- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
yang demen creepypasta masuk


TS
riskychucky
yang demen creepypasta masuk
Selamat datang di thread pertama ane gan
beberapa minggu ini TS lagi demen baca cerita horror dari creepy pasta ane mau share beberapa cerita favorit ane
maaf kalo thread ane berantakan

sumber :creepypasta indonesia

beberapa minggu ini TS lagi demen baca cerita horror dari creepy pasta ane mau share beberapa cerita favorit ane
Spoiler for game boy:
Aku masih ingat saat aku masih muda, aku sering bermain Saga2 di GameBoy ku. Di Amerika dan Eropa permainan itu dipanggil Fighting Fantasy Legend 2. Permainan itu benar-benar bagus dan aku punya banyak waktu untuk memainkannya.
Namun, saat aku berumur 10 tahun ada sesuatu yang membuatku berhenti memainkannya. Kakiku patah saat aku bermain sepak bola, jadi aku harus menginap di rumah sakit selama 3 hari. Ada 3 orang di rumah sakit yang sekamar denganku. Wanita tua, pria tua, dan seorang anak perempuan, yang mungkin seumuran denganku.
Aku terbaring di sana, kedinginan, tidak nyaman dengan tempat tidurnya dan bosan. Beruntung, saat ibuku mengunjungiku, dia membawa GameBoy-ku untuk membuatku terhibur. Anak perempuan di tempat tidur disampingku sangat pucat dan terlihat sakit. Dia punya kantung mata di bawah matanya. Siang itu, ibunya mengunjunginya. Ibunya memberikannya snack dan minuman.
Aku mendengar dia berbicara dengan salah satu perawat. Dari apa yang kudengar, dokter yang menangani anak perempuan itu tidak mengetahui penyakit apa yang di derita gadis itu. Dia menderita penyakit misterius dan dokter itu tetap menyelidikinya.
Aku menghabiskan sebagian waktuku untuk bermain Fighting Fantasy di GameBoy-ku. Saat itulah aku menyadari gadis itu menatapku. Matanya terlihat sedih. Saat dia menyadari aku menatapnya juga, pipinya langsung memerah.
"Kau mau bermain ini?" tanyaku padanya sambil menyerahkan GameBoy-ku. "Kau bisa meminjamnya jika kau mau."
Matanya menatapku dan dia tersenyum. "Oke, aku suka itu." katanya. "Ngomong-ngomong, namaku Ryota." kataku. "Namaku Sayaka." dia menimpali.
Aku memberikan GameBoy-ku padanya. Dia tidak mengerti cara bermainnya, jadi aku mengajarinya. Beberapa hari kemudian, kami menjadi teman akrab. Kami berbicara tentang sekolah kami, film kesukaan kami, dan band kesukaan kami
Orang tuaku membantuku untuk duduk di kursi roda. Saat aku akan meninggalkan rumah sakit, aku melihat Sayaka menangis.
"Jangan sedih." kataku. "Kalau aku sudah bisa berjalan lagi, aku akan mengunjungimu."
Mukanya terangkat. "Kau berjanji?" tanyanya.
"Aku berjanji." jawabku sambil memberikan GameBoy-ku. "Ini sesuatu yang akan kau mainkan sampai aku mengunjungimu."
Satu minggu kemudian, aku mengunjungi Sayaka. Orang tua-ku mengantarku ke rumah sakit, tapi saat aku melihat tempat tidurnya, tidak ada tanda-tanda darinya. Wanita tua dan Pria tua itu masih ada disana tapi tempat tidur Sayaka kosong.
"Mungkin dia sudah pulang." pikirku. Aku ke ruang perawat dan bertanya apa yang terjadi dengan Sayaka. "Maafkan aku, Sayaka sudah pergi." jawab perawat itu. "Pergi kemana?" tanyaku. Ada air mata di mata perawat itu. " Dia pergi ke suatu tempat...."
Aku mungkin masih anak kecil, tapi aku tidak bodoh. Aku tahu apa maksudnya. Sayaka sudah meninggal. Aku hanya berdiri di sana, tidak bergerak.
"Dia meninggalkan ini untukmu..." kata perawat itu.
Perawat itu memberikan GameBoy yang kupinjamkan pada Sayaka dulu. Aku mengambilnya. Lalu, dengan hati yang sedih, aku berbalik dan berjalan menuju koridor.
Malam itu, aku tidak makan apapun. Aku hanya berbaring di tempat tidurku dengan lampu yang kumatikan, berpikir tentang Sayaka. Hatiku sakit.
Lalu, aku menyalakan GameBoy-ku, tapi terlalu sedih untuk memainkannya. Permainan itu mengingatkanku lebih banyak tentangnya. Lalu, aku membuka GameBoy-ku dan menyadari nama playernya sudah berubah...
1.XHELPM
2.YMOMIS
3.POISON
4.INGMEX
Note: mungkin banyak yang gak ngerti, jadi, saya akan jelaskan maksudnya. Ada kata2 tersembunyi di balik nama-nama player itu, seperti yang kalian lihat.
1.XHELPM: HELP (tolong)
2.YMOMIS: MOM (ibu)
3.POISON: POISON (meracuni)
4.INGMEX: ME (aku)
atau bisa digabung XHELPMYMOMISPOISONINGMEX
"Help, my mom is poisoning me"
yang artinya:" tolong, ibu meracuni aku."
Namun, saat aku berumur 10 tahun ada sesuatu yang membuatku berhenti memainkannya. Kakiku patah saat aku bermain sepak bola, jadi aku harus menginap di rumah sakit selama 3 hari. Ada 3 orang di rumah sakit yang sekamar denganku. Wanita tua, pria tua, dan seorang anak perempuan, yang mungkin seumuran denganku.
Aku terbaring di sana, kedinginan, tidak nyaman dengan tempat tidurnya dan bosan. Beruntung, saat ibuku mengunjungiku, dia membawa GameBoy-ku untuk membuatku terhibur. Anak perempuan di tempat tidur disampingku sangat pucat dan terlihat sakit. Dia punya kantung mata di bawah matanya. Siang itu, ibunya mengunjunginya. Ibunya memberikannya snack dan minuman.
Aku mendengar dia berbicara dengan salah satu perawat. Dari apa yang kudengar, dokter yang menangani anak perempuan itu tidak mengetahui penyakit apa yang di derita gadis itu. Dia menderita penyakit misterius dan dokter itu tetap menyelidikinya.
Aku menghabiskan sebagian waktuku untuk bermain Fighting Fantasy di GameBoy-ku. Saat itulah aku menyadari gadis itu menatapku. Matanya terlihat sedih. Saat dia menyadari aku menatapnya juga, pipinya langsung memerah.
"Kau mau bermain ini?" tanyaku padanya sambil menyerahkan GameBoy-ku. "Kau bisa meminjamnya jika kau mau."
Matanya menatapku dan dia tersenyum. "Oke, aku suka itu." katanya. "Ngomong-ngomong, namaku Ryota." kataku. "Namaku Sayaka." dia menimpali.
Aku memberikan GameBoy-ku padanya. Dia tidak mengerti cara bermainnya, jadi aku mengajarinya. Beberapa hari kemudian, kami menjadi teman akrab. Kami berbicara tentang sekolah kami, film kesukaan kami, dan band kesukaan kami
Orang tuaku membantuku untuk duduk di kursi roda. Saat aku akan meninggalkan rumah sakit, aku melihat Sayaka menangis.
"Jangan sedih." kataku. "Kalau aku sudah bisa berjalan lagi, aku akan mengunjungimu."
Mukanya terangkat. "Kau berjanji?" tanyanya.
"Aku berjanji." jawabku sambil memberikan GameBoy-ku. "Ini sesuatu yang akan kau mainkan sampai aku mengunjungimu."
Satu minggu kemudian, aku mengunjungi Sayaka. Orang tua-ku mengantarku ke rumah sakit, tapi saat aku melihat tempat tidurnya, tidak ada tanda-tanda darinya. Wanita tua dan Pria tua itu masih ada disana tapi tempat tidur Sayaka kosong.
"Mungkin dia sudah pulang." pikirku. Aku ke ruang perawat dan bertanya apa yang terjadi dengan Sayaka. "Maafkan aku, Sayaka sudah pergi." jawab perawat itu. "Pergi kemana?" tanyaku. Ada air mata di mata perawat itu. " Dia pergi ke suatu tempat...."
Aku mungkin masih anak kecil, tapi aku tidak bodoh. Aku tahu apa maksudnya. Sayaka sudah meninggal. Aku hanya berdiri di sana, tidak bergerak.
"Dia meninggalkan ini untukmu..." kata perawat itu.
Perawat itu memberikan GameBoy yang kupinjamkan pada Sayaka dulu. Aku mengambilnya. Lalu, dengan hati yang sedih, aku berbalik dan berjalan menuju koridor.
Malam itu, aku tidak makan apapun. Aku hanya berbaring di tempat tidurku dengan lampu yang kumatikan, berpikir tentang Sayaka. Hatiku sakit.
Lalu, aku menyalakan GameBoy-ku, tapi terlalu sedih untuk memainkannya. Permainan itu mengingatkanku lebih banyak tentangnya. Lalu, aku membuka GameBoy-ku dan menyadari nama playernya sudah berubah...
1.XHELPM
2.YMOMIS
3.POISON
4.INGMEX
Note: mungkin banyak yang gak ngerti, jadi, saya akan jelaskan maksudnya. Ada kata2 tersembunyi di balik nama-nama player itu, seperti yang kalian lihat.
1.XHELPM: HELP (tolong)
2.YMOMIS: MOM (ibu)
3.POISON: POISON (meracuni)
4.INGMEX: ME (aku)
atau bisa digabung XHELPMYMOMISPOISONINGMEX
"Help, my mom is poisoning me"
yang artinya:" tolong, ibu meracuni aku."
Spoiler for bay window:
Di suatu malam bersalju yang dingin, seorang gadis 16 tahun bernama Brittany Snow sendirian di rumah, menonton tv. Orang tuanya sedang pergi ke pesta makan malam di rumah teman mereka. Salju turun dengan deras sejak sore tapi Brittany merasa nyaman saat ia duduk di sofa di ruang santai, menghangatkan dirinya dengan selimut
Hingga tengah malam tiba, Orang tua Brittany tak kunjung pulang ke rumah dan ia mulai gelisah. Brittany tak ingin menelpon mereka, karena takut mereka berpikir ia tak dapat menjaga dirinya sendiri
Tv terletak di pojok ruangan, tepat bersebelahan dengan jendela teluk yang besar. Brittany sedang menonton salah satu film horor favoritnya yang berjudul ‘Prom Night’, namun tiba-tiba, dari sudut matanya, ia melihat sesuatu yang bergerak di Jendela
Menembus kegelapan dan salju yang sedang turun, ia dapat menangkap dengan jelas sosok seorang pria, berjalan tepat menuju jendela. Saat sosok itu makin mendekat, ia mulai dapat melihat wajahnya dan itu membuatnya penuh dengan ketakutan
Wajah pria itu penuh dengan bekas luka yang menyeramkan, matanya liar dan gila. Ia menyeringai dengan jahat kepada Brittanny. Ketakutan, Brittany mencoba bersembunyi dengan menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Ia tak ingin bergerak sedikitpun
Pelan-pelan Brittany mengintip dari balik selimut. Pria itu masih ada disana. Dia hanya berdiri disana, menatap langsung pada Brittany saat salju turun dengan deras dibelakangnya. Pria itu menarik sesuatu keluar dari mantelnya dan itu adalah pisau yang panjang
Gemetaran, Brittany kembali menarik selimut hingga menutupi dirinya dan berharap pria gila itu berpikir bahwa itu hanyalah selimut yang di taruh di atas sofa. Ia kemudian bergerak perlahan, mencoba mengambil telpon genggam di sakunya. Ia memencet tombol dengan panik, dan mulai menghubungi 911. Ia menahan nafasnya saat menunggu jawaban
Saat operator bertanya “Apa keluhan anda?”
Brittany mendekatkan telpon ke wajahnya dan berbisik
“Ada seorang pria berdiri di luar jendela rumahku. Ia memegang pisau. Tolong datang secepatnya”
Ia duduk tanpa bergerak sedikitpun saat waktu terus berjalan. Dan akhirnya, ia mendengar suara sirine berbunyi di luar dan polisi mengetuk pintu depan
Brittanypun keluar dari selimutnya dan bergegas membuka pintu depan, membiarkan dua polisi masuk. Mereka menjelaskan kepada Brittany bahwa mereka tidak melihat jejak atau tanda-tanda orang diluar rumahnya
“Dia ada disana” Kata Brittany sambil menunjuk ke arah jendela
“Itu tidak mungkin” Balas salah satu petugas wanita. “Tidak ada orang yang pernah berdiri diluar sana. Saljunya tidak berantakan sedikitpun. Jika benar ada seseorang diluar sana, mereka mungkin akan meninggalkan jejak kaki”
“Tapi ia benar-benar berdiri disana, ia menatapku!” Kata Brittany lagi “aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri”
“Kau tahu, matamu dapat mengecohmu” kata petugas pria yang satunya. “mungkin kau terlalu banyak menonton film horor”
Para petugas itupun mulai berpaling meninggalkannya. Namun tiba-tiba, petugas wanita itu membeku dan berhenti melangkah. Ia kemudian menarik sofa yang tadinya diduduki oleh Brittany. Mulut & mata petugas itupun terbuka lebar karena shock, begitupun dengan Brittany dan petugas yang satunya. Mereka sangat terkejut
Pada karpet di belakang sofa terdapat jejak kaki yang basah dan sebuah pisau panjang
“Kau tidak melihat seorang pria di luar jendela nak” kata petugas wanita itu “Tapi kau melihat pantulannya. Ia berdiri tepat di belakangmu selama ini”
Hingga tengah malam tiba, Orang tua Brittany tak kunjung pulang ke rumah dan ia mulai gelisah. Brittany tak ingin menelpon mereka, karena takut mereka berpikir ia tak dapat menjaga dirinya sendiri
Tv terletak di pojok ruangan, tepat bersebelahan dengan jendela teluk yang besar. Brittany sedang menonton salah satu film horor favoritnya yang berjudul ‘Prom Night’, namun tiba-tiba, dari sudut matanya, ia melihat sesuatu yang bergerak di Jendela
Menembus kegelapan dan salju yang sedang turun, ia dapat menangkap dengan jelas sosok seorang pria, berjalan tepat menuju jendela. Saat sosok itu makin mendekat, ia mulai dapat melihat wajahnya dan itu membuatnya penuh dengan ketakutan
Wajah pria itu penuh dengan bekas luka yang menyeramkan, matanya liar dan gila. Ia menyeringai dengan jahat kepada Brittanny. Ketakutan, Brittany mencoba bersembunyi dengan menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Ia tak ingin bergerak sedikitpun
Pelan-pelan Brittany mengintip dari balik selimut. Pria itu masih ada disana. Dia hanya berdiri disana, menatap langsung pada Brittany saat salju turun dengan deras dibelakangnya. Pria itu menarik sesuatu keluar dari mantelnya dan itu adalah pisau yang panjang
Gemetaran, Brittany kembali menarik selimut hingga menutupi dirinya dan berharap pria gila itu berpikir bahwa itu hanyalah selimut yang di taruh di atas sofa. Ia kemudian bergerak perlahan, mencoba mengambil telpon genggam di sakunya. Ia memencet tombol dengan panik, dan mulai menghubungi 911. Ia menahan nafasnya saat menunggu jawaban
Saat operator bertanya “Apa keluhan anda?”
Brittany mendekatkan telpon ke wajahnya dan berbisik
“Ada seorang pria berdiri di luar jendela rumahku. Ia memegang pisau. Tolong datang secepatnya”
Ia duduk tanpa bergerak sedikitpun saat waktu terus berjalan. Dan akhirnya, ia mendengar suara sirine berbunyi di luar dan polisi mengetuk pintu depan
Brittanypun keluar dari selimutnya dan bergegas membuka pintu depan, membiarkan dua polisi masuk. Mereka menjelaskan kepada Brittany bahwa mereka tidak melihat jejak atau tanda-tanda orang diluar rumahnya
“Dia ada disana” Kata Brittany sambil menunjuk ke arah jendela
“Itu tidak mungkin” Balas salah satu petugas wanita. “Tidak ada orang yang pernah berdiri diluar sana. Saljunya tidak berantakan sedikitpun. Jika benar ada seseorang diluar sana, mereka mungkin akan meninggalkan jejak kaki”
“Tapi ia benar-benar berdiri disana, ia menatapku!” Kata Brittany lagi “aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri”
“Kau tahu, matamu dapat mengecohmu” kata petugas pria yang satunya. “mungkin kau terlalu banyak menonton film horor”
Para petugas itupun mulai berpaling meninggalkannya. Namun tiba-tiba, petugas wanita itu membeku dan berhenti melangkah. Ia kemudian menarik sofa yang tadinya diduduki oleh Brittany. Mulut & mata petugas itupun terbuka lebar karena shock, begitupun dengan Brittany dan petugas yang satunya. Mereka sangat terkejut
Pada karpet di belakang sofa terdapat jejak kaki yang basah dan sebuah pisau panjang
“Kau tidak melihat seorang pria di luar jendela nak” kata petugas wanita itu “Tapi kau melihat pantulannya. Ia berdiri tepat di belakangmu selama ini”
Spoiler for the white dress:
Ini terjadi sebelum malam pesta dansa para senior, seorang gadis tidak memiliki gaun untuk dia kenakan. Gadis ini miskin dan tinggal di bagian kota yang padat oleh imigran dari Haiti serta dari pulau lainnya di Caribbean Sea.
Di hari yang sama, dia pergi menghadiri sebuah upacara pemakaman seorang tetangga untuk berbelasungkawa terhadap jasad renta-nya. Sementara dia sampai di rumah duka, dia melihat jasad seorang gadis seusiannya dengan postur sama dengannya terbaring kaku di sebuah peti yang terletak di dalam salah satu dari banyak ruangan yang ada, yang telah salah dimasuki olehnya. Saat dia menunduk ke peti gadis itu, dia melihat gaun yang dipakainya tampak begitu indah dan masih baru pula. Pastinya sengaja dibeli untuk pemakaman si gadis.
Saat dia masih berada di ruangan itu, pengelola upacara melangkah masuk dan berkata bahwa peti itu sudah waktunya untuk di tutup. Dia mengencangkan tutupnya dengan kunci besar, semacam kunci inggris kemudian berucap bahwa mulai saat itu peti tersebut akan selamanya tersegel, dan penguburannya akan dilaksanakan esok pagi.
Setelah pengelola meninggalkan ruangan, gadis itu berjalan ke aula, menuju ke ruangan dimana almarhum sang tetangga diupacarakan. Saat itu sembari dia menunduk dalam hikmat, dia mendengar banyak suara sesenggukan dan tangisan dari sepenjuru aula. Tiba tiba seseorang jatuh pingsan oleh kesedihan di salah satu ruangan, dan semua pelayat, termasuk sang pemimpin upacara, berlari ke sana guna membantu keluarga itu.
Ketika si gadis berlari melewati ruangan yang didalamnya terdapat peti yang tersegel tadi, muncul sebuah ide di otaknya. Dia memasuki ruangan itu, membuka petinya dengan tang yang tergeletak di sana, dan secepatnya melucuti gaun putih yang dikenakan si mayat. Dia mengembalikan tang ketempatnya dan menutup peti lalu disegelnya lagi seperti semula. Dia jejalkan gaun putih itu ke dalam ransel, kemudian menyelinap keluar sambil berjingkat jingkat melewati ruangan lain yang riuh akan tangisan.
Esok malamnya, gadis itu mengenakan gaun putih yang dia curi, lalu pergi ke pesta dansa.
Saat dia berdansa bergantian dengan beberapa cowo yang dikenalnya, dia mulai merasakan semacam kekakuan di kedua tumitnya. Lama kelamaan rasa kaku itu semakin menjalar ke otot otot si gadis, mengakibatkan cara berjalan dan gerakan tari-nya tampak konyol. Dia menduga mungkin ada yang salah dengan gaun yang membalut tubuhnya, jadi dia pergi ke ruang ganti wanita. Dia menanggalkannya kemudian diperiksanya setiap sisi, namun tidak ada sesuatu pun yang aneh.
Maka gadis itu kembali memakainya.
Sembari dia berdansa, tubuhnya semakin terasa dingin dan kaku hingga akhirnya menjadi begitu kaku seperti papan. Ambulan di datangkan, dan gadis itu dilarikan kerumah sakit. Dokter yang menanganinya memvonis dia sudah meninggal - tapi sebenarnya dia masih hidup! Dia masih dapat mendengarkan pembicaraan semua orang, dan menyaksikan apa yang sedang terjadi. Dia hanya tak dapat bergerak bahkan berbicara.
Akhirnya, dia hanya bisa terbaring kaku dalam peti saat upacara pemakamannya berlangsung di rumah duka yang sama, dengan dikelilingi oleh suara tangisan dari keluarga dan teman temanya yang melayat.
Dia berusaha untuk bergerak atau berteriak, tapi dia tak mampu.
Pemimpin upacara perkabungan mengakhiri acara lalu menutup petinya. Hari berikutnya, peti itu dikuburkan. Sembari penggali makam menimbun petinya sedikit demi sedikit dengan tanah liat, gadis itu dapat mendengar perbincangan mereka,
"Apa kau sudah dengar tentang kejadian di tempat ini tadi pagi?" kata salah seorang penggali.
"Belum, ada apa sih?" kata yang satunya sambil terus menimbun peti dengan sekop demi sekop penuh tanah yang masih basah.
"Seorang asisten muda di rumah makam ini mendengar suara ketukan yang berasal dari dalam salah satu peti. Jadi, dia membukanya, dan seorang gadis yang hanya mengenakan pakaian dalam bangkit lalu keluar dari peti itu. Gadis itu menjelaskan bahwa dirinya adalah korban dari ritual voodoo. Seseorang menghadiahkan sebuah gaun yang sudah di taburi dengan bubuk zombie, itu membuatnya tampak sudah mati padahal dia masih hidup."
"Hah," tanggap penggali makam satunya.
"Aku penasaran apa yang terjadi dengan gaun itu sekarang."
Dan setelahnya, tak ada lagi yang dapat didengar oleh gadis itu...
Di hari yang sama, dia pergi menghadiri sebuah upacara pemakaman seorang tetangga untuk berbelasungkawa terhadap jasad renta-nya. Sementara dia sampai di rumah duka, dia melihat jasad seorang gadis seusiannya dengan postur sama dengannya terbaring kaku di sebuah peti yang terletak di dalam salah satu dari banyak ruangan yang ada, yang telah salah dimasuki olehnya. Saat dia menunduk ke peti gadis itu, dia melihat gaun yang dipakainya tampak begitu indah dan masih baru pula. Pastinya sengaja dibeli untuk pemakaman si gadis.
Saat dia masih berada di ruangan itu, pengelola upacara melangkah masuk dan berkata bahwa peti itu sudah waktunya untuk di tutup. Dia mengencangkan tutupnya dengan kunci besar, semacam kunci inggris kemudian berucap bahwa mulai saat itu peti tersebut akan selamanya tersegel, dan penguburannya akan dilaksanakan esok pagi.
Setelah pengelola meninggalkan ruangan, gadis itu berjalan ke aula, menuju ke ruangan dimana almarhum sang tetangga diupacarakan. Saat itu sembari dia menunduk dalam hikmat, dia mendengar banyak suara sesenggukan dan tangisan dari sepenjuru aula. Tiba tiba seseorang jatuh pingsan oleh kesedihan di salah satu ruangan, dan semua pelayat, termasuk sang pemimpin upacara, berlari ke sana guna membantu keluarga itu.
Ketika si gadis berlari melewati ruangan yang didalamnya terdapat peti yang tersegel tadi, muncul sebuah ide di otaknya. Dia memasuki ruangan itu, membuka petinya dengan tang yang tergeletak di sana, dan secepatnya melucuti gaun putih yang dikenakan si mayat. Dia mengembalikan tang ketempatnya dan menutup peti lalu disegelnya lagi seperti semula. Dia jejalkan gaun putih itu ke dalam ransel, kemudian menyelinap keluar sambil berjingkat jingkat melewati ruangan lain yang riuh akan tangisan.
Esok malamnya, gadis itu mengenakan gaun putih yang dia curi, lalu pergi ke pesta dansa.
Saat dia berdansa bergantian dengan beberapa cowo yang dikenalnya, dia mulai merasakan semacam kekakuan di kedua tumitnya. Lama kelamaan rasa kaku itu semakin menjalar ke otot otot si gadis, mengakibatkan cara berjalan dan gerakan tari-nya tampak konyol. Dia menduga mungkin ada yang salah dengan gaun yang membalut tubuhnya, jadi dia pergi ke ruang ganti wanita. Dia menanggalkannya kemudian diperiksanya setiap sisi, namun tidak ada sesuatu pun yang aneh.
Maka gadis itu kembali memakainya.
Sembari dia berdansa, tubuhnya semakin terasa dingin dan kaku hingga akhirnya menjadi begitu kaku seperti papan. Ambulan di datangkan, dan gadis itu dilarikan kerumah sakit. Dokter yang menanganinya memvonis dia sudah meninggal - tapi sebenarnya dia masih hidup! Dia masih dapat mendengarkan pembicaraan semua orang, dan menyaksikan apa yang sedang terjadi. Dia hanya tak dapat bergerak bahkan berbicara.
Akhirnya, dia hanya bisa terbaring kaku dalam peti saat upacara pemakamannya berlangsung di rumah duka yang sama, dengan dikelilingi oleh suara tangisan dari keluarga dan teman temanya yang melayat.
Dia berusaha untuk bergerak atau berteriak, tapi dia tak mampu.
Pemimpin upacara perkabungan mengakhiri acara lalu menutup petinya. Hari berikutnya, peti itu dikuburkan. Sembari penggali makam menimbun petinya sedikit demi sedikit dengan tanah liat, gadis itu dapat mendengar perbincangan mereka,
"Apa kau sudah dengar tentang kejadian di tempat ini tadi pagi?" kata salah seorang penggali.
"Belum, ada apa sih?" kata yang satunya sambil terus menimbun peti dengan sekop demi sekop penuh tanah yang masih basah.
"Seorang asisten muda di rumah makam ini mendengar suara ketukan yang berasal dari dalam salah satu peti. Jadi, dia membukanya, dan seorang gadis yang hanya mengenakan pakaian dalam bangkit lalu keluar dari peti itu. Gadis itu menjelaskan bahwa dirinya adalah korban dari ritual voodoo. Seseorang menghadiahkan sebuah gaun yang sudah di taburi dengan bubuk zombie, itu membuatnya tampak sudah mati padahal dia masih hidup."
"Hah," tanggap penggali makam satunya.
"Aku penasaran apa yang terjadi dengan gaun itu sekarang."
Dan setelahnya, tak ada lagi yang dapat didengar oleh gadis itu...
maaf kalo thread ane berantakan
Spoiler for bonus:
ane ga mengharapkan
ane cuman pengen berbagi cerita


sumber :creepypasta indonesia
Diubah oleh riskychucky 25-12-2013 09:45
0
9K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan