kapan jadinya.
Pandangan kami pun sudah berbeda tentang kehidupan ini. Sudah banyak orang percaya bahwa di luar sana terdapat makhluk asing yang mungkin saja sedang memelajari tentang peradaban kami. Tidak seperti pikiran kami yang selalu khawatir jika suatu waktu kami akan diserang. Sebagian komunitas perdamaian menganggap bahwa benda asing tersebut adalah milik makhluk berperadaban tinggi yang mustahil ingin menghancurkan planet ini, sedangkan kami sebagai manusia memilik hak asasi dan sebagian tentang perlindungan alam dan hewan, lantas bagaimana dengan makhluk asing dengan peradaban tinggi? Pasti lebih baik daripada kami.
Yang paling menggelitik bagiku adalah ketika seorag ilmuan Jerman mengatakan bahwa benda asing itu hasil reaksi atas diluncurkannya Voyager yang mungkin ditangkap oleh mereka. Anak dan istriku cukup antusias membahas tentang hal ini. Adi, anakku yang berusia sembilan tahun selalu saja membuat teori tentang keberadaan benda asing itu, dan terkadang mencari apa saja yang ada di dalam gudang untuk membuat cerita yang divideokan kemudian di bagikan kepada teman-temannya dan kepada kami.
Hingga suatu hari Adi membawakanku sebuah kotak polos berisikan kartu kristal dengan sebuah dadu yang membuatku terkejut. Aku baru tahu jika dahulu aku memiliki ini, entah mengapa sejak sehari setelah bekerja di perusahaan tanpa nama itu semua pikiranku hanya fokus kepada hal-hal yang umumnya orang lakukan, dan sulit bagiku untuk membahas dan mengingat hal ini. Adi bertanya kepadaku tentang benda-benda ini, aku hanya menjawab jika semua ini hanyalah pemberian teman-temanku dan tidak boleh digunakan karena dapat meledak, dan itu sontak membuat anakku ketakutan dan mendatangi ibunya.
Dengan rasa tak sabar aku memainkan kartu dan dadu itu, menelitinya dengan mikroskop yang aku miliki, namun aku tidak berani untuk memalu atau pun mencoba untuk merusaknya. Segera saja aku pergi menuju pusat kota dan memakai kartu itu di ruang ATM. Dengan sikap santai aku melakukan penarikkan dengan kode sembarang, hasilnya, aku dapat menarik uang senilai satu juta rupiah. Merasa tak percaya, aku memencet informasi saldo dan melihat penampakkannya, dan hasilnya membuat jantungku berdegup kencang, tertulis di layar ATM senilai 999.999.999.999.999.
Berusaha bersikap santai, aku keluar dari ruangan dan melihat ke atas langit sembari bertanya di dalam hati. "Apakah Sally adalah alien?" Aku mengambil dadu itu dan menjadikannya teropongan bak mainan ke arah benda asing.

Pada hari pertama aku bekerja, kantor yang tampak sederhana itu memiliki kesan sebagai tempat usaha kecil-kecilan, namun dengan pengaturan yang baik dan sederhana. Orang-orang yang ada di dalamnya pun cukup baik, dengan memberikan senyuman yang sudah membuatku nyaman, sekaligus sebuah tempat untukku bekerja dengan kursi dan meja yang tampak futuristik dan elegan. Bayangkan saja, sebuah bangunan yang tidak memiliki lantai dua dan luasnya sama persis seperti ruang makan cepat saji dan terletak di ujung kota dan ditutupi pepohonan lebat, memiliki peralatan-peralatan canggih yang benar-benar tampak seperti film fiksi ilmiah.

Pekerjaanku, aku hanya diperintahkan mengetik untuk menjawab apa saja yang baik bagi dunia yang aku tempati ini, sekaligus memberikan gambaran bagaimana kehidupan manusia harus terjadi. Aku tak mengerti, untuk apa perusahaan semacam ini memberikanku tugas seperti ini? Tetapi, gaji sebesar lima juta rupiah per bulan dengan ongkos makan seratus ribu per hari membuat aku tak berpikir panjang, hingga aku mengetahui kebenarannya.
Selama tujuh tahun aku bekerja, orang-orang kantor yang selalu berada di sekelilingku telah berhenti dan memutuskan untuk pindah dengan alasan tak memiliki tantangan apa pun. Sekarang, aku benar-benar seorang diri di sini. Sebagai karyawan lama aku tak melihat satu pun orang-orang baru yang melamar dan bekerja di perusahaan ini. Di dalam ruangan yang bertuliskan 'V' itu, hanya seorang wanita Eropa nan paruh baya bernama Sally. Ia adalah orang yang mewawancarai aku pada tujuh tahun yang lalu, dan selama aku bekerja, hanya tiga kali saja aku masuk ke ruangan itu dan melihatnya seperti seorang intelejen yang ada di film-film. Biasanya tempat semacam ini bisa saja memiliki ruangan rahasia dengan tujuan rahasia yang orang-orang banyak tidak tahu.
Hari Jum'at sore, Sally memanggilku untuk berbicara sesuatu. Tepatnya pada pukul 16:30, aku masuk ke ruangannya dan melihat keadaan di dalam masih sama seperti waktu aku masuk di masa lalu. Ia pun tampak segar sembari memberikanku senyuman yang mungkin di dalamnya terdapat harapan akan sesuatu yang tak pasti.
"Silahkan duduk, Nanda." Katanya.
"Ini adalah pertemuan yang keempat kalinya setelah aku memintamu untuk mengumpulkan gambaran-gambaran kehidupan dengan segala macam isinya. Mungkin para pekerja sudah menyadari bahwa pekerjaan ini tidak ada artinya bagi mereka selain menulis angan-angan kosong kemudian menerima imbalan yang mereka butuhkan. Aku pun melihat hasil kerja mereka dan sebenarnya mereka bagus dalam hal itu, akan tetapi selama lima tahun mereka bekerja, hasil yang mereka buat sudah tampak sama, dan ini menandakan mereka sudah sampai pada akhir dari jalan angan-angan mereka, atau mungkin mereka sudah bosan.
Tetapi aku melihatmu berbeda. Setiap bulan hasil yang kaubuat secara bertahap dan penuh dengan detil-detil menarik yang bagi orang tidak penting. Selain itu hasil pekerjaanmu di masa lalu bisa saja dihubungkan ke masa kini atau dikombinasikan menurut keinginan siapa saja yang mau terjun ke dalamnya. Untuk itu, aku berterimakasih karena kau telah bekerja dengan baik di tempat ini."
Kalimat itu berakhir, tetapi tidak benar-benar berakhir. Suatu jeda yang cukup lama yang menandakan aku harus bertanya atau membalas perkataannya.
"Apakah perusahaan ini akan tutup, Bu?" Entah mengapa tiba-tiba aku menanyakan hal ini. Ucapannya tadi seperti memberikan gambaran bahwa ini adalah sebuah akhir dari perjalanan perusahaan tanpa nama.
"Bisa dikatakan ya, dan tidak. Ya karena kami sudah sampai pada ujung tugas dan tidak karena kami akan melakukan banyak hal yang mesti diperbaiki. Perusahaaan ini sebenarnya fiktif, tidak memiliki ijin dan tidak diketahui oleh siapa pun, kecuali para pekerja yang telah pindah dan bekerja di perusahaan lain. Bagaimana pun, catatan dan informasi tentang perusahaan kami akan selalu ada di dalam surat-surat mereka, dan apabila suatu pihak mencari kami, kami akan tampak secara tidak langsung sebagai perusahaan asli dan dapat dipercaya, meski seumur hidup mereka tidak akan pernah menemukan kami dan mereka pun tak akan ingin mengetahui di mana keberadaan kami."
Singkat cerita, Sally memberikan aku sebuah kartu yang ukurannya sama persis seperti kartu bank, yang bahannya terbuat dari kristal, dan tertulis namaku, 'Nanda Adi Putra.' Selain itu ia memberikanku sebuah kotak besi seukuran dadu, dan itu sangat aneh karena beratnya mencapai satu kilogram.
Mungkin ini adalah perpisahan yang cukup aneh bagiku, karena perusahaan ini bagaikan rumah sekaligus tempat kerja yang menyenangkan. Aku pun pulang ke apartemen dan melihat dari kejauhan tempat kerjaku pada pukul 17:00, dan pada waktu itu aku baru mengingat, di manakah Sally tinggal?
Seketika aku duduk di ruang kerjaku dan mencari di internet tentang perusahaan dan Sally, namun hasilnya nihil. Aku pun mengupload simbol perusahaan itu, namun yang aku dapat hanyalah sebuah simbol yang sedikit sama seperti simbol dalam sebuah film fiksi ilmiah berjudul 'Oblivion.' Aku tertawa kecil, kutinggalkan ruang kerjaku dan pergi menemui teman-temanku, kuanggap diriku sebagai seorang bodoh yang mencari suatu hal yang tak penting dalam kehidupan.

Pikiranku masih melayang-layang, dan aku berada di ranjang apartemenku. Aku tak sadarkan diri tentang apa yang aku lakukan pada malam tadi. Kurenggangkan badanku, kemudian aku ke dapur untuk membuat makanan dan mengambil minuman. Kunyalakan televisi tanpa melihat gambarnya. Di ruang kerja aku merapikan buku-buku yang berserakkan sejenak, dan kudengar pembawa berita membicarakan sebuah benda asing di langit, yang ukurannya sangat besar, dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Segera aku pergi ke ruang dapur dan melihat gambarnya, sontak aku kaget berita itu disiarkan langsung. Kulihat sebuah benda angkasa yang ukurannya lebih besar daripada bulan, berada di langit kami.
Segera aku pergi ke luar jendela untuk melihat di mana benda asing itu berada, tetapi aku tak melihat apa pun. Namun, kulihat orang-orang di jalanan serta orang-orang di dalam gedung apartemen depan melihat sesuatu. Sebagian mereka tampak ketakutan, sebagian lain merekamnya dengan ponsel mereka.
Benda asing itu tepat berada di belakangku. Segera saja aku pergi ke puncak bangunan. Setelah sampai, kulihat orang-orang di atas gedung memenuhi isi lapangan tenis. Sebagian lain tampak mengikutiku dan berusaha melihat apa yang dibicarakan orang-orang atau pun media. Sebuah benda asing yang bisa aku katakan sebagai sebuah satelit atau kapal antariksa. Antara percaya dan tidak percaya, ia berada di arah timur, bergerak secara perlahan dan menjadi sorotan umat Manusia. Mungkin tidak hanya di Indonesia, dan pasti hal ini sudah diliput oleh banyak media di seluruh dunia.
Selama satu jam aku melihat benda asing itu, dan aku pun merasa bosan. Hal itu membuat banyak orang di seluruh dunia gusar, karena benda semacam itu seharusnya berada di cerita-cerita atau film fiksi ilmiah. Namun, inilah realita, bagaimana pun aku berlaku tetaplah seperti ini keadaannya. Aku kembali ke ruang dapur dan melihat semua stasiun televisi. Semua tetap membicarakan benda asing itu tanpa ada jeda ataupun iklan.
________________________________________________________________
Satu hari, dua hari, satu bulan, dua bulan, satu tahun, dua tahun, hingga sepuluh tahun. Benda asing itu tampaknya telah menjadi satelit kami. Bentuknya yang amat sangat tidak lazim terus-menerus mengitari Bumi tanpa mengadakan hal-hal aneh terhadap kami. Sekarang pun aku bekerja sebagai seorang karyawan di harian Kompos. Yang aku ketahui, semua negara-negara di dunia berusaha meneliti tentang benda itu, mulai dari memeriksa keadaannya dari dekat bahkan meledakkannya. Tetapi yang kedua itu tidak berhasil, apalagi yang pertama. Benda asing itu tidak dapat didekati atau pun dihancurkan. Sekarang ini pemerintah di seluruh dunia sedang membuat sebuah alat untuk dapat melihat isi dari benda itu dari kejauhan, seperti X-Ray raksasa, tetapi entah kapan jadinya.
Pandangan kami pun sudah berbeda tentang kehidupan ini. Sudah banyak orang percaya bahwa di luar sana terdapat makhluk asing yang mungkin saja sedang memelajari tentang peradaban kami. Tidak seperti pikiran kami yang selalu khawatir jika suatu waktu kami akan diserang. Sebagian komunitas perdamaian menganggap bahwa benda asing tersebut adalah milik makhluk berperadaban tinggi yang mustahil ingin menghancurkan planet ini, sedangkan kami sebagai manusia memilik hak asasi dan sebagian tentang perlindungan alam dan hewan, lantas bagaimana dengan makhluk asing dengan peradaban tinggi? Pasti lebih baik daripada kami.
Yang paling menggelitik bagiku adalah ketika seorag ilmuan Jerman mengatakan bahwa benda asing itu hasil reaksi atas diluncurkannya Voyager yang mungkin ditangkap oleh mereka. Anak dan istriku cukup antusias membahas tentang hal ini. Adi, anakku yang berusia sembilan tahun selalu saja membuat teori tentang keberadaan benda asing itu, dan terkadang mencari apa saja yang ada di dalam gudang untuk membuat cerita yang divideokan kemudian di bagikan kepada teman-temannya dan kepada kami.
Hingga suatu hari Adi membawakanku sebuah kotak polos berisikan kartu kristal dengan sebuah dadu yang membuatku terkejut. Aku baru tahu jika dahulu aku memiliki ini, entah mengapa sejak sehari setelah bekerja di perusahaan tanpa nama itu semua pikiranku hanya fokus kepada hal-hal yang umumnya orang lakukan, dan sulit bagiku untuk membahas dan mengingat hal ini. Adi bertanya kepadaku tentang benda-benda ini, aku hanya menjawab jika semua ini hanyalah pemberian teman-temanku dan tidak boleh digunakan karena dapat meledak, dan itu sontak membuat anakku ketakutan dan mendatangi ibunya.
Dengan rasa tak sabar aku memainkan kartu dan dadu itu, menelitinya dengan mikroskop yang aku miliki, namun aku tidak berani untuk memalu atau pun mencoba untuk merusaknya. Segera saja aku pergi menuju pusat kota dan memakai kartu itu di ruang ATM. Dengan sikap santai aku melakukan penarikkan dengan kode sembarang, hasilnya, aku dapat menarik uang senilai satu juta rupiah. Merasa tak percaya, aku memencet informasi saldo dan melihat penampakkannya, dan hasilnya membuat jantungku berdegup kencang, tertulis di layar ATM senilai 999.999.999.999.999.
Berusaha bersikap santai, aku keluar dari ruangan dan melihat ke atas langit sembari bertanya di dalam hati. "Apakah Sally adalah alien?" Aku mengambil dadu itu dan menjadikannya teropongan bak mainan ke arah benda asing.

Diubah oleh vcorplite 10-01-2014 15:14
0
1.3K
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan