Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

whisnucungkrinkAvatar border
TS
whisnucungkrink
Mengenang Tsunami Aceh: Kisah Penjaga Kubur #8thnTsunami
Mohon maaf kalo tritnya amburadul gan emoticon-Ngakak (S)

Di pagi hari ini mari sejenak kita berdoa untuk para korban tsunami aceh 9 tahun yg lalu yg telah menjadi korban keganasan ombak tsunami gan emoticon-Berduka (S)

Bukti no repost gan:

Mengenang Tsunami Aceh: Kisah
Penjaga Kubur #8thnTsunami

Mengenang Tsunami Aceh: Kisah
Penjaga Kubur #8thnTsunami


Tragedi Tsunami Aceh menyisakan banyak kisah yang mengharukan, sekaligus jadi bahan renungan. Dan setiap bencana biasanya diikuti
perjuangan penuh kesedihan untuk menata lagi kehidupan yang mendadak berada di titik nol. Hebatnya, ada individu-individu yang meski didera kesusahan namun tetap melakukan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Bahkan bagi orang yang sudah mati. Sang pahlawan yang dimaksud adalah Abdul Madjid.
Setiap malam Ia harus berebut tulang dengan anjing-anjing kelaparan, agar mayat korban tsunami bisa beristirahat dengan tenang. Beginilah kisahnya, sebagaimana ditulis
Maimun Saleh.

Mengenang Tsunami Aceh: Kisah
Penjaga Kubur #8thnTsunami

Ketika malam turun di pemakaman di Siroen,Lambaro, selalu terdengar lolongan anjing,seolah mereka tengah berdiskusi. Disertai angin malam yang dingin, dan sunyi yang mencekam, gambaran film horor itu seolah hadir di kawasan Aceh besar pasca-tsunami.
Pada saat itulah, Abdul Madjid menyalakan senter, lalu mengarahkan cahaya ke kerumunan anjing itu. Ia terperangah. Anjing-anjing itu
berkelahi memperebutkan tulang belulang manusia!
Abdul menghardik. Mereka tak peduli. Setelah dilempari batu, barulah anjing-anjing itu kabur. Abdul memungut kembali tulang yang
berserakan, lalu dikumpulkan dengan alas daun pisang. Pada malam yang sunyi itu ia menguburkan tulang-tulang tersebut. Sendirian. Tapi kawanan anjing tadi berhasil membawa kabur dua tulang kaki, dua tulang tangan, dan satu tengkorak kepala.
Peristiwa Sabtu malam itu, dua pekan setelah tsunami menggulung Banda Aceh, terjadi di kuburan massal korban tsunami yang terletak di Siroen, Lambaro, Aceh Besar. Lima puluh ribu orang dimakamkan di situ, tapi penjaganya cuma Abdul Madjid seorang diri. Pria berusia 48 tahun ini ikut membantu penguburan sejak awal. ”Tiga jam sekali, ada
jenazah masuk,” kata Abdul.
Sejak malam pertama, kawanan anjing sudah mengincar kuburan ini. Anjing-anjing itu asyik
berebut daging, juga tulang tulangnya. Abdul sedih. Ia lalu berinisiatif ronda malam seorang
diri. Maklum, banyak orang yang ngeri dengan kuburan massal itu.
Tak cuma kuburan itu yang aman, warga pun merasa sentosa. Maklum, banyak orang yang ngeri dengan kuburan massal itu. Sang istri
bahkan sempat menjauh. ”Setiap pulang, baju dan badannya bau mayat,” Aisyiah mengisahkan kegiatan suaminya.Untung, Aisyiah kini tak takut lagi. Yang dia cemaskan
cuma biaya hidup rumah tangga. Sebab,pekerjaan menjaga kuburan ini gratisan. Kalaupun ada yang membayar, sifatnya sukarela.

Mengenang Tsunami Aceh: Kisah
Penjaga Kubur #8thnTsunami

Abdul Madjid sempat berinisiatif menaruh dua celengan di sisi kiri-kanan makam. Maksudnya agar para pezirah menaruh duit di dalamnya. Duit itu kemudian dipakai Abdul
Madjid untuk membeli karpet plastik, sapu, dan berbagai peralatan bersih-bersih lainnya.
Sisa uang diserahkan ke Masjid Batul Izzati, yang berada di seberang jalan. Tapi Abdul justru dituduh makan uang kuburan itu. ”Padahal, demi Tuhan, saya tidak melakukannya,” katanya sedih.
Karena asap dapur seret mengepul, ia akhirnya menjual sapinya yang laku Rp 2,4 juta. Sapi itu adalah upah atas pengembalaan hewan ternak salah seorang warga. Dan hanya itu harta Abdul Madjid satu-satunya. Uangnya
sudah habis pula untuk berobat sang istri yang didera penyakit jantung.
Kisah sedih seakan terus menguntit Abdul Madjid. Rumah tinggalnya dihancurkan karena pemilik tanah tak lagi memberikan izin menetap di situ. Dalam keadaan mabuk si tuan
tanah ini mengusir keluarga Abdul Madjid. Kini, bersama keluarga, Abdul menetap di bekas kandang sapinya dengan perbaikan seadanya.
Hidup susah itu tak membuatnya meninggalkan kuburan massal yang dia anggap sebagai kewajibannya sebagai warga. Jiwa-jiwa di situ seakan terus memanggilnya.
Hingga kini ritual ini sudah bagian dari napasnya:
mengitari kuburan, mengusir anjing yang berebut daging manusia, lalu menguburkan tulang-tulang yang berserakan. Sendirian. Di kegelapan malam. ”Saya ingin mencari pintu
taubat di sini,” katanya sembari menerawang.
Kini kuburan yang dulu gersang itu tampak hijau. Abdul Madjid menanaminya dengan kembang sepatu, serunai rambat, bunga raya,
dan pohon pepaya. Saban malam ia berada di situ.
Sempat sepekan ia absen. Tapi itu karena ia diserang diare berat. Tapi selebihnya ia adalah penjaga yang setia.
-------------------
Catatan: Tulisan Maimun Saleh ini terpilih diantara empat terbaik dari 8 kisah, yang dimuat iloveaceh dalam rangka memperingati acara #8thnTsunami (8 Tahun Tsunami) tahun 2011

Masih ada orang yg ikhlas membantu gini gan,meski hidupnya sendiri aja susah dia rela menjaga kuburan-kuburan disana tanpa pamrih gan
emoticon-Berduka (S) ane salut sama bapak abdul madjid ini gan

SUMBER: www.apakabardunia.com/2013/12/mengenang-tsunami-aceh-kisah-penjaga.html?m=1

Tolong bantu emoticon-Rate 5 Star emoticon-Rate 5 Star gan

Ane gak nolak kalo di kasih emoticon-Blue Guy Cendol (S) emoticon-Blue Guy Cendol (S) emoticon-Blue Guy Cendol (S) tapi jangan di kasih emoticon-Bata (S) emoticon-Bata (S) emoticon-Bata (S) ya gan
Diubah oleh whisnucungkrink 26-12-2013 00:27
0
3.7K
20
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan