- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Kurikulum Tahun Depan] Tanpa Ujian Nasional, Tidak Ada Lagi Tinggal Kelas di SD


TS
elvisharcher
[Kurikulum Tahun Depan] Tanpa Ujian Nasional, Tidak Ada Lagi Tinggal Kelas di SD
Jakarta -- Mulai tahun depan, tidak ada lagi peserta didik sekolah dasar (SD) yang tinggal kelas. Penilaian di rapor SD mencakup sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam bentuk deskriptif tidak lagi angka.
"Penilaian di SD tidak ada angka, tetapi narasi. Mereka tidak tinggal kelas. Bagi yang belum memahami pelajaran, meskipun naik kelas akan diberikan remedial," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Ramon Mahondas saat memberikan keterangan pers pada Rapat Koordinasi Persiapan Implementasi Kurikulum 2013 di Tahun 2014 dan Ujian Nasional 2014.
Ramon mengatakan, saat ini telah dilakukan pelatihan untuk guru pendamping yang turun di lapangan. Mereka, kata Ramon, telah dijelaskan baku bentuk rapor, cara menilai dan memberikan angka. Dia menyebutkan, pelatihan tahun depan mencakup 150 ribu sekolah, lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya enam ribu sekolah. "Terkait berbagai permasalahan muncul masukan itu sudah diakomodasi," katanya di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (1/12/2013).
Kepala Unit Implementasi Kurikulum Kemdikbud Tjipto Sumadi menyampaikan, penilaian menggunakan bahasa positif karena usia anak masih dalam usia emas atau golden age. Hal ini, kata dia, dilakukan untuk memotivasi anak.
Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, Dadang Sudiyarto, mengatakan, pada tahun depan tidak ada lagi ujian berstandar nasional untuk SD, tetapi diselenggarakan ujian sekolah/madrasah. Ujian ini, kata dia, mencakup SD, SDLB, Paket A, dan Ula.
Dia mengatakan, mata pelajaran yang diujikan yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan IPA untuk SD/MI dan bahasa Indonesia, matematika, IPS, dan PKN untuk SDLB. "Sebanyak 25 persen kisi-kisi soal dari pemerintah pusat dan 75 persen dari satuan pendidikan berkoordinasi dengan kabupaten/kota," katanya.
SumberKementrian
Kesimpulan:
1. Raport SD dalam bentuk narasi, bukan angka; berarti tidak ada sistem ranking di kelas dan label "anak bodoh" bagi yang tertinggal.
2. Tidak ada anak SD tinggal kelas.
3. Guru-guru masih dalam pelatihan.
4. Tidak ada Ujian Nasional.
5. Soal Ujian Sekolah 75% dibuat sekolah (lokal), 25% hanya berupa kisi-kisi dari Pusat.
Semoga menjadi langkah yang baik bagi dunia pendidikan anak-anak di Indonesia.
"Penilaian di SD tidak ada angka, tetapi narasi. Mereka tidak tinggal kelas. Bagi yang belum memahami pelajaran, meskipun naik kelas akan diberikan remedial," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Ramon Mahondas saat memberikan keterangan pers pada Rapat Koordinasi Persiapan Implementasi Kurikulum 2013 di Tahun 2014 dan Ujian Nasional 2014.
Ramon mengatakan, saat ini telah dilakukan pelatihan untuk guru pendamping yang turun di lapangan. Mereka, kata Ramon, telah dijelaskan baku bentuk rapor, cara menilai dan memberikan angka. Dia menyebutkan, pelatihan tahun depan mencakup 150 ribu sekolah, lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya enam ribu sekolah. "Terkait berbagai permasalahan muncul masukan itu sudah diakomodasi," katanya di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (1/12/2013).
Kepala Unit Implementasi Kurikulum Kemdikbud Tjipto Sumadi menyampaikan, penilaian menggunakan bahasa positif karena usia anak masih dalam usia emas atau golden age. Hal ini, kata dia, dilakukan untuk memotivasi anak.
Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, Dadang Sudiyarto, mengatakan, pada tahun depan tidak ada lagi ujian berstandar nasional untuk SD, tetapi diselenggarakan ujian sekolah/madrasah. Ujian ini, kata dia, mencakup SD, SDLB, Paket A, dan Ula.
Dia mengatakan, mata pelajaran yang diujikan yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan IPA untuk SD/MI dan bahasa Indonesia, matematika, IPS, dan PKN untuk SDLB. "Sebanyak 25 persen kisi-kisi soal dari pemerintah pusat dan 75 persen dari satuan pendidikan berkoordinasi dengan kabupaten/kota," katanya.
SumberKementrian
Kesimpulan:
1. Raport SD dalam bentuk narasi, bukan angka; berarti tidak ada sistem ranking di kelas dan label "anak bodoh" bagi yang tertinggal.
2. Tidak ada anak SD tinggal kelas.
3. Guru-guru masih dalam pelatihan.
4. Tidak ada Ujian Nasional.
5. Soal Ujian Sekolah 75% dibuat sekolah (lokal), 25% hanya berupa kisi-kisi dari Pusat.
Semoga menjadi langkah yang baik bagi dunia pendidikan anak-anak di Indonesia.
0
2.7K
44


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan