Sikap Presiden Partai Keadilan sejahtera (PKS), Anis Matta yang menampilkan istrinya yang lebih dari satu kewilayah publik beberapa pekan lalu kembali mengundang perhatian publik, dan dinilai akan membawa efek buruk bagi Anis Matta secara personal dan juga bagi partainya secara institusional. Pasalnya, Anis saat ini menjadi simbol PKS sebagai Presiden partai.

“Sebagai politisi, resiko politik yang mungkin diterima Anis adalah adanya kecaman dan tekanan publik. Ini akan jadi dilematis buatnya, karena ketika publik tahu, Anis akan mendapatkan tekanan publik bahwa Anis tidak layak jadi pemimpin nasional,” jelas pengamat komunikasi politik dari Universitas Mercu Buana, Heri Budianto kepada LICOM, Selasa (31/12/2013).

Kecaman itu, menurut Heri Budianto atas peritmbangan budaya masyarakat Indonesia yang selalu memproteksi dengan hal poligami. Ketika ini menjadi perdebatan publik dan menimbulkan banyak efek negatif, maka akan menjadi bumerang politik buat Anis.

Meski demikian, lanjut Direktur Eksekutif Political Communication Institute ini, ada sisi lain yang harus mendapatkan apresiasi dari sikap Anis Matta menunjukkan istri-istrinya ke ruang publik adalah tentang keberaniannya untuk mulai bersikap terbuka.

“Ini sebagai langkah berani, tapi memang diperlukan langkah seperti itu. Kejujuran adalah hal sangat mahal buat elit kita, dan Anis sudah memulainya,” imbuhnya.

Selain itu, Heri juga tidak sependapat atas pembelaan beberapa elit PKS yang menyamakan sikap poligami Anis dengan Proklamator Bung Karno yang juga dikenal memiliki istri banyak. Menurutnya, konteks jaman Soekarno hidup sangat jauh berbeda dengan kondisi kehidupan politik saat ini.

“Ya jangan dibandingkan dengan Soekarno dong. Soekarno itu pejuang revolusioner yang dicintai rakyat, sehingga poligaminya tidak terlalu memberikan efek negatif buat dirinya. Dan kontek zamannya juga lain. Ya jangan disamakanlah,” pungkasnya.