Bermula dari kisah pendaki-pendaki ugal-ugalan yang berniat mau mencari wangsit ke Ciremai sedari beberapa bulan yang lalu, namun apa daya waktu dan kesempatan yang tidak pernah tepat yang selalu memisahkan kami

Akhirnya diputuskan untuk berangkat tanggal 30 Agustus 2013 meski awalnya ada 5 orang yang awalnya mau naik, apa daya pada hari H hanya ada 2 orang yang berangkat yaitu saia sendiri (TS) dan Iki (RKarim). Karena Iki mau nyicipin roller coaster Pantura yang legendaris itu maka akhirnya saiapun menyerah dan ikutan naik Luragung yang legendaris itu (rencananya)

Kumpul di Kampung Rambutan jam 20.30, sambil manyun dengan banyaknya calo yang berkeliaran . Serem juga kalau diculik disini :. Akhirnya kamipun naik bus Kuningan (yang lewat Cilimus) adanya Setia Negara sekitar pukul 21.00 namun apa daya bus ini punya hobi ngetem rupanya . Pukul 22.00 kira-kira bus ini baru beranjak dari Pasar Rebo . Sepanjang jalan saia tidak berani membuka mata (lebih milih merem aja) karena emang bener bus ini legendaris kalau dalam hal drift di jalanan, mulai dari zig-zag sampai kebut-kebutan kalau ketemu bus PO lain .

Semua berjalan lancar sampai dekat pertigaan Yomin, bus kami terjebak macet kemudian "cheat" dikeluarkan yaitu melaju di jalur yang berlawanan , sempet banyak-banyak baca doa waktu bus ini melintas diarah yang berlawanan ada hikmah juga rupanya kalau naik bus seperti ini : lebih mendekatkan diri dengan Tuhan

Sesampainya di Cikopo, kenek ngomong dengan bahasa Sunda yang mana saia sendiri roaming dan kurang lebihnya yang mau arah Kuningan dan Cilimus harus oper bus, wat de hek!!!! Dengan kondisi setengah sadar turun bus dan mindahin ransel ke bus sebelah dan untungnya di bus sebelah rtada kosong jadi kamipun bisa duduk

Ternyata bus ini tidak seheboh bus yang sebelumnya karena setelah melewati Cirebon bus ini kurang kuat nanjak

Pukul 03.00 kira-kira kami sampai di Pertigaan Linggajati. Disini ada tukang ojek yang biasanya ngantar sampai basecamp (baca:warung) Linggajati. Nah tugas Iki adalah untuk "nyepik" tukang ojek akhirnya deal dengan harga 15 ribu untuk mengantar ke basecamp. Sekitar 15 menit kami sampai basecamp dan betul saja sepi sekali, dan rombongan 6 orang yang katanya sudah datang subuh itu juga langsung naik. Karena kami bukan tipe pendaki yang suka naik malam-malam akhirnya kami memutuskan untuk istirahat di basecamp terlebih dahulu.

Sebelum tidur kami bilang kepada yang punya warung untuk titip perijinan dan pesan nasi bungkus untuk dibawa naik

Karena capek dengan kondisi bus yang aduhai, di basecamp saiapun dengan cepat terlelap. Tak terasa jam 06.00 pun sudah tiba dan Iki pun membangunkan saia. Dan ternyata dia nggak bisa tidur

Setelah sarapan sebentar dan nyolokin handphone kesayangan ke charger maka sekitar jam 06.30 kami siap untuk melakukan perjalanan. Ketika itu Puncak Gunung Ciremai dengan malu-malu menampakkan wajahnya dan sempat bikin jiper juga mengingat kita start dari ketinggian 600 MDPL dan kami berencana untuk nenda di 3050 MDPL. Ya betul, nenda di puncak

Pos (baca:warung) Linggajati - Cibunar (06.30-07.00)
Setelah GPS handphone dinyalakan dengan app favorit saia yaitu Orux Maps yang sudah diberi jamu Offline Map (Google Terrain dan Satellite Map) dan track yang diambil dari Everytrail, kamipun mulai perjalanan. Diujung jalan kami kebingungan dan akhirnya ngambil jalur tanah (arah kiri) dibanding arah kanan (jalan aspal). Dan ternyata inilah awal kami nyasar , ya betul nyasar diawal pendakian Setelah jalan sekitar 15 menit, saia makin curiga dengan jalur ini soalnya mirip jalur wakamsi . Setelah saia zoom peta ternyata kami beda punggungan dengan jalur asli, namun nampaknya menyatu didepan sekitar 500 meter. Dan benar setelah 15 menit kemudian dalam kepanikan kami sampai di warung dan kami juga tidak tahu harus kemana. Kami orientasi ulang ternyata salah ambil pengkolan ke kiri masuk hutan pinus, namun untungnya kami merasa bahwa makin aneh saja jalurnya. Akhirnya kami putar halauan balik ke arah warung dan ternyata kami bertemu musholla dan pohon besar yang ada air. Dan ternyata ini Cibunar. Waktu menunjukkan pukul 07.00 waktu itu Setelah diujung jalan itu baru ketahuan bahwa jalan aspal dipertigaan bawah tadi mengarah ke Cibunar juga

Cibunar - Leuweung Datar (07.00 - 08.00)
Tidak ambil banyak waktu, kami langsung lanjutkan perjalanan. Perjalanan dari Cibunar kearah Leuweung Datar ternyata harus nanjak satu bukit sebelum sampai dilokasi dengan jalur dibuat zig-zag yang ternyata lumayan menguras kampas dengkul.

Leuweung Datar - Condang Amis (08.00 - 08.10)
Kami sampai di Leuweung Datar pukul 08.00 tak ambil lama ambil nafas langsung gas pol untuk sampai Condang Amis dan tiba dilokasi pukul 08.10. Di Condang Amis ini ada shelter yang cukup lumayan buat leyeh-leyeh

Condang Amis - Kuburan Kuda (08.10 - 09.00)
Dari Condang Amis menuju Kuburan Kuda mulailah bentuk jalur unyu Ciremai muncul , perjalanan sebetulnya tidak terlalu terjal, tapi sudah bikin jiper

Kuburan Kuda - Pangalap (09.15-09.45)
Kami sampai di Kuburan Kuda pukul 09.00, ambil nafas sebentar, ngemil kurma tanpa biji kemudian gas pol lagi menuju Pangalap pada pukul 09.15



Dari Kuburan Kuda arah ke Pangalap, jalur cukup lumayan unyu. Sedikit monyet-monyetan perlu dilakukan (yang mana pada akhir perjalanan lebih banyak lagi ). Kami sampai di Pangalap pukul 09.45

Pangalap - Tanjakan Seruni (09.45 - 10.00)
Dari Pangalap menuju Tanjakan Seruni jalur masih sama unyunya tapi masih belum level brutality . Kami sampai di Tanjakan Seruni pukul 10.00.

Tanjakan Seruni - Bapa Tere (10.00-11.30)
Nah setelah sampai plang Tanjakan Seruni, saia berpikir jalur yang tadi aja belum dibilang "tanjakan" apalagi yang ini jelas ditulis tanjakan :

Ternyata betul tulisan tanjakan memang sesuai dengan namanya



Akhirnya setelah melewati Tanjakan Seruni yang cukup brutal, sampailah kami di Bapa Tere pukul 11.30. Kami istirahat disini, saia makan dan Iki nunggu jam Sholat

Bapa Tere - Batu Lingga (12.10 - 12.50)
Selepas istirahat, pukul 12.10 kami bersiap mencicipi tanjakan Bapa Tere yang konon cukup brutal

Batu Lingga - Sangga Buana 1 (12.55 - 13.15)
Kami sampai di pos Batu Lingga pukul 12.50. Kami istirahat sekitaran 5 menit disini. Nah menurut GPS setelah dari Batu Lingga jalur kian lucu, dan benarlah betul demikian adanya

Sangga Buana 1 - Sangga Buana 2 (13.15-14.00)
Kami sampai di Sangga Buana 1 pukul 13.15. Saia sendiri sudah mulai kecapekan . Saia istirahat ambil nafas sebentar dan tetap saja gas pol

Memang betul seperti kata Mamang TR bahwa jalur Linggajati itu 3Dalias Dengkul ketemu Dada ketemu Dagu

Sepanjang Sangga Buana 1 ke Sangga Buana 2 jalur masih sama brutalnya

Sangga Buana 2 - Pangasinan (14.00-15.00)
Kami sampai di Sangga Buana 2 pukul 14.00. Disini saia isitirahat sekitar 5 menitan, karena kaki sudah mulai kram dan gemetaran



Dari Sangga Buana 2 menuju Pangasinan jalurnya sudah mulai berubah lebih terbuka, melintasi jalur bebatuan yang bikin telapak kaki nyut-nyutan Disepanjang jalur ini mulailah muncul tanaman Edelweiss




Setelah melintasi jalur yang cukup berdebu dan berbatu serta terjal. Sampailah kami di Pangasinan pukul 15.00. Disini kami sempat berpikir untuk nenda disini mengingat fisik sudah lumayan lemah, tapi karena melihat sepertinya puncak tidak jauh, maka kamipun istirahat sebentaran disini sebelum lanjut untuk sesuai dengan agenda kami nenda di puncak



Disini terjadi kejadian lucu, ketika istirahat Iki melihat ada wafer yang tercecer ditinggal pemiliknya dan ternyata masih renyah , akhirnya ada 6 wafer yang kami sikat daripada jadi sampah disini (alibih)

Pangasinan - Puncak Panglongokan (15.20 - 16.00)
Istirahat 20 menit cukup sudah untuk memulihkan kondisi badan (tapi bohong, masih tetep pegel juga ). Pukul 15.20 kamipun beranjak ke puncak



Sepanjang jalur menuju ke puncak lebih parah dibanding sebelumnya yang ternyata disini debunya parah selain dari tanahnya juga rapuh



Setelah melalui jalur ini kami sampai di Puncak Panglongokan pukul 16.00
Foto-foto sebentar lalu mulailah debat kusir dengan Iki, mau orientasi tenda kemana , kata Iki biar adil arah pintu diarahkan ke arah angin , biar semua kena katanya

Mendirikan tenda juga jadi tantangan karena tanahnya rada rapuh dengan pasak model paku (Consina Summertime). Terpaksa selain pasak ditancap ke tanah, juga ditimpa dengan batu biar nggak terbang tendanya. Guyline dipasang semua dan ditimpa dengan batu supaya kuat, karena kami mulai merasa kalau malam ini bakalan angin cukup kencang.

Ternyata benar saja setelah pukul 18.00 angin mulai "stereo" kiri-kanan bergantian. Saia sendiri malas keluar dari tenda karena angin kencang dan ternyata kabut mulai pekat

Setelah makan malam dengan bekal nasi dari warung bawah, saiapun tidur. Sebelum tidur saia cek termometer masih sekitaran 12-13 derajat Celcius
Ternyata ketika terbangun pukul 03.00 keesokan harinya temperatur masih disekitar 8 derajat Celcius, tapi diluaran angin masih cukup kencang dan kabut cukup pekat. Dan sedari malam kami tidak mendengar ada orang lain sampai atas