Sudah cukup lah kita sebagai warga negara Indonesia melihat ketidak beresan negeri ini. Yuk bantu aganwati ini berjuang mendapatkan keadilan.
Spoiler for kronologi kejadian:
agak panjang mohon di simak ya, copas dari FB lettisa.
Hari ini, 9 januari 2014, JawaPos Radar Malang..
Kronologi banjir:
1. Pertama jebol tgl 23 oktober 2013
2. November awal dijanjikan UB penyelesaian masalah secara kekeluargaan dan bertahap.
3. Selama november sudah banjir 4x, banjir kedua yg besar tayang koran all lokal malang tgl 13 November 2013, kerugian membengkak.
Dampak banjir dr belakang studio air ke depan & tetangga.
4. Desember: pembangunan tembok belakang & pengerukan sungai anak brantas dibelakang studio, sambil memenuhi syarat dr UB utk menyerahkan nota, faktur, foto2 bukti kepemilikan properti untuk diganti kerugian secara bertahap
5. 24 desember 2013, UB yg sudah menerima nota2 faktur2, mengaku hanya sanggup memberikan 1/4 dari total tagihan, tidak sesuai janji awal secara bertahap.
Selama proses klaim, saya selalu merekam Video setiap pertemuan & pembicaraan..
Rangkuman bagaimana petinggi di rektorat UB menanggapi saya:
A. "Mbak kita sudah menunggu 1.5 jam lho, badan hukum n tim pengkaji kami sudah pulang" - padahal rekaman 15 menit sebelumnya sekretaris PR II baru saja menyatakan saya telat 15 menit saja dan disuruh menunggu.
B. "Kelinci kalo kena air mati ya?" - saat saya menyodorkan foto bukti hancurnya peternakan ayam & kelinci yg dikelola asisten studio.
C. "Tolong dirinci saja kerugiannya dalam bentuk tabel, serta nota2 nya untuk kami pelajari, proses persiapan" - termasuk peralatan RT sampai detil; sapu, keset, kain lap harus ada nota meskipun beli di pasar/ tukang pikulan
D. "Kami terima kronologisnya, tolong nanti mbok pisah dulu mana sing buat kamu modal kerja utama, karena kami tidak bisa langsung bayar semua, jadi yg sudah ada nota n peralatan fotografi dulu. Kalau properti pribadi & rumah tangga, nanti kita duduk bersama ya, bicarakan dengan pimpinan"
E. "Jadi pimpinan menyanggupi utk membayar 'sekian' untuk kerugian mbaknya dan asistennya"-- yang nilainya jauh lebih kecil dari yg saya serahkan notanya.
Maka, saya hanya bisa bilang;
Bu, data kerugian saya berikan tercetak, tertandatangani supaya tidak ada oknum yg akan me-mark.up nilai kerugian saya.
Saya bahkan lapor ke Malang Corruption Watch, supaya tidak ada oknum yg memanfaatkan masalah ini. Berapapun yg saya terima, pasti saya akan lapor terbuka mengenai kepemilikan saya.
Yaiyalah barang klaim saya banyak, siapapun yg bekerja, membeli barang satu demi satu mengisi rumahnya, kalu dihabisi satu hari seluruhnya apa nggak jadi totalan yg luar biasa?
UB yg berdiri asramanya tanpa AmDal & IMB, yang ada kesaksian dr warga & RW, sekarang berdampak nyata.
Kurang sabar bagaimana, saya ikuti aturan & syarat dr UB, jangan sekarang ingkar janji & seperti menjilat ludahnya sendiri.
Karena yg saya perjuangkan hak-hak saya untuk segera bisa kembali bekerja..
Karena semakin UB lama menanggapi, semakin besar kerugian saya..
----- dan selanjutnya dijanjikan akan dihubungi lagi... tapi... mana?
Saya... fotografer, pekerja seni.
Saya tidak punya pensiun untuk nanti,
Saya tidak punya gaji..
Bekerja dari skill & dari hati.
Tidak punya celah untuk korupsi.
Cuma bisa kerja keras, nabung, sampe mati.
Semoga ini menjadi contoh nyata..
Bukan untuk mencemarkan nama baik,
Atau provokasi, inilah fakta, apa yg saya alami...
Mohon doa.. terima kasih..
Lettisa.
Let's Photo.
Doa dan dukungannya sangat berarti dulur. sudah 2,5 bulan terkatung-katung ga ada kepastian dari pihak terkait
Sorry kalo salah judul ane ga pinter ngetik mengetik