- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Lulus Kuliah, Cari Kerja Atau Wirausaha?


TS
oplosan91
Lulus Kuliah, Cari Kerja Atau Wirausaha?


Sebelumnya mohon maaf gan kalau thread nya jelek, soalnya ane masih nubie gan..
Langsung aja gan disimak bacaan ringannya :
Quote:
Setelah Sarjana, Mau Kemana ?
Jujur, saya amat tertarik dengan isi tulisan Bang Suryono Brandoi Siringo-ringo, SE di Harian Analisa (7/10/13) yang berjudul, "Sarjana Indonesia Menjelang Zona Ekonomi Bebas ASEAN 2015". Ia menyampaikan sesuatu yang amat relevan dengan keadaan sarjana Indonesia saat ini. Yaitu, banyak sarjana Indonesia yang menganggur. Sementara, tidak lama lagi Era Perdagangan Bebas ASEAN di tahun 2015 sudah diterapkan. Mau dikemanakan sarjana-sarjana Indonesia tersebut ?
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwasanya di tahun 2013 terdapat 7,17 juta orang pengangguran terbuka dan 13,56 juta orang setengah pengangguran, dalam artian, telah bekerja namun penghasilan yang didapat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan dari sekian banyak pengangguran tersebut, kurang lebih 300 ribu orang adalah pengangguran intelektual (lulusan sarjana). Kenyataan ini menguatkan pandangan selama ini bahwa kampus/universitas/dunia pendidikan belum mampu menghasilkan sarjana pencipta lapangan kerja, tetapi malah menambah pengangguran dan membludaknya jumlah para pencari kerja.
Menurut Bang Suryono Brandoi Siringo-ringo, SE, bahwasanya setelah seseorang menjadi sarjana, maka ada tiga hal nasib yang menghampirinya. Pertama, sarjana dari keluarga kaya akan melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (program S2). Kedua, sarjana dari keluarga kaya bakal langsung mendapat kerja karena pengaruh kekayaan milik keluarganya, bisa saja ia langsung jadi manajer, direktur bahkan pemimpin umum perusahaan milik keluarga tanpa harus melalui tes dan pontang-panting melamar kerja di sana-sini. Ketiga, sarjana dari keluarga menengah ke bawah, di mana gelar sarjana adalah sebuah pertaruhan hidup. Kalau gagal mencari kerja, maka siap menjadi pengangguran dan menanggung malu sekeluarga. Sementara, bagi masyarakat, semua sarjana adalah orang hebat karena dianggap memiliki kemampuan lebih, punya kemampuan untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang bukan sarjana dan dipandang terhormat oleh masyarakat. Bayangkan, apa jadinya seorang sarjana di mata masyarakat bila tak melakukan apa-apa dan tidak punya pekerjaan alias menganggur ?
lmu dan Keterampilan
Bagi mahasiswa yang kini tengah duduk nyaman menyandang gelar mahasiswa, wisuda adalah moment impian yang ditunggu-tunggu dan siap merayakannya bila waktunya telah tiba. Selaras dengan keinginan mahasiswa, pihak kampus pun mengakomodasi sekaligus (seringkali) mengambil untung untuk merayakan acara wisuda mahasiswa. Rasa bahagia yang terpancar di wajah-wajah para sarjana yang baru saja diwisuda dengan pakaian khas toga bakal menegang di saat terjun ke tengah-tengah masyarakat, galau dengan keadaan susahnya mencari pekerjaan. MENCARI PEKERJAAN. Sebuah fakta di mana membuat siapapun yang bakal jadi sarjana ketakutan akan masa depan menjadi pengangguran.
Sebagaimana Bang Suryono Brandoi Siringo-ringo, SE bilang, bahwasanya sudah seharusnya pemerintah dan kampus memberikan solusi terhadap masalah sarjana pengangguran. Selama ini kampus hanya berorientasi pada bagaimana meningkatkan keilmuan mahasiswa, dengan memberikan setumpuk tugas akademisi maupun praktikum, tapi mengabaikan sisi mental, keterampilan dan bakat mahasiswanya. Karena, hidup dan masa depan para mahasiswa nantinya tidak cukup dengan ilmu yang dipelajari dari ruangan kelas di kampus, tetapi juga butuh skill, keterampilan dan bakat-bakat yang dimiliki. Setumpuk teori akademis yang mati-matian diperdebatkan dan dibahas di kelas takkan relevan bagi sarjana yang pontang-panting melamar pekerjaan dan kehidupan nyata. Acapkali perusahaan merekrut pegawai baru yang memiliki keterampilan dan bakat tertentu, bukan ilmu tertentu. Artinya, keterampilan praktis di lapangan amat dibutuhkan ketimbang sekadar teori belaka. Kecuali bila kampus tersebut benar-benar ingin menjadikan semua sarjana yang lulus kelak menjadi ilmuan, akademisi dan pendidik (guru/dosen).
Kenyataan bahwa perusahaan membutuhkan keterampilan di bidang tertentu membuat banyak institusi pendidikan tinggi membuka program khusus yang membidangi keterampilan tertentu dan menjamin lulusannya siap kerja. Keterampilan komputer, Bahasa Inggris, Komunikasi, dan lain-lain menjadi kebutuhan relevan perusahaan dalam mengembangkan perusahaannya. Mau tidak mau, pihak kampus harus bekerjasama dengan dunia usaha, perusahaan dan berbagai instansi lain agar lulusannya bisa magang, mempelajari bagaimana cara kerja, sistem kerja, keterampilan apa yang dibutuhkan dunia kerja dan suasana kerja agar begitu kelak menjadi sarjana, ia tahu dan memahami seluk beluk pekerjaan yang akan ditekuninya.
Era Zona Ekonomi Bebas ASEAN 2015 sebentar lagi akan tiba. Bila sarjana yang lulus tiap tahun yang jumlahnya ribuan itu tidak dibekali dengan ilmu dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri dan dunia kerja, maka perusahaan lokal maupun mancanegara akan melirik sarjana dari negara lain untuk direkrut menjadi tenaga kerjanya. Mau kemana sarjana Indonesia?
Wirausaha
Bagi sarjana, tentu begitu lulus maunya diterima bekerja di perusahaan yang diinginkan dan mendapatkan gaji cukup agar bisa mandiri. Bila salah satu dari sarjana tersebut berwirausaha, misalnya memulai dari bisnis kecil menjual pisang goreng, es cendol, membuka doorsmer, atau menjajakan barang jualan, pasti menjadi bahan tertawaan teman-teman sesama sarjana. Padahal, sebuah perusahaan besar berawal dari bisnis kecil dan sepele. Microsoft, Honda, Kentucky, Usaha Bimbingan Belajar Primagama adalah perusahaan kelas dunia dan domestik awalnya adalah dari bisnis kecil dan disepelekan banyak orang, apalagi microsoft berawal dari sebuah garasi mobil dan Primagama berawal dari kamar kos-kosan.
Menjadi wirausaha dan pengusaha menjadi keharusan agar lapangan kerja bertambah. Ilmu dan keterampilan tidak cukup untuk memulai sebuah usaha, tetapi juga mental kuat dan tahan banting. Kalau di Indonesia sarjana dipandang bila menjadi pegawai negeri, polisi, dokter, pejabat pemerintahan, direktur, atau pegawai perusahaan berkelas. Namun, kalau di Barat, malah yang paling dipandang dan dihormati adalah orang-orang yang membuka usaha, bisnis dan mandiri serta membuka lapangan kerja. Dari sekitar 250 juta jiwa penduduk Indonesia, kaum wirausaha hanya sekitar 0,24 persen atau sekitar 500 ribu orang, tidak sebanding dengan banyaknya jumlah penduduk. Lain dengan negara tetangga. Jumlah kaum wirausaha Singapura mencapai 7 persen dari jumlah penduduknya. Malaysia 5 persen dan Amerika yang negara maju mencapai 11 persen (Kompas.com).
Oleh : Suadi, S.Pd
Sumber : Harian Analisa
Kalau agan / aganwati sendiri pilih yang mana gan?




4iinch dan anasabila memberi reputasi
2
5K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan