Para mahasiswa asal Mataram menggelar aksi menghidupkan "seribu lilin keadilan untuk almarhum Fikri yang meninggal akibat Ospek yang digelar ITN Malang pada 12 Oktober lalu.Selasa (10/12/2013). | KOMPAS.com/Yatimul Ainun
Quote:
Original Posted By malangensis►Tambahin gan, sekalian nyundul
MALANG - Sedikitnya 30 personel Polres Malang memeriksa 110 – dari 114 mahasiswa baru yang diundang - jurusan Planologi ITN Malang di kampus, Senin (16/12/13). Keterangan dari mahasiswa baru ini selanjutnya akan dicocokkan dengan keterangan dari panitia yang akan diperiksa hari ini. Rangkaian pemeriksaan kepada civitas kampus ini, merupakan upaya mengungkap kasus kematian maba Planologi ITN, Fikri Dolasmantya Surya, yang meninggal pada kegiatan pengenalan jurusan mahasiswa baru (PJMB) 9-12 Oktober lalu.
‘’Dari pihak panitia, kami sudah mengumpulkan tujuh saksi. Keterangan versi panitia akan kami cocokkan dengan keterangan dari mahasiswa baru dan selanjutnya akan dikroscek lagi dengan 114 panitia besok (hari ini, Red),’’ ungkap Kapolres Malang, AKBP Adi Deriyan Jayamarta SIK ditemui pagi kemarin di Kampus ITN Malang.
Menurutnya, pemeriksaan terhadap mahasiswa ini sengaja dilaksanakan di kampus dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman kepada mahasiswa (mestinya lebih nyaman di polsek, klo dikampus ada ketakutan diketahui senior, TS).
Selain itu, juga untuk mempercepat pemeriksaan karena melibatkan ratusan orang. Sebenarnya ada 114 mahasiswa yang diundang namun 4 orang tidak hadir dan akan diperiksa keesokan harinya.
Pantauan Malang Post kemarin, ada saja mahasiswa yang terlihat berwajah lelah usai diperiksa di Gedung perkuliahan Teknik Kimia ITN. Bahkan ada yang menangis sambil berlari cepat menghindari awak media yang tidak diperkenankan masuk ke ruang penyidikan di lantai 2 gedung tersebut.
Hanya saja beberapa mahasiswa yang mau berkomentar hanya mengungkapkan singkat bahwa proses pemeriksaan berlangsung santai dan tidak dalam tekanan. ‘’Polisinya ramah, kok,’’ ujar mereka singkat tanpa mau menyebutkan namanya.
Proses pemeriksaan kepada maba kemarin dilakukan tertutup dan diawasi langsung oleh Kapolres Malang serta jajarannya. Mahasiswa yang seharusnya ada jadwal kuliah pagi, harus menunda perkuliahan di siang hari.
Mereka masuk berkelompok dan mendapatkan pertanyaan seputar kegiatan orientasi di Goa China. Sementara penyidik yang hadir kemarin nampak mengenakan baju hitam putih. Hingga malam hari pukul 20.00 WIB kemarin proses penyelidikan masih berlangsung.
Setelah menghimpun keterangan dari saksi di kampus yaitu informasi panitia dan mahasiswa baru sebagai pesertanya, selanjutnya pihak kepolisian akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud).
Sebab untuk menyimpulkan apakah tindakan yang dilakukan dalam pengenalan jurusan di Planologi ITN Malang itu kekerasan atau penyimpangan, perlu kesaksian dari Kemdikbud.
‘’Kami tidak bisa memberikan kesimpulan sendiri, sehingga setelah semua keterangan saksi terkumpul maka kami akan berkoordinasi dengan dinas pendidikan (Kemdikbud, Red),’’ ujar Adi Deriyan.
Kesaksian dari Kemendikbub ini lanjutnya diperlukan untuk menegaskan aturan kegiatan ospek versi Kemendikbud. Misalnya apakah push up atau skuat jump, atau merayap merupakan bagian pendidikan dan dapat diterima atau tidak. ‘’Yang bisa memberi kesimpulan mengenai hal itu bukan polisi tapi dari dinas pendidikan,’’ tegasnya.
Disamping penyidikan di kampus, pihaknya juga telah memberangkatkan dua perwira ke Mataram untuk bertemu keluarga Fikri. Utusan ini diharapkan bisa memberikan penjelasan kepada keluarga untuk keperluan otopsi mayat yang diperlukan sebagai alat bukti penyidikan.
Terpisah Ketua Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VII Jatim, Prof. Dr. H Sugijanto ditemui di Universitas Ma Chung kemarin menegaskan, pihaknya sudah melakukan penggalian data kepada rektor, ketua prodi dan dekan yang terlibat dalam kasus tersebut.
Hasil wawancara tersebut juga sudah dilaporkan via email kepada Dirjen Pendidikan Tinggi. ‘’Saat ini kami serahkan sepenuhnya proses pemeriksaan kepada pihak yang berwajib,’’ tegasnya.
Disinggung soal sanksi yang akan dijatuhkan kepada kampus jika terbukti bersalah, Sugijanto menegaskan belum ada sanksi yang akan diberikan. Karena pihaknya masih menunggu hasil akhir pemeriksaan yang sedang dilakukan oleh aparat kepolisian. (oci/avi)
Bisa merembet sampe ke tingkat universitas nih sanksinya
Monday, 16 December 2013 00:34
MALANG – Polisi mengambil langkah cepat dalam penyelidikan kasus kematian mahasiswa ITN Malang, Fikri Dolasmantya Surya. Pagi ini, tim khusus dari Polres Malang yang ditunjuk menangani kasus ini, akan memeriksa 112 mahasiswa baru (Maba). Pemeriksaan saksi skala besar ini akan ditempatkan di kampus ITN Malang.
Pernyataan itu disampaikan Kasubag Humas Polres Malang, AKP Ni Nyoman Sri Elfiandani, ketika dikonfirmasi sore kemarin. Mantan Kapolsek Pakisaji ini, menyatakan bahwa pagi ini mulai pukul 07.00, polisi akan melakukan pemeriksaan saksi-saksi mahasiswa baru teman Fikri yang ikut dalam kegiatan ospek.
“Pemeriksaan 112 mahasiswa baru yang menjadi saksi ini, setelah tim khusus Polres Malang melakukan gelar perkara hasil di kantor Bakorwil Malang,” ujar Ni Nyoman Sri Elfiandani.
Gelar perkara yang dilanjutkan dengan rencana pemeriksaan 112 Maba itu, setelah sebelumnya Polres Malang memeriksa saksi-saksi. Diantaranya adalah saksi mahasiswa senior (Fendem) yang menjadi panitia dalam kegiatan Kemah Bakti Desa (KBD) di Pantai Goa Cina Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Serta keterangan saksi petugas keamanan Pantai Goa Cina, Muryono.
Muryono yang merupakan saksi kunci peristiwa kekerasan yang dialami Fikri, diperiksa penyidik Reskrim Polres Malang Sabtu (14/12) malam. Saat dikonfirmasi via telepon, Muryono mengaku diperiksa sekitar selama tiga jam. Mulai pukul 19.00 sampai pukul 22.00.
“Ada sekitar 15 pertanyaan yang ditanyakan penyidik kepada saya. Inti pertanyaan apakah saya mengetahui kejadian kekerasan terhadap korban Fikri,” tutur Muryono.
Dalam keterangannya, Muryono membeberkan semua apa yang dilihat dengan kedua mata sendiri. Saat itu hari Kamis (10/10) dia melihat Fikri dianiaya oleh tiga mahasiswa senior. Satu orang membanting tubuh Fikri sampai terjatuh, kemudian dua orang lagi memukul dan menendang tubuh Fikri yang jatuh tersungkur.
“Siapa yang memukuli saya tidak mengenal. Yang saya kenal hanya Natalia Damayanti, yang saat itu menyaksikan penganiayaan terhadap Fikri. Saya tahu persis karena jarak saya tidak jauh. Dan bahkan saya sempat menanyakan kenapa dipukuli, dijawab Natalia karena membuang nasi,” jelas Muryono.
Selain dirinya, lanjut Muryono, sebetulnya ada satu saksi lagi yang melihat kejadian pemukulan. Dia adalah Sih Pantrimo, yang merupakan tukang parkir di Pantai Goa Cina. “Sih Pantrimo ini justru mengetahui dua kali kejadian. Dia mengetahui karena juga saya minta untuk mengawasi kegiatan mahasiswa itu. Dia sebelumnya juga sudah dimintai keterangan polisi,” terangnya.(agp/aim).
Buat panitia ospek ITN:
KOPAKMU NAPAK, modyar koen le!!
Bakal ditampolin polisi ampe bodoh!
Original Posted By satrianegara77►
mulia sekali yaaa
Awards
Penghargaan Kampus Unggulan dengan 3 kategori penghargaan (1) PT yang berprestasi dibidang Tata Kelola (2) PT yang berprestasi dibidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, dan (3) PT yang berprestasi dibidang Kemahasiswaan.
About
Perguruan Tinggi Swasta Unggulan
Mission
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang unggul, tepat guna dan berhasil guna.
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan bangsa.
3. Menyelenggarakan penyebaran informasi serta pelayan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Mengembangkan sikap kewirausahaan dan kemandirian di bidang kerakayasaan serta penerapan teknologi sesuai tuntutan pasar kerja.
5. Megembangkan serta menjaga nilai etika akademis dan citra Institut Teknologi Nasional Malang.
Description
Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Malang, Jawa timur. Sebagai perguruan tinggi swasta di Malang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya dengan minimal jurusan yang ada telah Terakreditasi.
tapi...
Saksi Pelonco Maut: Fikri Dibanting dan Ditendang
TEMPO.CO, Malang - Indikasi adanya tindak kekerasan yang dialami para mahasiswa baru Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang peserta kegiata Kemah Bakti Desa (KBD) dan menyebabkan Fikri Dolasmantya Surya Tewas makin menguat. Saksi mata yang ada di lokasi kejadian mengisahkan kebrutalan itu kepada Tempo.
Maryono, 41 tahun, Ketua Paguyuban Mitra Kelola Wanawisata Pantai Goa Cina, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, ini balik menantang panitia kemah untuk berjumpa dengan dirinya. Maryono gusar karena dari media massa yang dia baca, pihak kampus membantah ada kekerasan.
"Saya melihat dari dekat, sekitar 3 meter, saat Fikri dianiaya. Bantahan-bantahan kampus ITN itu bohong besar. Saya siap jadi saksi di kantor polisi," kata Maryono, Jumat, 13 Desember 2013.
Maryono bercerita, rombongan ITN tiba di lokasi pada Rabu, 9 Oktober 2013. Panitia dan peserta masih menjalani kegiatan normal seperti mengunjungi warga dan melakukan bersih-bersih. Tapi pada malam hari mulai terdengar suara-suara keras seperti bentakan. Belakangan, bentakan-bentakan sering terdengar pada pagi, siang, sore, dan malam sampai Jumat, 11 Oktober, atau sehari sebelum Fikri tewas.
"Kalau cuma bentakan saya kira masih wajar, tapi bentakan itu disertai kekerasan fisik. Itu yang buat saya marah," kata bekas preman itu, yang juga sedang diminta keterangan oleh Kepala Unit Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Sumbermanjing Wetan, Ajun Inspektur Polisi Satu Sobikin.
Maryono ingat betul kejadian pada Kamis, 10 Oktober 2013, sekitar pukul 08.00 pagi, setelah senam di depan barak induk. Ia melihat Fikri dipanggil beberapa anggota Fendem (kelompok mahasiswa senior yang menjadi panitia keamanan), lalu dibawa ke samping bangunan kayu berisi lima toilet milik Maryono. Sempat terjadi percakapan sebentar, tapi Maryono tak tahu apa yang ditanyakan Fendem kepada Fikri.
Tahu-tahu seorang panitia, berkepala gundul dan berkaus merah, membanting Fikri dengan cara memiting dari samping. Gedebuk! Fikri yang sudah kecapekan terjatuh di tanah dan tak bisa segera berdiri. Akhirnya Fikri disuruh merayap menuju barak.
"Saat itulah saya lihat adik itu ditendang di bagian rusuk kiri dan kanan. Kawan saya ini (Sih Panrimo) sampai meninggalkan lokasi karena tak tega ngeliat adik itu dianiaya," ujar Maryono yang mulai ikut mengelola Pantai Gua Cina sejak 2008, setelah insaf jadi preman di Jakarta. "Ya, kira-kira begini cara membantingnya," kata dia sambil memeragakan teknik bantingan dalam olahraga judo.
Karena marah, Maryono memanggil Natalia Damayanti, salah seorang panitia, yang ikut menyaksikan kejadian itu. Maryono bertanya alasan Fikri dibanting dan ditendang. Natalia menjawab bahwa tindakan itu adalah hukuman bagi Fikri yang membuang nasi. Maryono sempat mendebat Natalia bahwa hukuman itu terlalu berat dan tidak manusiawi.
"Tapi malah dijawab, itu sudah sesuai aturan kegiatan sebagai pembentukan karakter. Kami ini pernah hidup di dunia yang sangat keras, tapi kami masih punya rasa kemanusiaan. Saya lalu melarang mereka bikin hukuman di dekat toilet atau dekat pos dan warung daerah sini," kata Maryono.
Sejak dilarang Maryono, panitia mengalihkan kegiatan di luar barak di depan warung-warung lain atau di tempat lainnya yang tak sepenuhnya bisa dipantau Maryono dan anak buahnya.