Dr. Karmele Llano Sánchez datang ke Indonesia pada tahun 2003 untuk menjadi sukarelawan sebagai seorang dokter hewan di beberapa Wildlife Rescue dan Pusat Rehabilitasi. Dia datang di tim yang terdiri dari orang yang sangat antusias dengan keyakinan yang sangat kuat dalam konservasi dan kesejahteraan hewan, bersama-sama mereka mendirikan sebuah LSM di Indonesia. Segera setelah itu, International Animal Rescue datang kepada mereka dengan dana yang cukup untuk membuat dan menjalankan penyelamatan dan rehabilitasi pusat kukang dan kera pertama yang terletak di Bogor, Jawa. Oleh karena itu, LSM Indonesia mereka menjadi Yayasan IAR(International Animal Rescue) Indonesia. LSM ini telah berjalan sejak tahun 2007 di Jawa. Pada tahun 2009 mereka menjawab panggilan bantuan untuk menjalankan pusat penyelamatan orangutan di Ketapang, Kalimantan Barat. International Animal Rescue, kemudian meningkatkan fasilitas penyelamatan yang ada dan memulai proyek mendirikan fasilitas rehabilitasi baru pertama bagi orangutan di provinsi Kalimantan Barat. Dalam waktu kurang dari dua tahun mereka telah menyelamatkan lebih dari 40 orangutan di daerah ini.





Seekor orangutan jantan muda yang diserahkan oleh pemiliknya kepada Departemen Kehutanan di Ketapang, Kalimantan Barat kini menerima pengobatan dan perawatan di pusat penyelamatan IAR itu. Sangat sedikit yang diketahui tentang keadaannya selain bahwa ia sedang disimpan di kandang.

Nama orangutan itu adalah Rocky dan dia berumur sekitar satu tahun. Dia sangat kekurangan gizi, terlepas dari berat badannya yang rendah, juga ditunjukkan oleh kurangnya rambut, terutama pada kepalanya yang benar-benar botak .

Bayi ini sangat trauma dan membutuhkan dorongan konstan untuk makan dan minum. Tim medis dan 'babysitter' merawat dia sepanjang waktu untuk membuatnya merasa aman dan membangun kepercayaan dirinya. Dia saat ini sedang dikarantina di mana ia akan diberi banyak waktu untuk pulih dalam beberapa minggu ke depan sebelum ia diperkenalkan kepada bayi-bayi lainnya.

Kedatangan Rocky membawa jumlah orangutan di pusat di Ketapang menjadi 56 ekor, 37 diantaranya adalah bayi atau remaja yang masih akan bergantung pada ibu mereka untuk makanan dan perlindungan yang mereka tidak tidak bisa pelajari/ambil dari alam. Mereka semua korban perdagangan ilegal satwa liar yang membuat orangutan bayi yang sangat berharga sebagai hewan peliharaan.

Tapi bayi orangutan dicuri dari ibu mereka di hutan menghadapi masa depan yang suram. Mereka umumnya disimpan dalam kondisi menyedihkan, dibelenggu atau terkunci dalam kandang sempit dan diberi diet yang sama sekali tidak cocok yang sering menyebabkan penyakit dan bahkan kematian. Banyak dari orangutan tersebut meninggal karena penyakit menular dari manusia.

Dr Karmele Llano Sanchez, Direktur Eksekutif IAR Indonesia, mengatakan jumlah orangutan di pusat rehabilitasi di seluruh Indonesia sekarang total lebih dari 1.000 dan mereka cenderung hanya sebagian kecil dari semua orangutan yang terluka atau mengungsi dari habitat mereka. Ketika hutan dihancurkan untuk membuat jalan bagi perkebunan kelapa sawit, lebih mudah bagi pemburu untuk menemukan dan menembak orangutan . Pemburu ini membunuh ibu dan anggota lain dari keluarga dan mengambil bayi untuk menjual mereka ke perdagangan hewan peliharaan.

Rocky adalah korban terbaru dari dampak buruk dari penggundulan hutan, perburuan dan perdagangan hewan peliharaan ilegal orangutan di Indonesia. Di Kalimantan dan daerah lain di Indonesia, orang sering menjaga orangutan secara ilegal sebagai hewan peliharaan. Tapi kata 'orangutan' berarti 'orang hutan' dan hutan adalah di mana mereka berada.


sumber : disini
disini
pics from google.