- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Domestik
Stupid Backpacker : When Stupid Goin' Nekaaddddd!!!


TS
neo_sneaker
Stupid Backpacker : When Stupid Goin' Nekaaddddd!!!
Setelah sebelumnya saya menulis catatan perjalanan "Stupid Backpacking" saya di thread Stupid Backpacking : Goin' Where The Wind Blows.
Ini catatan perjalanan saya backpacking ke luar Jawa untuk pertama kali, menuju Bali, Lombok, dan Flores. Sendiri....
Seminggu sebelum perjalanan, saya mempersiapkan semuanya. Saya pergi ke Gramedia, beli neck-wallet, dan peta Bali. Saya mencetak rencana perjalanan saya yang sudah saya kumpulkan dari berbagai sumber, termasuk KASKUS.
Sehari sebelum perjalanan, saya mengambil uang cash di ATM. Dan apesnya, saya kena razia polisi. Ternyata SIM saya belum diperpanjang!!! Shit!! Kena 75 rebu!! Lumayan banget tuh!!!
Malamnya, saya packing semua barang-barang yang akan saya bawa. Barang-barang yang wajib dibawa nich (sekedar tips saja) :
1. Backpack. Namanya juga backpacker, jadi wajib pake backpack. Kalo pake koper, namanya koperer!!
2. Neck-wallet, menurut saya ini juga wajib. Karena benar-benar terjamin keamanannya. Taruh ATM, dan uang-uang besar disini.
3. Obat-obatan. Obat sakit kepala, obat maag, obat anti mabok, perban, betadin.
4. Peralatan mandi. Taruh didalam satu kantung plastik. Jadi ketika akan digunakan mudah diambil.
5. Buku bacaan, mp3 buat penghilang bosan (hanya berlaku untuk independent traveler).
Lainnya pakaian, celana kolor santai, celana jeans, dan celana dalam (bawa secukupnya, tapi jangan sampai kekurangan juga). Berhubung saya berencana trekking di P. Komodo, jadi saya bawa sepatu trekking juga.
Akhirnya hari yang ditunggu datang juga.
2 Mei 2010
Jam 2 siang, saya berangkat dari Semarang menggunakan kereta Banyu Biru menuju Yogyakarta. Sampai Yogya kira-kira jam 4an. Sempet bingung juga, turun di stasiun Tugu atau Lempuyangan. Saya coba melihat panduan yang sudah saya buat. Dan ternyata,,,,,, salah satu elemen terpenting dalam perjalanan ini lupa saya bawa!!!
“Sial,,udah susah-susah bikin juga!!”, batinku.
Tapi kemudian saya putuskan untuk berhenti di stasiun Tugu. Sampai disana, saya langsung menuju mushala stasiun. Selesai mandi dan shalat, saya bertanya sedikit ke petugas penjaga barang-barang di mushala. Dan saya mendapat info, kalau kereta ekonomi yang menuju Banyuwangi itu adanya di stasiun Lempuyangan.
“Ehhh...kirain di Tugu”, kataku di dalam hati.
Tapi kata si bapak penjaga, kalau mau ke Lempuyangan bisa numpang kereta Prameks dari Tugu. Jadi akhirnya saya menunggu kereta itu berangkat, sekitar pukul 5an sore. Kereta datang, dan tentu saja karena ikut numpang saja, jadi tak perlu beli tiket (pembelaan diri..hehe). Sampai di Lempuyangan, saya segera menuju loket tiket. Ternyata kereta Sri Tanjung yang menuju ke Banyuwangi, cuma berangkat pagi hari jam 7. Ada juga yang menuju ke Surabaya dulu, tapi setelah saya pertimbangkan, akhirnya saya putuskan menunggu besok saja, menggunakan Sri Tanjung.
Saya pergi keluar stasiun mencari makanan. Akhirnya saya putuskan makan di angkringan (warung makan kecil khas Yogya) di depan stasiun. Kemudian saya menghubungi teman saya, minta tempat menginap semalam. Sambil menunggu teman saya, saya makan dan minum kopi sembari ngobrol dengan si bapak penjual. Orangnya ramah, khas keramahan Yogya.
Akhirnya teman saya datang, setelah membayar dan berpamitan dengan si bapak saya menuju ke kos teman saya.
Semalam di Yogya.
Senin, 3 Mei 2010
Sekitar pukul 6.15an saya menuju ke stasiun Lempuyangan.
Kereta datang… Saya pun naik dan duduk di kursi sesuai yang tertera di tiket.
Perjalanan menuju Banyuwangi di mulai. Semua lancar, perjalanan terasa menyenangkan, hatiku berdendang syalala syilili…
Sampai…..
Hampir tiba di Banyuwangi, saya mengobrol dengan seorang pemuda. Bla bla bla bla….
“Nah, gara-gara kasus teroris itu, sekarang kemanannya di perketat banget. Jadi, setiap ada yang masuk ke Bali, pasti di periksa KTP-nya”, kata pemuda itu.
“Owh…”, kataku.
Sebelum akhirnya saya menyadari, “Hah!! Kemarin saya di tilang gara-gara SIM udah gak berlaku. Jangan-jangan.. ?!!”.
Kemudian saya membuka dompet saya dan memeriksa KTP saya. Dan, taraaaaaaa….
KTP SAYA KADALUARSA!!! ANJROOOTTT!!! MAMPUS INI!! GAK TERIMA KALAU GAK BISA MASUK BALI NIH!!
Saya tanya ke pemuda itu, “Mas, kalau KTP-nya kadaluarsa gimana ?!”
“Ya gak bisa masuk mas. Di suruh balik lagi”, jawab si pemuda itu.
“Owh gitu… Makasih ya mas.. Saya permisi dulu”, kataku mulai gugup. Berpikir berpikir berpikir…. Tenang tenang tenang….
Beberapa menit kemudian, dengan pisau di tangan, saya sudah membuka KTP saya. Karena batas kadaluarsa KTP saya bulan Januari, saya coba merubah kata “JAN” di KTP menjadi “JUN”.
Caranya, huruf A saya ilangin dikit pake pisau saya, kemudian dengan bolpoin, saya ganti dengan huruf U. Sedikit terlihat berwarna beda, saya sedikit rusak kertasnya menggunakan pisau. Setelah selesai, kembali saya masukan KTP ke dalam plastiknya, dan di tutup dengan cara di bakar menggunakan korek.
Sedikit tenang (biarpun masih tegang juga, takut di tolak masuk Bali), akhirnya kereta tiba di Banyuwangi sekitar dini hari. Saya langsung menuju ke pelabuhan Banyuwangi.
Setelah membeli tiket (Rp. 5000). Ketika di periksa petugas karcis, dari belakang terdengar “Saya ikut dia”. Saya pun menoleh, dan terlihat seorang kakek tua, dan saya segera paham situasi ini. Kemudian saya masuk sambil menarik tangan kakek itu, “Ayo kek”.
Kata si Kakek, “Makasih nak.. Saya mau ke saudara, tapi gak punya uang”.
“Iya kek.. Gak papa.. sama-sama”, kataku.
Kita masuk ke fery bersama.
Ini pertama kali saya naik kapal laut, jadi rada penasaran juga sama yang namanya mabuk laut. Tapi untung saja saya masih kebal (belum ngerasain mabuk laut).
Dan, hal yang paling menjijikan yang pernah saya lihat dalam hidup saya terjadi di dini hari itu. Waktu kebelet buang air, saya menuju ke toilet fery. Dan, guess what ??!!!! Di toilet itu, kotoran manusia memenuhi lantai toilet, dan ada juga yang sebagian meluber dari lubang wc. FVCK!!!!
Perasaan mulas yang tadi terasa, mendadak menghilang gara-gara kejadian tersebut.
Kembali saya duduk di kursi. Dan pertolongan pun datang lewat sebuah sms dari KASKUSER.
Saya menceritakan masalah KTP saya, kemudian dia menyarankan saya untuk numpang truk yang ada di dek kapal. Ide yang bagus.
Setelah kapal berhenti, saya segera menuju dek kapal, dan menyambangi salah satu supir truk.
“Pak,, saya boleh numpang sampai keluar pelabuhan nggak ? KTP saya sudah habis”, tanya saya dengan was-was.
“Hmmm,,”, si supir terlihat ragu tapi setelah saya yakinkan akhirnya saya di ijinkan untuk ikut truk bapak supir tersebut.
Saya segera naik. Truk berjalan, sampai depan pos pemeriksaan, saya segera menutupi muka saya menggunakan topi saya, dan pura-pura tidur.
Deg,… deg… deg…
Dan,,, VOILAAAAA… Saya lolos!! Lega selega-leganya setelah keluar dari pelabuhan.
Kemudian, saya turun di depan pelabuhan, tak lupa mengucapkan terima kasih sambil mencium kening supir. Abaikan bagian yang terakhir..
Karena menunggu bus yang menuju terminal Gilimanuk lama, saya akhirnya memilih naik ojek (Rp. 5000). Sampai di terminal, saya berkenalan dengan orang Bandung yang sudah bekerja lama di Bali. Ngobrol ngalor ngidul sampai bus datang.
Akhirnya bus datang, kami berdua segera naik. Ongkos bus sampai terminal Ubung adalah 20rb rupiah. Yang menarik adalah, di tiap tempat berdoa, bus segera berhenti dan kenek memasang dupa dan berdoa sejenak, baru kemudian melanjutkan perjalanan. Keren.
Sampai di terminal Ubung, saya naik angkot menuju terminal Tegal (Sayang, ongkosnya saya lupa). Kemudian dari terminal Tegal (sebenernya lebih mirip tempat ngetem angkot) dilanjutkan menggunakan angkot menuju Kuta.
Turun di daerah Pantai Kuta, saya berjalan kaki lumayan jauh mencari penginapan murah. Berdasarkan info yang saya ingat, nama penginapan yang murah adalah Arthawan di daerah Poppies Lane. Setelah berjalan lumayan lama, akhirnya saya melihat gerbang pantai Kuta dan tentu saja suara ombak yang berdesir, angin pantai, dan langit biru khas Indonesia Timur
Setelah tanya sana tanya sini, akhirnya sampai juga di penginapan yang di maksud. Penginapan ini benar-benar murah, hanya 40rb semalam untuk single. Selain itu, tempatnya juga strategis. Very recommended.
Setelah menaruh tas, saya kemudian menuju meja layanan untuk mencari info. Di losmen ini ternyata juga menyewakan sepeda motor. 35rb untuk satu hari motor matic. Agar lebih murah, saya memilih untuk menyewa langsung 4 hari.
PART 2
Sore hari menjelang senja, saya berjalan kaki menuju pantai Kuta untuk melihat sunset. Ternyata, saya nggak sempat melihat sunset. Aneh dan merasa bingung kenapa saya bisa tertinggal sunset, akhirnya saya tersadar kalau waktu di sini lebih cepat 1 jam daripada di Jawa. Dan jam tangan saya masih menunjukan waktu Indonesia bagian barat. Jam tangan saya menunjukan waktu setengah 6 sore, dan ini artinya pukul setengah 7 malam di Bali. Yang artinya,, tentu saja matahari sudah kembali ke peraduaannya, biarpun langit masih terlihat sedikit terang.
Setelah sejenak bersantai di pantai, sayapun memutuskan untuk kembali ke penginapan. Suasana malam hari di Poppies Lane ini begitu hidup. Musik-musik dari café-café terdengar berdentum-dentum, seperti bersahutan. Bendera negara banyak di pasang di beberapa café, mengingat saat itu memang sedang musim menyambut Piala Dunia 2010. Beberapa anak muda terlihat nongkrong di depan café, pinggir jalan, maupun Circle-K. Terlihat salah satu menenggak bir, kemudian ada salah satu yang mencoba menggoda bule wanita yang lewat di depan mereka, berharap dapat meniduri si bule mungkin. Ada beberapa gerombolan yang asik bercengkerama dengan bule, sambil menenggak bir juga tentunya. Disini terlihat bahwa budaya asing sudah mulai merasuki masyarakat kita. Menenteng bir, atau meminum bir di jalanan sudah di anggap biasa saja. Bukan hal tabu seperti kebanyakan di masyarakat desa.
Setelah puas menikmati suasana malam di Poppies, sayapun kembali ke penginapan. Berusaha tidur, tapi tidak bisa karena suara musik berdentum terdengar terus dari café-café di sekitaran penginapan, akhirnya saya keluar kamar, dan mengobrol dengan penjaga penginapan, berusaha mencari-cari informasi menarik tentang Bali. Lumayan, gratisan. Hehehe,,, Setelah lama berbincang, akhirnya saya kembali ke kamar, dan tidur.
5 Mei 2010
Rencananya hari ini saya ingin mengejar sunrise di pantai Sanur, yang konon katanya sunrise di sana sangat indah. Tapi, karena saya terlambat bangun, akhirnya saya putuskan untuk menuju Ubud. Oke, jadi bayangkan saja, seorang yang disorientasi arah parah, tanpa peta yang memadai, di daerah asing yang baru saja dikunjungi, dan sendiri. Hasilnya adalah……. NYASAR!!!
Dengan berbekal kepercayaan diri tingkat dewa saya yang meyakini, “Ahh, pasti banyak plang atau tanda arah menuju Ubud”, saya pun nekad dan tentu saja dengan SIM yang sudah tidak berlaku lagi saya menuju Ubud. Awal perjalanan terasa menyenangkan, dan lancar-lancar saja. Cuaca yang panas saya hiraukan. Saya masih dapat mengikuti plang atau tanda arah menuju Ubud. Semakin lama, plang semakin berkurang. Yang kemudian menyebabkan saya kebingungan, masih dengan kepercayaan diri tingkat dewa, saya melaju saja terus mengikuti kata hati (dan memang kata hati nggak selalu benar), sampai akhirnya kemudian saya menemukan plang “Tanah Lot”, dan tiba-tiba saja, dari yang tujuan awal saya ke Ubud, berganti haluan menuju……… Tanah Lot saudara-saudara. Ini Ubud dimana, Tanah Lot dimana!!! Cerdas sekali saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk menuju Tanah Lot saja. Perjalanan menuju Tanah Lot tidak terlalu sulit, papan penunjuk jalan banyak ditemui sepanjang perjalanan, sehingga memudahkan saya mencapai tujuan. Sesampainya disana, saya memparkir motor dan menuju loket pembelian tiket.
Dari awal gerbang Tanah Lot saja saya sudah dibuat terkagum-kagum. Dari depan gerbang terlihat pura yang ada di atas tebing dan dikelilingi air laut tersebut. Langit biru khas daerah timur, dan deburan ombak kecil semakin menambah keindahannya. Tampak pengunjung asik mengambil foto. Di Tanah Lot ini juga ada ular suci. Penasaran, akhirnya saya tertarik melihatnya juga. Ternyata yang namanya ular suci adalah, ular “pemalu” yang tinggal di gua bikinan dari tanah yang kecil dan sendirian. Kasihan sekali nampaknya.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha. (sumber : Wikipedia Indonesia)
Sebelum memasuki pura, kita diharuskan terlebih dahulu membersihkan diri menggunakan air suci. Prosesnya di bantu oleh penduduk lokal, dan setelah ritual tersebut, kita di persilahkan untuk memasukan uang ke dalam kotak atau kaleng.
Semangat untuk menuju Pura yang ada di atas akhirnya kandas, begitu menyadari jalan satu-satunya menuju ke atas di tutup. KENAPA GAK BILANG DARI TADI PAKKKK EEEEEEEE ???!!!
Kecewa nggak bisa ke atas, sayapun memutuskan untuk keliling daerah situ saja, setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk mengambil foto-foto di situ.
Di dalam kawasan wisata ini banyak juga penjual yang menjual aneka souvenir khas Bali dan beberapa penjual makanan juga. Merasa sudah cukup menikmati panorama Tanah Lot, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Kuta untuk mengejar sunset.
Sempet sedikit nyasar, namun akhirnya saya berhasil kembali tepat waktu ke Kuta untuk melihat sunset. Sambil menunggu sunset, saya memesan soft drink yang harganya naudzubillah. Dan guess what ??!! Sunsetnya nggak seindah seperti yang sering saya lihat di gambar-gambar calendar, ataupun di internet. Damn you Photoshop!!!!
Akhirnya saya memutuskan balik setelah sempat membeli makanan di gerai cepat saji di Kuta. (ini satu-satunya tempat makan yang sudah saya ketahui harganya, dan berani jamin harganya tidak semahal café-café yang ada di sekitaran Kuta ini).
Kembali ke dalam kamar, dan kembali lagi dalam suasana sepi….
Ahh,, pagi,, cepatlah kau datang….
--to be continued--
Ini catatan perjalanan saya backpacking ke luar Jawa untuk pertama kali, menuju Bali, Lombok, dan Flores. Sendiri....
Seminggu sebelum perjalanan, saya mempersiapkan semuanya. Saya pergi ke Gramedia, beli neck-wallet, dan peta Bali. Saya mencetak rencana perjalanan saya yang sudah saya kumpulkan dari berbagai sumber, termasuk KASKUS.
Sehari sebelum perjalanan, saya mengambil uang cash di ATM. Dan apesnya, saya kena razia polisi. Ternyata SIM saya belum diperpanjang!!! Shit!! Kena 75 rebu!! Lumayan banget tuh!!!
Malamnya, saya packing semua barang-barang yang akan saya bawa. Barang-barang yang wajib dibawa nich (sekedar tips saja) :
1. Backpack. Namanya juga backpacker, jadi wajib pake backpack. Kalo pake koper, namanya koperer!!

2. Neck-wallet, menurut saya ini juga wajib. Karena benar-benar terjamin keamanannya. Taruh ATM, dan uang-uang besar disini.
3. Obat-obatan. Obat sakit kepala, obat maag, obat anti mabok, perban, betadin.
4. Peralatan mandi. Taruh didalam satu kantung plastik. Jadi ketika akan digunakan mudah diambil.
5. Buku bacaan, mp3 buat penghilang bosan (hanya berlaku untuk independent traveler).
Lainnya pakaian, celana kolor santai, celana jeans, dan celana dalam (bawa secukupnya, tapi jangan sampai kekurangan juga). Berhubung saya berencana trekking di P. Komodo, jadi saya bawa sepatu trekking juga.
Akhirnya hari yang ditunggu datang juga.
2 Mei 2010
Jam 2 siang, saya berangkat dari Semarang menggunakan kereta Banyu Biru menuju Yogyakarta. Sampai Yogya kira-kira jam 4an. Sempet bingung juga, turun di stasiun Tugu atau Lempuyangan. Saya coba melihat panduan yang sudah saya buat. Dan ternyata,,,,,, salah satu elemen terpenting dalam perjalanan ini lupa saya bawa!!!

“Sial,,udah susah-susah bikin juga!!”, batinku.
Tapi kemudian saya putuskan untuk berhenti di stasiun Tugu. Sampai disana, saya langsung menuju mushala stasiun. Selesai mandi dan shalat, saya bertanya sedikit ke petugas penjaga barang-barang di mushala. Dan saya mendapat info, kalau kereta ekonomi yang menuju Banyuwangi itu adanya di stasiun Lempuyangan.

“Ehhh...kirain di Tugu”, kataku di dalam hati.
Tapi kata si bapak penjaga, kalau mau ke Lempuyangan bisa numpang kereta Prameks dari Tugu. Jadi akhirnya saya menunggu kereta itu berangkat, sekitar pukul 5an sore. Kereta datang, dan tentu saja karena ikut numpang saja, jadi tak perlu beli tiket (pembelaan diri..hehe). Sampai di Lempuyangan, saya segera menuju loket tiket. Ternyata kereta Sri Tanjung yang menuju ke Banyuwangi, cuma berangkat pagi hari jam 7. Ada juga yang menuju ke Surabaya dulu, tapi setelah saya pertimbangkan, akhirnya saya putuskan menunggu besok saja, menggunakan Sri Tanjung.
Saya pergi keluar stasiun mencari makanan. Akhirnya saya putuskan makan di angkringan (warung makan kecil khas Yogya) di depan stasiun. Kemudian saya menghubungi teman saya, minta tempat menginap semalam. Sambil menunggu teman saya, saya makan dan minum kopi sembari ngobrol dengan si bapak penjual. Orangnya ramah, khas keramahan Yogya.

Akhirnya teman saya datang, setelah membayar dan berpamitan dengan si bapak saya menuju ke kos teman saya.
Semalam di Yogya.
Senin, 3 Mei 2010
Sekitar pukul 6.15an saya menuju ke stasiun Lempuyangan.
Kereta datang… Saya pun naik dan duduk di kursi sesuai yang tertera di tiket.
Perjalanan menuju Banyuwangi di mulai. Semua lancar, perjalanan terasa menyenangkan, hatiku berdendang syalala syilili…

Sampai…..
Hampir tiba di Banyuwangi, saya mengobrol dengan seorang pemuda. Bla bla bla bla….
“Nah, gara-gara kasus teroris itu, sekarang kemanannya di perketat banget. Jadi, setiap ada yang masuk ke Bali, pasti di periksa KTP-nya”, kata pemuda itu.
“Owh…”, kataku.
Sebelum akhirnya saya menyadari, “Hah!! Kemarin saya di tilang gara-gara SIM udah gak berlaku. Jangan-jangan.. ?!!”.
Kemudian saya membuka dompet saya dan memeriksa KTP saya. Dan, taraaaaaaa….
KTP SAYA KADALUARSA!!! ANJROOOTTT!!! MAMPUS INI!! GAK TERIMA KALAU GAK BISA MASUK BALI NIH!!

Saya tanya ke pemuda itu, “Mas, kalau KTP-nya kadaluarsa gimana ?!”
“Ya gak bisa masuk mas. Di suruh balik lagi”, jawab si pemuda itu.
“Owh gitu… Makasih ya mas.. Saya permisi dulu”, kataku mulai gugup. Berpikir berpikir berpikir…. Tenang tenang tenang….
Beberapa menit kemudian, dengan pisau di tangan, saya sudah membuka KTP saya. Karena batas kadaluarsa KTP saya bulan Januari, saya coba merubah kata “JAN” di KTP menjadi “JUN”.
Caranya, huruf A saya ilangin dikit pake pisau saya, kemudian dengan bolpoin, saya ganti dengan huruf U. Sedikit terlihat berwarna beda, saya sedikit rusak kertasnya menggunakan pisau. Setelah selesai, kembali saya masukan KTP ke dalam plastiknya, dan di tutup dengan cara di bakar menggunakan korek.
Sedikit tenang (biarpun masih tegang juga, takut di tolak masuk Bali), akhirnya kereta tiba di Banyuwangi sekitar dini hari. Saya langsung menuju ke pelabuhan Banyuwangi.
Setelah membeli tiket (Rp. 5000). Ketika di periksa petugas karcis, dari belakang terdengar “Saya ikut dia”. Saya pun menoleh, dan terlihat seorang kakek tua, dan saya segera paham situasi ini. Kemudian saya masuk sambil menarik tangan kakek itu, “Ayo kek”.
Kata si Kakek, “Makasih nak.. Saya mau ke saudara, tapi gak punya uang”.
“Iya kek.. Gak papa.. sama-sama”, kataku.
Kita masuk ke fery bersama.
Ini pertama kali saya naik kapal laut, jadi rada penasaran juga sama yang namanya mabuk laut. Tapi untung saja saya masih kebal (belum ngerasain mabuk laut).
Dan, hal yang paling menjijikan yang pernah saya lihat dalam hidup saya terjadi di dini hari itu. Waktu kebelet buang air, saya menuju ke toilet fery. Dan, guess what ??!!!! Di toilet itu, kotoran manusia memenuhi lantai toilet, dan ada juga yang sebagian meluber dari lubang wc. FVCK!!!!

Perasaan mulas yang tadi terasa, mendadak menghilang gara-gara kejadian tersebut.
Kembali saya duduk di kursi. Dan pertolongan pun datang lewat sebuah sms dari KASKUSER.
Saya menceritakan masalah KTP saya, kemudian dia menyarankan saya untuk numpang truk yang ada di dek kapal. Ide yang bagus.
Setelah kapal berhenti, saya segera menuju dek kapal, dan menyambangi salah satu supir truk.
“Pak,, saya boleh numpang sampai keluar pelabuhan nggak ? KTP saya sudah habis”, tanya saya dengan was-was.
“Hmmm,,”, si supir terlihat ragu tapi setelah saya yakinkan akhirnya saya di ijinkan untuk ikut truk bapak supir tersebut.
Saya segera naik. Truk berjalan, sampai depan pos pemeriksaan, saya segera menutupi muka saya menggunakan topi saya, dan pura-pura tidur.
Deg,… deg… deg…
Dan,,, VOILAAAAA… Saya lolos!! Lega selega-leganya setelah keluar dari pelabuhan.
Kemudian, saya turun di depan pelabuhan, tak lupa mengucapkan terima kasih sambil mencium kening supir. Abaikan bagian yang terakhir..

Karena menunggu bus yang menuju terminal Gilimanuk lama, saya akhirnya memilih naik ojek (Rp. 5000). Sampai di terminal, saya berkenalan dengan orang Bandung yang sudah bekerja lama di Bali. Ngobrol ngalor ngidul sampai bus datang.
Akhirnya bus datang, kami berdua segera naik. Ongkos bus sampai terminal Ubung adalah 20rb rupiah. Yang menarik adalah, di tiap tempat berdoa, bus segera berhenti dan kenek memasang dupa dan berdoa sejenak, baru kemudian melanjutkan perjalanan. Keren.

Sampai di terminal Ubung, saya naik angkot menuju terminal Tegal (Sayang, ongkosnya saya lupa). Kemudian dari terminal Tegal (sebenernya lebih mirip tempat ngetem angkot) dilanjutkan menggunakan angkot menuju Kuta.
Turun di daerah Pantai Kuta, saya berjalan kaki lumayan jauh mencari penginapan murah. Berdasarkan info yang saya ingat, nama penginapan yang murah adalah Arthawan di daerah Poppies Lane. Setelah berjalan lumayan lama, akhirnya saya melihat gerbang pantai Kuta dan tentu saja suara ombak yang berdesir, angin pantai, dan langit biru khas Indonesia Timur
Setelah tanya sana tanya sini, akhirnya sampai juga di penginapan yang di maksud. Penginapan ini benar-benar murah, hanya 40rb semalam untuk single. Selain itu, tempatnya juga strategis. Very recommended.

Setelah menaruh tas, saya kemudian menuju meja layanan untuk mencari info. Di losmen ini ternyata juga menyewakan sepeda motor. 35rb untuk satu hari motor matic. Agar lebih murah, saya memilih untuk menyewa langsung 4 hari.
PART 2
Sore hari menjelang senja, saya berjalan kaki menuju pantai Kuta untuk melihat sunset. Ternyata, saya nggak sempat melihat sunset. Aneh dan merasa bingung kenapa saya bisa tertinggal sunset, akhirnya saya tersadar kalau waktu di sini lebih cepat 1 jam daripada di Jawa. Dan jam tangan saya masih menunjukan waktu Indonesia bagian barat. Jam tangan saya menunjukan waktu setengah 6 sore, dan ini artinya pukul setengah 7 malam di Bali. Yang artinya,, tentu saja matahari sudah kembali ke peraduaannya, biarpun langit masih terlihat sedikit terang.
Setelah sejenak bersantai di pantai, sayapun memutuskan untuk kembali ke penginapan. Suasana malam hari di Poppies Lane ini begitu hidup. Musik-musik dari café-café terdengar berdentum-dentum, seperti bersahutan. Bendera negara banyak di pasang di beberapa café, mengingat saat itu memang sedang musim menyambut Piala Dunia 2010. Beberapa anak muda terlihat nongkrong di depan café, pinggir jalan, maupun Circle-K. Terlihat salah satu menenggak bir, kemudian ada salah satu yang mencoba menggoda bule wanita yang lewat di depan mereka, berharap dapat meniduri si bule mungkin. Ada beberapa gerombolan yang asik bercengkerama dengan bule, sambil menenggak bir juga tentunya. Disini terlihat bahwa budaya asing sudah mulai merasuki masyarakat kita. Menenteng bir, atau meminum bir di jalanan sudah di anggap biasa saja. Bukan hal tabu seperti kebanyakan di masyarakat desa.
Setelah puas menikmati suasana malam di Poppies, sayapun kembali ke penginapan. Berusaha tidur, tapi tidak bisa karena suara musik berdentum terdengar terus dari café-café di sekitaran penginapan, akhirnya saya keluar kamar, dan mengobrol dengan penjaga penginapan, berusaha mencari-cari informasi menarik tentang Bali. Lumayan, gratisan. Hehehe,,, Setelah lama berbincang, akhirnya saya kembali ke kamar, dan tidur.
5 Mei 2010
Rencananya hari ini saya ingin mengejar sunrise di pantai Sanur, yang konon katanya sunrise di sana sangat indah. Tapi, karena saya terlambat bangun, akhirnya saya putuskan untuk menuju Ubud. Oke, jadi bayangkan saja, seorang yang disorientasi arah parah, tanpa peta yang memadai, di daerah asing yang baru saja dikunjungi, dan sendiri. Hasilnya adalah……. NYASAR!!!
Dengan berbekal kepercayaan diri tingkat dewa saya yang meyakini, “Ahh, pasti banyak plang atau tanda arah menuju Ubud”, saya pun nekad dan tentu saja dengan SIM yang sudah tidak berlaku lagi saya menuju Ubud. Awal perjalanan terasa menyenangkan, dan lancar-lancar saja. Cuaca yang panas saya hiraukan. Saya masih dapat mengikuti plang atau tanda arah menuju Ubud. Semakin lama, plang semakin berkurang. Yang kemudian menyebabkan saya kebingungan, masih dengan kepercayaan diri tingkat dewa, saya melaju saja terus mengikuti kata hati (dan memang kata hati nggak selalu benar), sampai akhirnya kemudian saya menemukan plang “Tanah Lot”, dan tiba-tiba saja, dari yang tujuan awal saya ke Ubud, berganti haluan menuju……… Tanah Lot saudara-saudara. Ini Ubud dimana, Tanah Lot dimana!!! Cerdas sekali saya.

Akhirnya saya memutuskan untuk menuju Tanah Lot saja. Perjalanan menuju Tanah Lot tidak terlalu sulit, papan penunjuk jalan banyak ditemui sepanjang perjalanan, sehingga memudahkan saya mencapai tujuan. Sesampainya disana, saya memparkir motor dan menuju loket pembelian tiket.
Dari awal gerbang Tanah Lot saja saya sudah dibuat terkagum-kagum. Dari depan gerbang terlihat pura yang ada di atas tebing dan dikelilingi air laut tersebut. Langit biru khas daerah timur, dan deburan ombak kecil semakin menambah keindahannya. Tampak pengunjung asik mengambil foto. Di Tanah Lot ini juga ada ular suci. Penasaran, akhirnya saya tertarik melihatnya juga. Ternyata yang namanya ular suci adalah, ular “pemalu” yang tinggal di gua bikinan dari tanah yang kecil dan sendirian. Kasihan sekali nampaknya.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha. (sumber : Wikipedia Indonesia)
Sebelum memasuki pura, kita diharuskan terlebih dahulu membersihkan diri menggunakan air suci. Prosesnya di bantu oleh penduduk lokal, dan setelah ritual tersebut, kita di persilahkan untuk memasukan uang ke dalam kotak atau kaleng.
Semangat untuk menuju Pura yang ada di atas akhirnya kandas, begitu menyadari jalan satu-satunya menuju ke atas di tutup. KENAPA GAK BILANG DARI TADI PAKKKK EEEEEEEE ???!!!
Kecewa nggak bisa ke atas, sayapun memutuskan untuk keliling daerah situ saja, setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk mengambil foto-foto di situ.
Di dalam kawasan wisata ini banyak juga penjual yang menjual aneka souvenir khas Bali dan beberapa penjual makanan juga. Merasa sudah cukup menikmati panorama Tanah Lot, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Kuta untuk mengejar sunset.
Sempet sedikit nyasar, namun akhirnya saya berhasil kembali tepat waktu ke Kuta untuk melihat sunset. Sambil menunggu sunset, saya memesan soft drink yang harganya naudzubillah. Dan guess what ??!! Sunsetnya nggak seindah seperti yang sering saya lihat di gambar-gambar calendar, ataupun di internet. Damn you Photoshop!!!!
Akhirnya saya memutuskan balik setelah sempat membeli makanan di gerai cepat saji di Kuta. (ini satu-satunya tempat makan yang sudah saya ketahui harganya, dan berani jamin harganya tidak semahal café-café yang ada di sekitaran Kuta ini).
Kembali ke dalam kamar, dan kembali lagi dalam suasana sepi….
Ahh,, pagi,, cepatlah kau datang….
--to be continued--
Diubah oleh neo_sneaker 13-12-2013 10:55
0
3.7K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan