Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lucious33Avatar border
TS
lucious33
(Parenting Story) Ketika Orang Tua Mulai Tak Menyayangi Anak...

emoticon-Kiss....Salam Dulu Buat Para Kaskuser Sekalian....emoticon-Kiss

Pertama-Tama
KASKUSER BAIK

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star




Quote:


emoticon-Sundul Gan (S)Selamat Datang Di Thread Aneemoticon-Sundul Gan (S)



emoticon-Cendol (S)BACA - PIKIR - KOMENGemoticon-Cendol (S)


Gan, Ane Nemu Sebuah Cerita Kerenemoticon-Cendol (S), yang Membuat Hati Ane Gimana Gitu...emoticon-Malu (S)Ame Nemu di Ini "[URL="http://ekafikri.blogdetik..com/index.php/2013/09/ketika-orang-tua-tak-menyayangi-anak/"]"Blog"[/URL] buatan Ekafikri...

...KARENA CERITA TENTANG MENGHORMATI ORANG TUA TERLALU MAINSTREAM SEKARANG ANE BUAT KEBALIKANNYA...


Tapi Sebelumnya Ane Pesen, Baca dulu Sampe Selesai (Cukup Panjang Sih..emoticon-Malu (S)) Baru...
"Positive Thinking"


PS : BUKAN MAKSUD TS UNTUK MENJELEKAN ORANG TUA MEMBUAT THREAD INI!!!



emoticon-Turut BerdukaKetika Orang Tua Tak Menyayangi Anakemoticon-Turut Berduka





Setiap orang tua berharap buah cinta yang dilahirkan kedunia ini, kelak ketika mereka dewasa akan menghormati, dan menyangi mereka.
Seperti halnya ketika mereka menumpahkan kasih sayang kepada si buah hati ketika masih kecil. Tentu ini bukanlah harapan kecil. Mengingat banyak anak-anak yang telah bernajak dewasa mulai bandel dna tak menuruti kehendak orang tua.

Wajar, kalau orang tua berharap seperti itu, karena merasa sudah berkorban dan berjasa membesarkan dan mendidik anak hingga mereka dewasa, bahkan menghantar hingga kepelaminan.

Namun, sebaliknya tak jarang kita mendengar ada orang tua yang menyakiti hati dan tubuh anaknya.Mulai dari memukul, mengancam, menghardik, cuek dan tak begitu peduli, hingga mengeluarkan titah tak mau menganggap sang anak sebagai anak kandung bila dianggap sudah tak sejalan dengan pemikiran oang tua.

Sering juga ketika mendengar dan melihat anak yang masih kecil, dibentak, dihardik banyak orangtua, jika dirasa nakalnya bocah sudah kelewatan. Bahkan tak segan-segan memukul dan memberikan julakan negatif pada buah hati yang belum mengerti apa-apa itu. Padahal, tindakan tadi bisa berpengaruh terhadap psikologis anak ketika ia telah beranjak dewasa. Bisa saja sang anak jadi ketakutan, trauma, atau mempunyai sifat yang berbeda dari teman-temannya karena pengaruh masa kecilnya yang sering tak disayang orang tua.


Cerita Yang Pertamax..

Quote:


Cerita Yang Ke-2

Quote:


Pernah saya membaca di salah satu artikel majalah, bahwa jika anak tak pernah atau jarang berkomunikasi dengan bapak, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup, seperti kini yang dialami oleh Fitri.

Sebenarnya masih banyak lagi kisah lain, kisah ketika orang tua tak sayang terhadap anaknya.

Namun, ketika hal itu terjadi, sepertinya jarang orang tua yang sadar bahwa telah melakukan kesalahan terhadap buah hati, yang ketika diawal pernikahan sangat mereka harapkan kehadirannya. Mereka tak paham, kalau tumbuh kembang atau sifat/pribadi yang sekarang dimiliki anak mereka, barangkali ada partisipasi masa lalu, dampak dari apa yang didapatkan sang anak, ketika orangtuanya tak harmonis, atau sering mendapatkan perlakuan tak selayaknya.

Syukurlah sekarang, sudah banyak majalah, buku dan tayangan media elektronik yang mengupas tentang bagaimana harusnya perilaku orang tua terhadap anaknya. Sering saya membaca atau melihat komentar dari para orang tua, ketika mereka telah selesai membaca ulasan tentang bagaimana mendidik anak, atau hal apa saja yang tidak boleh dilakukan terhadap anak. Banyak komentar dari para Papa dan Mama yang mengaku bahwa mereka baru tau hal tersebut. Janjinya sih, tidak akan mengulangi lagi kesalahan dan justru akan menerapkan anjuran yang diberikan oleh sang ahli atau psikolog seperti apa yang telah mereka baca pada artikel tersebut.

Ya, orang tua banyak yang tak sadar, bahwa perhatian, dan kemampuan membiayai kebutuhan anak, dari urusan sekolah, pakaian, dan sandang-pangan, belumlah cukup untuk bisa memberikan asupan kasih sayang dan pelajaran moral atau sesuatu yang bisa mempengaruhi perkembangan pola berpikir si anak.

Quote:


Atau, jika anak sedang ngambek atau menangis menurut Agus Sutiyono seorang ahli Hypno Parenting dalam dalam bukunya yang berjudul Dahsatnya Hypno Parenting menuliskan :Jika sang anak sedang ngambek, kita bisa mengucapkan kata-kata seperti Papa sayang kamu, Nak. Kamu cerdas, sehat dan bahagia. Itulah yang dilakukan Agus pada anaknya, Citra.

Quote:


Atau, hal lain yang bisa kita lakukan untuk memberikan kasih sayang secara psikologis adalah memeluk sang anak ketika pulang sekolah dengan memberikan pertanyaan yang menyenangkan. Bukan menghardik atau menghakimi si anak jika mendapatkan nilai yang jelek dalam pelajarannya. Orang tua harus menimilasir konflik, menjaga emosi dan membangun kebiasaaan-kebiasaan baik, demi tumbuh kembang sang anak. Agus menyarankan, agar selalu perlakukan anak dengan baik. Jadikan semua yang anak lihat dan rasakan bersifat positif. Bahkan orang tua harus membangkitkan potensi si anak. Intinya, kita harus memberikan sugesti yang baik pada anak setiap hari.

Masih menurut Agus, yang bukunya dihadirkan sebagai penebar nilai Plus-plus bagi orang tua. Sebenarnya, tanpa cacat keturunan. manusia dilahirkan dengan jumlah sel otak yang sama. Trus, kalau memiliki jumlah sel otak yang sama, kenapa harus ada anak yang pintar dan bodoh? Ada anak yang pemalu, introvert dan extrovet?Nah, dari hasil penelitian ditemukan ternyata yang membuat anak menjadi cerdas atau bodoh , bukan jumlah sel otak melainkan sel syaraf tepi yang disebut dendrit. Jika denrit dapat berkembang baik, maka akan memberikan kontrisusi dalam peningkatan berbagai kemampuan untuk dapat meraih apapun yang diinginkan dalam kehidupan, tentu harus diimbangi dengan keselarassan dengan alam semesta.

Kabar buruknya, dendrit ini bisa mati, lo. Nah, jika dendrit mati, maka tak bisa tumbuh kembali. Yang menyebabkan dendrit mati adalah perlakuan-perlakuan yang tidak menyenangkan dalam pertumbuhan. Perlakuan yang tidak menyenangkan tersebut misalnya prilaku kasar baik fisik maupun psikologis, serta membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain, dan memberikan perlakuan berbeda .

Perilaku yang tidak tidak menyenangkan ini bisa menyebabkan dendrit mati dan membuat beberapa fungsi syaraf anak terganggu. Itulah yang menyebabkan anak menjadi lambat, tidak cekatan atau lemot. Jadi, kalau anak kita terihat lemah di akademik atau pejaran sekolhnya, jangan langsung di sebut bodoh atau istilah sejenis lainnya. Sekali lagi, orang tua perlu intropesksi diri, atas apa yang terjadi pada anaknya. Jangan hanya mengharap anaknya pintar disekolah, tapi, dirumah selalu dimarahi dan di tekan. Toh, kemampuan anak beda-beda toh. Kalau ia tak pintar disisi akademik, mungkin ada kelebihan lain yang dipunyai olah anak. dalam hal musik, olhraga atau bakat lainnya.

Quote:


Nah, perasaan tak diperhatikan atau tak dihargai orang tua inilah yang sampai kini menggerogoti teman masa SMP saya, Lili. Dari SD sampai SMA, Lili selalu menjadi juara kelas dan mempunyai prestasi. Namun, orang tuanya tak pernah memberikan ucapan selamat boro-boro apresiasi lain atas prestasinya itu.

Lili, sama seperti teman saya Fitri, yang saya ceritakan di awal tadi, merupakan anak dari orang tua yang bercerai ketika ia masih kecil. Bahkan, hingga kini ia tak tau keberadaan Bapak kandungnya. Padahal ia ingin sekali bertemu. Bukan utuk meminta uang, tapi haya sekedar silaturahmi atau ingin bercakap- cakap saja. Namun ia tak pernah menemukan keberadaan Bapaknya.

Jejaring sosialpun menjadi sasaran empuk untuk ia menumpahkan kegalauan dan kesedihannya. Salah satu statusnya yang pernah saya baca di akun Facebooknya : Kalau aku tak diinginkan dari kecil, kenapa aku dilahirkan. Apa yang salah dengan diriku.? Siapa yang bertanggung jawab dengan diriku jika aku kelaparan? Ituah kita- kira sekelumit kegelisahan Lili, yang sampai saat ini tak pernah dinafkahi dan berkomunikasi dengan Bapaknya. Hanya Ibunya saja yang mengurusinya.

Perasaan tertekan dan merasa tak seberuntung nasib-nasib teman-teman yang lain, membuat Lili, menjadi depresi dan bahkan berpengaruh terhadap pekerjaan dan pergaulan. Ia pernah dipecat dari kantornya. Bukan karena ia tak mampu, hanya saja emosi dan sifat merasa benar sendiri sepertinya itu hinggap ditubuhinya. Jadi, ia merasa apa yang sudah dilakukan benar, namun salah menerut atasannya.

Masih saya ambil dalam bukunya Agus Sutiyono, ia juga menyinggung soal keluarga yang seharusnya menjadi tempat pertama pembangunan keberhasilan dalam kehidupan. Dimana disitulah titik awal seseorang menemukan kekuatan pikiran, perasaaan dan daya yang luar biasa. Lah, ini gimana seorang anak mau berhasil, kalau keluarganya saja amburadul atau gak jelas.

Jadi, tak heran, kalau saya melihat teman saya ini, meski ia sukses di bidang akademik, namun tak sukses di karir. Berkali-kali ia pindah kerja, tanpa ada pencapaian. Hanya satu bulan ngantor ditempat yang baru, lantas resign, karena mengganggap apa yang ada di kantor tak sesuai dengan keinginannya. Loh, bukannya kalau kita kerja ditempat orang, ya memang harus menuruti aturan yang ada, toh? Bukan harus menuruti kemauan kita. Bahkan, sudah dua tahun ini ia menganggur, dan pontang-panting mencari pekerjaan.

Namun, apa yang terjadi pada Lili, kalau berkaca pasa masa lalunya, yang merasa tak di hargai oleh orang tua sendiri, mungkin itulah penyebab keberontakannya pada dunia kerja yang dianggapnya tak sejalan dengan pikirannya.

Nah, tentu kita tak bisa menyalahkannya 100 persen toh. Karena apa yang dilakukan saat ini, tak lepas dari pengaruh masa lalunya hingga membentuk karakter diri yang keras dan merasa benar sendiri.

Kalau sudah begini, apakah orang tua masih pantas untuk berharap agar anaknya patuh, hormat dan memperlakukannya dengan baik? Padahal orang tua sendiri tak ingat bahwa mereka pernah memberikan perlakuan tak layak kepada anaknya, hingga membuat anak menjadi pribadi yang melawan, pembangkang bahkan tertutup?

Sepertinya, diera modern dilengkapi digital yang canggih dengan informasi yang banyak, bukan zamannya lagi tuk memberlakukan anak layaknya boneka.

Namun, sayangnya banyak orang tua juga yang tak mau mengerti dan mengakui, bahwa mereka pernah lo melakukan kesalahan terhadap anak, secara sadar maupun tidak. Yang pada akhirnya, perlakuan orang tua yang tidak layak tadi, ditangkap oleh sang anak, lantas ditiru. Yang lebih parah lagi, itu akan menempel terus di hati, jiwa dan otak si buah hati.


Quote:


Spoiler for Pesan Terakhir...:

Share Juga dong Pengalaman yang Agan Tau Tentang Hal di Atas...
..Berbagi Ilmu itu Baik..

Koment Kaskuser ada di Post ke #2 Ganemoticon-Cendol (S)


Quote:


Quote:


=======================================================================================================

Diubah oleh lucious33 28-11-2013 11:08
0
6.9K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan