- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pernikahan (Agak Serius)


TS
mirza3m
Pernikahan (Agak Serius)
Sore gan!
Sebenernya ane bingung mau masukin trit ini ke forum apa. Tapi akhirnya ane putusin utk naruh di Lounge. Artikel ini ga terlalu panjang, tp agak serius. Selamat membaca
Ember
Udah page 2, tp kok belum ada
sama
? 
Sebenernya ane bingung mau masukin trit ini ke forum apa. Tapi akhirnya ane putusin utk naruh di Lounge. Artikel ini ga terlalu panjang, tp agak serius. Selamat membaca

Ember
Spoiler for silakan membaca:
“Kapan nikah?”
Itulah pertanyaan yang sering aku dengar dari kerabat dan teman-temanku perihal kapan waktuku melepas lajang. Bagiku, pertanyaan diatas cukup ampuh dijawab dengan senyuman. Atau jika yang bertanya agak memaksaku agar bersuara, aku (bahkan banyak orang yang) cukup menjawab dengan satu kalimat yang sangat pendek, “Doakan saja!”
Pernikahan merupakan jalan sehat dalam menyambung kembali (regenerasi) keturunan anak-cucu Adam. Ini menjadi penting ditengah pergaulan bebas anak-anak muda yang bangga jika sudah pernah ML (making love—berhubungan badan layaknya suami-istri) dengan kekasihnya. Karena pada dasarnya, manusia memiliki libido (sexual pleasure) yang menjadikan seseorang berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, begitu kata Sigmund Freud. Maka dari itu, melalui pernikahanlah, semuanya akan terasa indah dan berkah serta tidak menimbulkan fitnah. Lagi pula, menikah itu penyempurnaan separuh agama (hadis Nabi saw).
“Tapi, aku belum siap,” jawab seorang teman dengan memasang raut wajah sedikit memelas.
Patut diakui, bahwa menikah bukanlah sekedar mengucapkan ijab-kabul di depan penghulu dan 2 orang saksi, tapi lebih dari itu adalah mempersiapkan segalanya. Mental dan modal diyakini merupakan faktor penghambat (kalau tidak ingin disebut sebagai alibi) dalam melakukan pernikahan.
Mental, bagaimana mengucapkan satu kalimat dengan satu nafas di depan calon mertua (digenggam pula
) dan disaksikan oleh banyak orang. Belum lagi nanti setelah menikah, bagaimana harus bersikap di rumah mertua dan tetangga istri/suaminya kelak. Perlu mental tinggi yang menuntut semua itu jika tidak ingin dihinggapi rasa serba pekewuhi alias kikuk. Lihat saja bagaimana tingkah “lucu” seorang mempelai pria ketika mengucapkan ijab-kabul, yang banyak beredar via youtube.
Masih soal mental, ada juga orang yang masih malu untuk mempersunting sang pujaan hatinya. Ini dikarenakan sang kekasih kurang cantik dimatanya bila dibandingkan dengan istri-istri teman-temannya. Wahai pemuda minder, bersyukurlah. Anda patut bersyukur diberikan lawan jenis yang sayang kepada anda. Lihat saja berapa banyak jomblo yang ingin mempunyai kekasih, tapi belum ditakdirkan bersanding dengan jodohnya. Lihat kisan Reza, anak seorang Deputi Gubernur, menikahi Putri Herlina, seorang gadis yang sedari kecil tidak mempunyai kedua tangannya disini Masih banyak lagi kisah orang yang mendapatkan pasangan yang “kurang” sesuai menurut pandangan mata manusia. Namun, dimata Tuhan, bisa jadi dialah jodoh terbaik anda. Bersyukur lagi ya
Menurut data statistik tahun lalu, perbandingan jumlah pria dan wanita di seluruh dunia adalah 1000:976 dengan total jumlah penduduk lebih dari 7 milyar jiwa! Sementara, di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, perbandingan pria dan wanita adalah 1000:989. Saya mengambil range usia antara 15-64 tahun.
Modal disini adalah biaya pernikahan. Semuanya sependapat denganku soal modal ini? Biaya pernikahan, seminim-minimnya tetap saja harus siap sedia untuk menjamu keluarga besan dan tetangga yang hadir serta yang paling penting adalah isi amplop penghulu
. Dan itu tidak cukup dengan selembar uang bergambar Soekaro-Hatta yang berwarna merah, bukan?
Seorang paruh baya berkata kepadaku, “Kalau ngga nekat, ngga bakal nikah.” Aku sependapat dengan orang tersebut asalkan 2 M (mental dan modal) diatas sudah dimiliki, meskipun sedikit. Mengapa? Karena, definisi “siap” diatas sangat cepat berubah bila keadaan seseorang berubah. Umur 20 tahun belum siap karena terlalu muda. Setahun, dua tahun, sampai lima tahun kemudian bisa jadi masih belum siap karena keadaan tertentu.
Terlontar pernyataan dari anak muda yang menurutku sudah cukup umur untuk menikah ketika kutanya mengapa ia tidak menikah saja. Padahal ia dan kekasihnya sudah saing mengenal lebih dari 5 tahun. Dia hanya bilang, “Ngga enak Mas kalau udah nikah. Kemana-mana harus izin istri. Ngga bebas.”
Kebebasan yang berakar dari kata “bebas” itu bersumber dari dalam diri manusia. Dalam buku karangan Isaiah Berlin, Two Concept of Liberty, dijelaskan bahwa kebebasan ada yang bersifat positif dan ada juga yang negatif. Sekarang tergantung anda mendefinisikan arti bebas dari seorang pemuda diatas.
Niat baik akan diikuti dengan tindakan baik. Sejurus dengan itu, hasilnya pun akan baik. Lakukan dengan penuh syukur, ikhlas dan berharap keberkahan, sebelum engkau menyesal karena berurusan dengan hal yang paling jauh: waktu. Pasti akan Kutambah nikmatmu, itu janji Tuhan.
Segeralah menikah! Selamat menempuh hidup baru!
Itulah pertanyaan yang sering aku dengar dari kerabat dan teman-temanku perihal kapan waktuku melepas lajang. Bagiku, pertanyaan diatas cukup ampuh dijawab dengan senyuman. Atau jika yang bertanya agak memaksaku agar bersuara, aku (bahkan banyak orang yang) cukup menjawab dengan satu kalimat yang sangat pendek, “Doakan saja!”
Pernikahan merupakan jalan sehat dalam menyambung kembali (regenerasi) keturunan anak-cucu Adam. Ini menjadi penting ditengah pergaulan bebas anak-anak muda yang bangga jika sudah pernah ML (making love—berhubungan badan layaknya suami-istri) dengan kekasihnya. Karena pada dasarnya, manusia memiliki libido (sexual pleasure) yang menjadikan seseorang berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, begitu kata Sigmund Freud. Maka dari itu, melalui pernikahanlah, semuanya akan terasa indah dan berkah serta tidak menimbulkan fitnah. Lagi pula, menikah itu penyempurnaan separuh agama (hadis Nabi saw).
“Tapi, aku belum siap,” jawab seorang teman dengan memasang raut wajah sedikit memelas.
Patut diakui, bahwa menikah bukanlah sekedar mengucapkan ijab-kabul di depan penghulu dan 2 orang saksi, tapi lebih dari itu adalah mempersiapkan segalanya. Mental dan modal diyakini merupakan faktor penghambat (kalau tidak ingin disebut sebagai alibi) dalam melakukan pernikahan.
Mental, bagaimana mengucapkan satu kalimat dengan satu nafas di depan calon mertua (digenggam pula

Masih soal mental, ada juga orang yang masih malu untuk mempersunting sang pujaan hatinya. Ini dikarenakan sang kekasih kurang cantik dimatanya bila dibandingkan dengan istri-istri teman-temannya. Wahai pemuda minder, bersyukurlah. Anda patut bersyukur diberikan lawan jenis yang sayang kepada anda. Lihat saja berapa banyak jomblo yang ingin mempunyai kekasih, tapi belum ditakdirkan bersanding dengan jodohnya. Lihat kisan Reza, anak seorang Deputi Gubernur, menikahi Putri Herlina, seorang gadis yang sedari kecil tidak mempunyai kedua tangannya disini Masih banyak lagi kisah orang yang mendapatkan pasangan yang “kurang” sesuai menurut pandangan mata manusia. Namun, dimata Tuhan, bisa jadi dialah jodoh terbaik anda. Bersyukur lagi ya

Menurut data statistik tahun lalu, perbandingan jumlah pria dan wanita di seluruh dunia adalah 1000:976 dengan total jumlah penduduk lebih dari 7 milyar jiwa! Sementara, di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, perbandingan pria dan wanita adalah 1000:989. Saya mengambil range usia antara 15-64 tahun.
Modal disini adalah biaya pernikahan. Semuanya sependapat denganku soal modal ini? Biaya pernikahan, seminim-minimnya tetap saja harus siap sedia untuk menjamu keluarga besan dan tetangga yang hadir serta yang paling penting adalah isi amplop penghulu

Seorang paruh baya berkata kepadaku, “Kalau ngga nekat, ngga bakal nikah.” Aku sependapat dengan orang tersebut asalkan 2 M (mental dan modal) diatas sudah dimiliki, meskipun sedikit. Mengapa? Karena, definisi “siap” diatas sangat cepat berubah bila keadaan seseorang berubah. Umur 20 tahun belum siap karena terlalu muda. Setahun, dua tahun, sampai lima tahun kemudian bisa jadi masih belum siap karena keadaan tertentu.
Terlontar pernyataan dari anak muda yang menurutku sudah cukup umur untuk menikah ketika kutanya mengapa ia tidak menikah saja. Padahal ia dan kekasihnya sudah saing mengenal lebih dari 5 tahun. Dia hanya bilang, “Ngga enak Mas kalau udah nikah. Kemana-mana harus izin istri. Ngga bebas.”
Kebebasan yang berakar dari kata “bebas” itu bersumber dari dalam diri manusia. Dalam buku karangan Isaiah Berlin, Two Concept of Liberty, dijelaskan bahwa kebebasan ada yang bersifat positif dan ada juga yang negatif. Sekarang tergantung anda mendefinisikan arti bebas dari seorang pemuda diatas.
Niat baik akan diikuti dengan tindakan baik. Sejurus dengan itu, hasilnya pun akan baik. Lakukan dengan penuh syukur, ikhlas dan berharap keberkahan, sebelum engkau menyesal karena berurusan dengan hal yang paling jauh: waktu. Pasti akan Kutambah nikmatmu, itu janji Tuhan.
Segeralah menikah! Selamat menempuh hidup baru!
Udah page 2, tp kok belum ada



Diubah oleh mirza3m 08-01-2014 20:05
0
2.7K
Kutip
33
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan