newbieneverdieAvatar border
TS
newbieneverdie
REVOLUSI BIRU LANGIT MANCHESTER BIRU UNTUK DUNIA

Syahdan berpuluh tahun mereka terpuruk. Langit merah tetangga seperti mantel kegelapan yang menutup langit. Seberapapun mereka menguak, langit merah berlapis-lapis.

Mereka dirundung melankolia. Keputusasaan. Ketercenungan (yang seperti) tanpa akhir. Nasib Manchester City.

Namun kefanaan adalah niscaya. Bahkan yang paling perkasa pun tak kuasa melawan fana.

Tak ada lagi sisa. Lapuk mengurung
Maha reruntuhan, tiada batas dan sunyi
Rata dan bungkam oleh hamparan pasir sejauh mata memandang

Demikian ditulis penyair Inggris, Percy Shelley, dalam sebuah soneta yang berkisah tentang tumbangnya keangkuhan Ozmandias (Firaun) yang merasa akan bisa abadi.

Manchester United bukanlah Ozmandias tentu saja. Tetapi saya akan sangat bisa mengerti kalau pendukung Manchester City selalu memimpikan datangnya keruntuhan itu. Tergantikan Manchester City untuk mengecap kejayaan.

Sepakbola adalah persoalan utama. Dan sejarah prestasi sepakbola tidak (belum) memihak ke Manchester City. Prestasi Manchester City masih kalah jauh dari Manchester United.

Tetapi apa yang terjadi di lapangan bukanlah satu-satunya. Begitu banyak dimensi lain yang bermain di dalamnya. Fasilitas latihan, akademi sepakbola, stadion, gengsi klub dan sarana penunjang lain untuk mencetak prestasi di lapangan City masih kalah dari United. Keirian menumpuk. Bagaimana City akan bisa mengejar ketertinggalannya kalau fasilitas penunjang saja kalah?

Juga kalau anda sempat datang ke Manchester saat ini, bandingkan keberadaan lingkungan stadion kedua klub ini. Sepuluh atau lima tahun lalu ini juga sumber keirian (dan rasa frustasi) lain untuk City.

Entah sudah berapa kali saya melakukan perjalanan dari pusat kota Manchester ke Stadion Old Trafford maupun Stadion Etihad. Sementara sepanjang ingatan sejak pertama kali saya ke Old Trafford, sudah tersedia layanan trem dan bus yang sangat mudah untuk menuju ke stadion ini, sedangkan layanan trem ke Etihad baru sekitar dua tahun lalu. Padahal Etihad tak lebih dari 3 kilometer dari pusat kota. Sementara praktis Old Trafford sebenarnya berada di wilayah kota Trafford atau di luar Manchester.

Perjalanan menggunakan trem menuju kedua stadion juga menyajikan pemandangan yang berbeda. Ke Old Trafford, arah barat daya dari Manchester, anda akan menuju dan melewati daerah perkanalan tua yang mengalami regenerasi dengan dana berlimpah dari pemerintah dan swasta yang secara otomatis menampilkan gebyar kemakmuran. Tampilan sebuah kota baru lengkap dengan semua fasilitasnya.

Ke Stadion Etihad, di Manchester Timur, hingga tiga tahun lalu anda akan menemui daerah-daerah terbengkalai. Hingga sekarang pun daerah seperti itu masih mendominasi wilayah Manchester Timur. Ukuran lain yang sederhana saja, kalau kebetulan sedang menggunakan fasilitas trem di jam sibuk (rush hour), di kawasan Old Trafford anda akan berdesak-desakan, tapi di kawasan Etihad seperti sedang berada di kawasan kota mati.

Saya tidak cukup mengerti mengenai bagaimana kebijakan pembangunan kota Manchester dan sekitarnya; mengapa di kawasan Barat lebih maju ketimbang Timur? Saya bukan hendak berbicara tentang perebutan hak siapa yang paling layak di sebut Mancunian (penduduk asli Manchester) dan karenanya berhak mendapat perhatian pemerintah lokal. Ini sia-sia. Karena Mancunian sebenarnya adalah untuk semua penduduk di Manchester dan sekitarnya, termasuk Trafford.

Tetapi jurang antara mereka yang kaya (seputar Old Trafford) dan yang miskin (seputar Etihad) lengkap dengan perbedaan fasilitas/layanan sosialnya bisa terasakan. Kalau ada gerundelan dianaktirikan dari penggemar Manchester City saya sepenuhnya bisa mengerti. Sudah prestasi di lapangan tertinggal, secara sosial pun sepertinya mereka dinomorduakan.

Lalu datanglah Sheikh Mansour, penguasa Abu Dhabi. Ia punya uang. Ia punya visi. Ia menginginkan Manchester City bukan sekadar menjadi raja di Manchester, tetapi juga Eropa, dan dunia.


Ozmandias namaku, raja diraja:
Lihat warisanku dan berputus-asalah karena ia tanpa padanan!

Bunyi penggalan lain dari soneta Percy Shelley.

Sheikh Mansour menginginkan Manchester City menjadi tanpa padanan. Ia menginginkan City berada di atas United, Liverpool, Barcelona, Real Madrid, Barcelona, AC Milan atau siapapun yang ada di muka bumi.

Ia bajak duo aristokrat sepakbola Barcelona: CEO Ferran Soriano dan Director of Football Txiki Begiristain untuk menjalankan kehidupan keseharian City. Visi dua orang inilah yang membuat Barcelona mempekerjakan Pep Guardiola yang belum berpengalaman menjadi pelatih tim utama, dan bukannya Jose Mourinho. Kita tahu apa yang terjadi kemudian dengan Barcelona dan Guardiola.

Adalah Soriano dan Begiristain pula yang belakangan meyakinkan Sheikh Mansour untuk menarik Manuel Pellegrini ke City dan melakukan jual beli pemain yang diperlukan.

Tetapi Sheikh Mansour bukan sekadar ingin membangun klub. Ia ingin membangun Manchester Timur bersamanya. Manchester Timur yang kokoh secara ekonomi dan bergairah sebagai pijakan Manchester City. Ia Ozmandias.

Datanglah ke Manchester Timur sekarang ini ada getar semangat kehidupan ekonomi yang vibrasinya terasa hingga ke ruang makan penduduk wilayah itu. Penyebabnya sederhana, Sheikh Mansour memerintahkan pembangunan kompleks pelatihan/akademi sepakbola seluas 80 hektar dengan fasilitas terbaik yang bisa dibeli dengan uang. 100 juta pound sterling untuk tepatnya.

Berbeda dengan kebiasaan klub yang meletakkan tempat latihan di luar kota, Sheikh Mansour memerintahkan pembangunan itu bersebelahan dengan stadion tempat City melakukan pertandingannya. Tepat di jantung Manchester Timur.

Ia mengharuskan para pekerja yang membangun fasilitas pelatihan itu harus dari masyarakat sekitar Manchester Timur sendiri. Kecuali untuk keahlian yang tak bisa dilakukan penduduk Manchester Timur. Ia juga memberikan pelatihan bagi penduduk sekitar untuk agar nantinya mereka bisa menjalankan pengelolaan tempat itu bila resmi dibuka bulan Agustus 2014. Sekarang saja pekerjaan pengelolaan Etihad dan fasilitasnya diprioritaskan untuk penduduk sekitar. Sebuah ikatan yang tidak saja bersegi ekonomi tetapi juga emosional pelan dijalin.

Bekerja sama dengan pemerintah Manchester dikembangkanlah jaringan trem di Manchester Timur. Tetapi dengan pintar jaringan itu dibuat untuk juga melewati dan sekaligus melayani stadion maupun pusat latihan. Fasilitas sosial untuk berolahraga, belanja, kesehatan, dan hiburan perlahan bermunculan mengikuti. Sebuah pusat kegiatan ekonomi secara organik mulai hidup.

Ozmandias yang satu ini sungguh cerdik. Tetapi mestinya ini tidak mengagetkan. Kalau ia bisa membangun Abu Dhabi dari sebuah keantah-berantahan menjadi salah satu pusat perekonomian di Timur Tengah, apa sulitnya membangun seperempat kota Manchester?


Berhasil atau tidaknya ia membangun Manchester City atau Manchester Timur seperti yang diimpikannya, waktulah yang akan menentukan. Kalaupun pada akhirnya ia seperti Ozmandias-Ozamandias lain yang tinggalannya pasti akan menjadi fana, setidaknya ia akan dikenang pendukung City sebagai orang yang (mencoba) menghadirkan biru langit Manchester.

PROELIA IN SUPERBIA
BRAVO MANCHESTER CITY......
London, 5 Januari 2014.

buat pecinta MANCHESTER CITY........

ane ga ngarepin cendol atau rate......... silent reader monggo silahkan masuk
silahkan baca sebagai inspirasi

[URL="http://sport.detik..com/aboutthegame/read/2014/01/07/132808/2460340/1489/1/revolusi-biru-langit-manchester-timur"]SUMBER[/URL]
Diubah oleh newbieneverdie 07-01-2014 09:51
0
2.6K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan