Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

amin40Avatar border
TS
amin40
Resiko : Meraga Sukma
ini artikel yg saya dapet dari internet. awalnya ane tertarik dg ilmy meraga sukma dan dah mempelajarinya 3 hari yang lalu tapi setelah saya search di google dan nemuin artikel ini akhirnya saya berkikir ulang buat meraga sukma
mohon maaf sevelumnya ya jika menyinggung temen temen.
artikel nie ane copas melalui ponsel so agak dikit berantakan

Proyeksiastral. Sebelum beberapa tahun
belakangan ini menjadi populer, saya sama
sekali tidak mengenal istilah tersebut, apa
lagi berbau bahasa asing. Saya hanya
mengetahui ‘ngrogo sukmo’ atau melepaskan
ruh yang ada dalam salah satu bidang
‘Ngelmu Jowo’. Selain pemahaman lebih dari
itu saya sama sekali tidak tahu.
Dalam tulisan ini, saya hanya ingin bebagi
cerita tentang pengalaman saat melakukan
‘ngelmu sepuh’ ini untuk pertama kali
beberapa tahun yang lalu. Ternyata benar
kata orang tua. Belajar itu harus punya
guru. Kata bijak itu rupanya juga ada disiplin
ilmu supranatural. Bila belajar tanpa
bimbingan guru, maka alamat petaka yang
akan terjadi, setidaknya seperti yang saya
alami sendiri.
Awalnya, saya mengenal ngelmu ‘ngrogo
sukmo’ (meraga sukma) dari seorang guru di
Blora (sudah almarhum). Singkat cerita,
pada sebuah kesempatan setelah ada
pembekalan yang diwejangkan akhirnya saya
diajak oleh beliau untuk jalan-jalan pada
sebuah tempat di pesisir utara. Meski, ujur
waktu itu saya masih mentah sekali dalam
pemahaman tentang sensasi apa yang akan
terjadi saat melakukan prosesi demikian.
Karena didorong keinginan yang kuat dan
nekat tentunya saya mau saja ketika ditawari
beliau untuk mempraktekkan ngelmu
tersebut dengan beliau sebagai
pembimbingnya.
Berdua, dengan sebatang lilin yang
dinyalakan lantas lampu dimatikan. Saya
diharuskan memandangi nyala apinya selama
bebarapa menit sambil berkonsentrasi dan
mengamalkan beberap[a bait dzikir. Setelah
itu saya disuruh memejamkan mata rapat-
rapat. Aneh saja, nyala api lilin tersebut
seakan masih ada didepan mataku. Padahal,
sedah saya pejamkan begutu rapat.
Terdengar dari guru spiritual saya yang
menanyakan ; ‘warno opo wae sing katon
nang mripatmu” (warna apa saja yang telihat
dimatamu).
Memang, kemudian muncul nyala lilin warna
merah, biru, kuning, hijau, bergantian. Ada
yang dua tiga kali muncul, malah warna
hitam juga muncul, setiap saya sebutkan
barangkali sebagai acuan guru
pembimbingku apakah saya siap atau
tidaknya diajak melakukan prosesi tersebut.
Setelah nyala lilin kemudian tidak muncul
lagi kemudian lampu kamarnya dinyalakan.
“Iso Lee! Wiwitbengi iki kowe ketoke wes
siap!” (bisa Nak! Mulai malam ini kamu
kelihatannya sudah siap) kata beliu sesaat
kemudian. Saya sangat gembira karena tak
sia-sia usahaku mempersiapkan sesuatunya
dengan berbagai ‘laku prihatin’ sesuai
dengan petunjuk beliau agar saya bisa atau
sekurangnya berkesempatan meraga sukma,
keluar dari tubuh sendiri dan melihat tubuh
sendiri, seperti fenomena seseorang mati
suri baca disini pengalamanku.
Tubuh simpul gaib ditubuh saya dibuka
olehnya, agar rohku bisa melepaskan diri
dari ragaku dan pergi berpetualang ke alam
gaib. Setelah beberapa kali saya mencoba,
dengan ritual khusus, yaitu cara atau kunci
agar bisa melepaskan diri dari kurungan
raga, tapi tetap saja gagal, yang terlihat
hanya beliau berubah menjadi dua. Satu
diantara kembarannya duduk terpekur
dengan kepala menunduk, kembaranya yang
lain terlihat berdiri dihadapanku.
Setelah berungkali akhirnya saya mendapat
sensasi ini, beberapa saat seakan tubuh saya
seperti terkena strum listrik, bergetar dan
bergelonjotan. Sesuia dengan petunjuk
guruku pada momenttepat saya di suruh
melompat melalui ubun-ubun kepalaku.
Hampir-hampir saya tidak percaya, melihat
diriku duduk serius dalam posisi bersila.
Takjub, girang, takut melingkupi perasaan
waktu itu. Takjub karena saat itu saya
berada di alam yang bersinar kebiruan. Dan
yang cukup aneh, saya bisa melihat ke
tempat gelap sekalipun dengan jelas.
Berdiri disamping saya, sosok halus guruku
yang bersinar kebiruan memberi isyarat agar
saya mengikutinya. Saya mencoba berjalan
tapi sangat sulit dan kaku, bahkan beberapa
kali terjatuh. Tubuh bersinar guruku seakan
tidak sabar memberi isyarat lagi agar saya
mengikutinya. Saya mencoba berjalan
sebisaku mengikutinya berjalan keliling
dalam rumah.
Saya sangat heran ketika, sinar kebiruan
guruku keluar kamar dengan menembus
dinding ‘gebyok’ (papan kayu). Luar biasa!
Lucu juga saat saya berusaha mengikutinya
dengan cara ingin membuka pintu kamar
dengan cara biasa seperti biasa. Sedikitpun
tangan saya tidak bisa menyentuh pintu
tersebut. Dan tembus, menembus pintu
pintu tersebut. Secara naluri, saya
melangkah saja sambil terpejam, tahu-tahu
saya sudah ada di ruang tamu dimana sinar
kebiruan guru saya berada.
Setelah berkeliling di dalam rumah beliau,
dengan bahasa isyarat beiau menagajak saya
berjalan ke luar rumah. Setiba di luar
rumah, kembali saya di buat keheranan dan
takjub. Saya lihat guru spiritual saya tidak
lagi berjalan di tanah, akan teta[i terbang
naik beberapa meter dari tanah dan menujuk
ke arah utara.
Terdengar jelas ditelingaku bisikan beliau
“jajal Lee, kowe yo iso mabur koyo
Mbah.Melu Mbah paran ngalor” (coba Nak,
kamu juga bisa terbang seperti Mbah. Ikut
Mbah ke arah utara}.
Saya mencoba menjejakkan kakiku ke tanah.
Keanehan terjadi tubuhku melayang naik
beberapa meter tapi agak menggeliat
miring,hampir jatuh. Setelah berusaha untuk
menguasai tubuh halusku dan terbang
mengikuti guruku ke arah utara. Memenbus
kegelapan malam diatas areal hutan jati
menuju pesisir utara. Singkat cerita, kejadian
apa dan tujuan ke pesisir utara ini dengan
berbagai pertimbangan tidak saya ceritakan
disini.
Sekembali dari pesisir utara, akhirnya kami
menuju kediaman beliau. Dimana raga kami
masing-masing menunggu. Takjubnya,
setelah membaca rapalan yang beliau
ajarkan sebelumnya, tubuh halusku begitu
mendekati raganya langsung tersedot masuk
bagaikan asap yang dengan sangat cepatnya
kembali menyatu dengan ragaku. Alam biru
perlahan memudar dan kesadaran timbul
dalam diriku, saya sudah kembali. Sadar
sepenuhnya.
Sejalan beriringnya waktu, dimana saat saya
masih sangat mentah dalam hal ‘ngelmu
sepuh’ ini saya kehilangan sosok pembimbing
yang sangat mumpuni dalam ngelmu ini.
Beliau meninggal karena sepuh, terbilang
dari penuturan beliau semasa masih hidup
bahwa usianya sudah menginjak 96 tahun.
Dengan berbekal sedikit pengetahuan,
sepeningal guru spiritual saya, masih
beberapa kali saya mencoba mendalami dan
melakukan sendiri proses itu, meski
kenyataanya masih seringkali gagal. Bahkan
lebih sering saya justru tertidur saat sedang
dalam proses pelepasan ruh.
Saya masih ingat pertengahan agustus 2007
silam. Ketika itu saya belajar mengasah
kemampuan meraga sukma, seorang diri
dikamar sekitar jam 11 malam. Setelah
melakukan doake hadiratNya saya melakukan
proses penenangan batin dan pikiran. Sekita
sepuluh menit kemudian, saya mulai
melakukan proses relaksasi dalam. Seperti
sensasi sebelumnya, tubuh saya seperti
tersengat listrik hebat beberapa menit.
Seakan disengat ribuan voltage listrik. Dari
ujung rambut sampai kaki, tubuh saya
berguncang hebat. Sensasi berikutnya, ruh
saya dalam nuansa biru melayang ringan di
atas badan wadag saya. Meski sensasi ini
berungkali tiap saya melakukan prosesi ini,
jujur, tetap saja ada rasa sangat senang
karena berhasil melewati proses yang sakit
dan menguras tenaga. Seperti yang suda-
sudah, saya masih belum berani sendirian
meninggalkan badan wadag saya dan
beberapa saat kemudian langsung kembali.
Tapi, kali ini lain, saya ingin berkeliling
dirumah. Aneh saja, ternyata badan halus ini
bergerak sesuai apa yang ada dipikiran saya.
Saat saya ingin ke kamar anak saya, tahu-
tahu sampai di kamarnya.
Setelah asik berkeliling rumah dan
menembus tembok demi tembok, bahkan
saya sedikit berani keluar rumah, meski
kemudian masuk lagi kerumah. Nah, terpikir
oleh saya kalau saya mengunjungi sahabat
saya yang masih satu kampung. Detilnya,
dalam proses menuju ke rumah sahabat saya
tadi tubuh melayang meski dalam
keseimbangan yang kurang baik. Dalam
perjalanan itulah saya dikagetkan oleh
gonggongan anjing. Timbul pertanyaan
dalam hati, apa mungkin anjing tersebut
melihat saya?
Waktu bersama guru pembimbing saya, saya
diajak beliau terbang diatas ketinggian tak
kurang dari 10 meter, namun saat saya
melakukan sendirian saya masih belum
berani setinggi itu, kisaran 2 sampai 3 meter
dari tanah, lumayan untuk pemula. Karena
situasi telah larut malam, saya hamya
melihat beberapa orang tetangga yang masih
‘jagongan’ di mulut-mulut gang.
Waktu itu, diluar dugaan, ketika saya
melintasi pemakaman yang sangat
dimitoskan didaerah saya tinggal, seolah-
olah ada hawa aneh yang merasuk ke kulit
halus saya. Sensasi ini amat sangat cepat
tejadi. Bahkan untuk sesaat, saya melihat
suasana menjadi gelap.
Saya merasakan ruh saya tersedot oleh
sesuatu kekuatan yang sangat kuat. Saya tak
ingat dimana waktu itu, benar-benar gelap.
Yang passti, saya melihat suasana yang
sangat gelap dan dingin. Tak lama kemudian
saya melihat aneh dan temapt yang
mengerikan.Sangat bingung saat itu. Apakah
saya sudah mati atau masih hidup. Yang
jelas, ruh saya sudah tidak bersama badan
wadag saya lagi.
Sebuah gambaran yang tak terwakili sebuah
kosa kata. Ketegangan yang sempurna. Jujur,
sangat ketakutan dengan dengan
pemandangan kanan kiri saya waktu itu.
Terlebih saat melihat makhluk bermata satu,
kulit penuh bulu dan tingginya hampir tiga
meter. Semakin saya berusaha keluar dari
tempat menyeramkan itu, semakin kuat
perangakap sinar pekat itu membelitku. Sulit
sekali menembus perangkap berupa
kegelapan tersebut. Pikir saya, inilah akhir
hidup saya selama ini.
Ditengah ketidakberdayaan dan takut
dikelilingi makhluk yang meyeramkan.
Mereka seperti ingin membedah tubuh saya.
Tetapi mereka tetap berlaku kaku. Ya,
mereka sepertinya tak bisa menjamah tubuh
saya, walau saat itu benar-benar tidak
berdaya. Untunglah, ditengah kepanikan
tersebut masih teringat dalam benak saya
akan wejangan guru spiritual saya saat ada
kejadian seperti ini. Dalam keadaan panik,
saya berusaha menenangkan pikiran dan
batin bersamaan dengan melantunkan bait-
bait doa dan rapalan yang diajarkan
almarhum guru spiritual saya. Anehnya,
secara perlahan sinar biru dalam tubuh
halus saya semakin menguat dan
melonggarkan sinar pekat tersebut. Sejenak
kemudian hamparan gelap tanpa ada sosok-
sosk mengerikan tersebut terlihat. Sensasi
yang demikian semakin menambah semangat
saya untuk menambah semangat saya untuk
bisa keluar dari hamparan hitam tersebut,
dengan olah batin yang lebih mendalam lagi.
Walhasil, sejenak kemudian tubuh halusku
terasa terlempar dari hamaparan pekat
tersebut. Terlihat di depanku, tempat
dimana sensasi awal saat terakhir kali
mendekati areal pemakaman tersebut. Tanpa
berpikr panjang dalam pikiran saya yang
terlintas hanya untuk pulang dan kembali ke
badan wadag saya. Mengurungkan niat untuk
mengunjungi sahabat saya. Sesaat setelah
sampai di kamar tempat badan wadag saya
langsung saya kembali masuk kesadaran
yang sesungguhnya.
Demikian pengalaman saya, saat melakukan
ritual meraga sukma atau belakangan
terkenal dengan proyeksi astral. Tanpa
bermaksud untuk menggurui atau sejenisnya.
Tak lain sekedar berbagi pengalaman untuk
sebagai wacana bagi kita semua. Terlebih
untuk seseorang yang hanya mempelajari hal
yang berkaitan dengan ini yang hanya
melalui buku. Saya sarankan itu jangan,
terlalu berbahaya! Yang saya ceritakan disini
sama sekali belum mewakili sensasi yang
terjadi pada kenyataannya. Barangkali
karena pengetahuan saya dalam mengolah
kosa kata sangat terbatas. Mengingat saya
hanya drop out di kelas 3 SMP. Mohon
dimaklumi dan kritik dan sarannya sangat
saya harapkan untuk koreksi diri. Sekian
matur nuwun . wasalam.........
0
15.8K
23
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan