- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Demo Buruh Kok Anarkistis


TS
kemalmahendra
Demo Buruh Kok Anarkistis
Kita semua tersentak melihat apa yang terjadi di jalan Jakarta-Merak kemarin. Aksi unjuk rasa yang dilakukan buruh untuk menuntut kenaikan upah minimum provinsi berujung tindakan anarkistis. Para buruh bukan hanya memblokade jalan tol sehingga lumpuh, tetapi menyerang aparat polisi yang mengawal aksi demonstrasi.
Kalau banyak pihak menuntut dilakukan tindakan tegas kepada kelompok buruk karena mereka sudah bertindak di luar batas. Para buruh bukan hanya menebar rasa tidak aman, tetapi melakukan aksi perusakan yang tidak berdasar.
Buruh di mana pun merupakan kelompok kerja. Orientasinya otomatis seharusnya bekerja. Ketika bekerja maka yang dihasilkan pasti adalah karya. Kalau yang dihasilkan bukan karya, tetapi kerusakan, maka itu bertentangan dengan semangat bekerja yang seharusnya melekat pada kelompok buruh.
Inilah yang seharusnya menjadi kesadaran para pemimpin kelompok buruh. Mereka harus mengutamakan untuk menjaga hasil kerja mereka. Bukan malah merusak apa yang sudah susah payah mereka kerjakan selama ini.
Bahwa buruh mempunyai hak untuk menuntut perbaikan hidup, kita sama sekali tidak menentang. Kita justru mendukung agar para buruh mempunyai kehidupan yang terus membaik, sesuai dengan kemajuan ekonomi yang kita rasakan.
Namun berulangkali kita sampaikan bahwa dalam menyampaikan aspirasi itu janganlah dengan memaksakan kehendak. Harus dilakukan dengan cara negosiasi yang baik, agar tujuan yang baik itu dicapai dengan cara yang baik.
Kita harus menyadari bahwa tidak bisa kita mendapatkan semua yang kita harapkan sekaligus. Kita tidak bisa hanya sekadar mencari sesuatu yang ideal, tetapi juga harus feasible agar bisa dilaksanakan.
Pada akhirnya kita harus mau memberi dan menerima. Dalam negosiasi selalu ada yang namanya take and give. Dalam urusan pengupahan harus ada kesepakatan di antara pengusaha yang memberi kerja dengan buruh yang menjadi pekerja.
Untuk menengahi apabila terjadi sikap saling bersikukuh, kita menunjuk pihak ketiga yaitu pemerintah. Sebagai penengah, pemerintah diharapkan mencarikan jalan terbaik bagi semuanya. Ibaratnya, kita berharap agar ayam itu bisa terus bertelur agar telurnya bisa dinikmati, tanpa harus membuat ayam itu kemudian mati.
Pertemuan tiga pihak yang disebut tripartit dimaksudkan agar selalu ada jalan tengah bagi semua pihak. Sekali lagi kita semua tentu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, tetapi semua harus berpijak pada sesuatu yang memang realistis bisa kita kerjakan.
Di sinilah kita sering melihat teman-teman buruh seringkali tidak sabar. Para pimpinan serikat pekerja bukan mengajak rrekan-rekannya untuk berpikir yang realistis, tetapi justru menjadi provokator untuk memaksakan kehendak.
Seakan-akan apa yang mereka perjuangkan adalah harga mati yang harus bisa dicapai. Kalau apa yang diinginkan itu tidak bisa terpenuhi, maka cara pendekatannya diubah menjadi jalan kekerasan dan anarkistis.
Inilah yang kita sayangkan dari perjuangan para buruh sekarang ini. Sepertinya hari-hari yang dijalani penuh dengan gerakan perjuangan dan lupa akan tugas utama yaitu bekerja.
Padahal berjuang itu harus dilakukan tanpa meninggalkan kerja. Kita harus terus membesarkan kue ekonomi kita agar semakin besar kemampuan bangsa ini untuk menyejahterakan kehidupan rakyat. Tanpa kita mampu membesarkan kue ekonomi, maka yang kita perebutkan hanyalah pepesan kosong.
Kita harus menyadari bahwa dunia ini semakin terbuka. Semua negara berlomba memacu perekonomian mereka agar semakin besar kemampuan untuk menyejahterakan rakyat mereka. Hanya mereka yang paling rajin dan mau bekerja keras, merekalah yang akan menikmati keterbukaan ini.
Kita tentu tidak boleh ketinggalan. Kita harus menjadi bangsa yang maju. Untuk itu kita harus menjadi bangsa pembangun, bukan bangsa perusak. Kita harus tinggalkan sikap kita yang destruktif dan anarkistis seperti sekarang. Tidak ada yang diuntungkan dengan sikap seperti sekarang ini.
Kalau banyak pihak menuntut dilakukan tindakan tegas kepada kelompok buruk karena mereka sudah bertindak di luar batas. Para buruh bukan hanya menebar rasa tidak aman, tetapi melakukan aksi perusakan yang tidak berdasar.
Buruh di mana pun merupakan kelompok kerja. Orientasinya otomatis seharusnya bekerja. Ketika bekerja maka yang dihasilkan pasti adalah karya. Kalau yang dihasilkan bukan karya, tetapi kerusakan, maka itu bertentangan dengan semangat bekerja yang seharusnya melekat pada kelompok buruh.
Inilah yang seharusnya menjadi kesadaran para pemimpin kelompok buruh. Mereka harus mengutamakan untuk menjaga hasil kerja mereka. Bukan malah merusak apa yang sudah susah payah mereka kerjakan selama ini.
Bahwa buruh mempunyai hak untuk menuntut perbaikan hidup, kita sama sekali tidak menentang. Kita justru mendukung agar para buruh mempunyai kehidupan yang terus membaik, sesuai dengan kemajuan ekonomi yang kita rasakan.
Namun berulangkali kita sampaikan bahwa dalam menyampaikan aspirasi itu janganlah dengan memaksakan kehendak. Harus dilakukan dengan cara negosiasi yang baik, agar tujuan yang baik itu dicapai dengan cara yang baik.
Kita harus menyadari bahwa tidak bisa kita mendapatkan semua yang kita harapkan sekaligus. Kita tidak bisa hanya sekadar mencari sesuatu yang ideal, tetapi juga harus feasible agar bisa dilaksanakan.
Pada akhirnya kita harus mau memberi dan menerima. Dalam negosiasi selalu ada yang namanya take and give. Dalam urusan pengupahan harus ada kesepakatan di antara pengusaha yang memberi kerja dengan buruh yang menjadi pekerja.
Untuk menengahi apabila terjadi sikap saling bersikukuh, kita menunjuk pihak ketiga yaitu pemerintah. Sebagai penengah, pemerintah diharapkan mencarikan jalan terbaik bagi semuanya. Ibaratnya, kita berharap agar ayam itu bisa terus bertelur agar telurnya bisa dinikmati, tanpa harus membuat ayam itu kemudian mati.
Pertemuan tiga pihak yang disebut tripartit dimaksudkan agar selalu ada jalan tengah bagi semua pihak. Sekali lagi kita semua tentu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, tetapi semua harus berpijak pada sesuatu yang memang realistis bisa kita kerjakan.
Di sinilah kita sering melihat teman-teman buruh seringkali tidak sabar. Para pimpinan serikat pekerja bukan mengajak rrekan-rekannya untuk berpikir yang realistis, tetapi justru menjadi provokator untuk memaksakan kehendak.
Seakan-akan apa yang mereka perjuangkan adalah harga mati yang harus bisa dicapai. Kalau apa yang diinginkan itu tidak bisa terpenuhi, maka cara pendekatannya diubah menjadi jalan kekerasan dan anarkistis.
Inilah yang kita sayangkan dari perjuangan para buruh sekarang ini. Sepertinya hari-hari yang dijalani penuh dengan gerakan perjuangan dan lupa akan tugas utama yaitu bekerja.
Padahal berjuang itu harus dilakukan tanpa meninggalkan kerja. Kita harus terus membesarkan kue ekonomi kita agar semakin besar kemampuan bangsa ini untuk menyejahterakan kehidupan rakyat. Tanpa kita mampu membesarkan kue ekonomi, maka yang kita perebutkan hanyalah pepesan kosong.
Kita harus menyadari bahwa dunia ini semakin terbuka. Semua negara berlomba memacu perekonomian mereka agar semakin besar kemampuan untuk menyejahterakan rakyat mereka. Hanya mereka yang paling rajin dan mau bekerja keras, merekalah yang akan menikmati keterbukaan ini.
Kita tentu tidak boleh ketinggalan. Kita harus menjadi bangsa yang maju. Untuk itu kita harus menjadi bangsa pembangun, bukan bangsa perusak. Kita harus tinggalkan sikap kita yang destruktif dan anarkistis seperti sekarang. Tidak ada yang diuntungkan dengan sikap seperti sekarang ini.
0
1.8K
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan