Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

layongodAvatar border
TS
layongod
Pekerja hukum=Pembantai naga
[img][youtube]rbJw2R-dtxQ[/img]

Pendahuluan

Saya sangat bersyukur kalau selama ini saya bekerja di tempat yang sangat menghargai divisi hukumnya. Akan tetapi saya melihat rekan-rekan saya yang bekerja di bidang hukum sering kali tidak terlalu dianggap, atau dengan kata lain dihargai. Karena dianggap divisi hukum adalah bagian komplementer dari suatu perusahaan, bukan bagian yang krusial dari suatu perusahaan. Karena anggapan itulah divisi hukum sering kali dicampur dengan divisi Human Resources dan/atau General Affair dan/atau divisi perijinan, sering kali pula divisi litigasi dan divisi kontrak digabungkan menjadi satu, yang untungnya tidak dialami saya.

Lalu mengapa judul tulisan ini adalah Pekerja hukum[/youtube]

Ilmu hukum saya ibaratkan dengan ilmu membantai naga

Naga sendiri bisa diibaratkan sebagai suatu peristiwa hukum, yang berimplikasi pada pihak yang berkaitan dengannya

Istana dapat diibaratkan sebagai perusahaan

Langkah awal menjadi pembantai naga

Pekerja hukum=Pembantai naga

Makin saya mendalami ilmu hukum, makin saya menyadari keterikatan pekerjaan saya sebagai pekerja di bidang hukum dengan seorang pembantai naga. Panggilan saya untuk menjadi seorang pembantai naga, ada pada saat saya berusia masih muda, mungkin sekitar 13-14 tahun. Dimana saya mendapat panggilan itu, setelah mendengarkan berbagai berita, dan info. Bahwa ada suatu pekerjaan yang seseru ini.

Maka dimulailah petualangan saya, saya mulai mendalami ilmu membantai naga itu seiring berjalannya waktu. Ada banyak tentangan terutama dari keluarga dekat saya. “untuk apa belajar membantai naga?”. “itu sulit, terutama untuk golongan kita” “mengapa, tidak berlajar ilmu berdagang saja?” itu kata mereka. Tapi saya tak peduli dan berkata dengan mereka “bagaimana kalau saya tidak lulus? Karena saya tidak cukup mengerti apa yang diajarkan”. Yah, walaupun dengan berat hati, mereka akhirnya mendukung saya untuk belajar ilmu membantai naga.

Tak mudah pula sebetulnya belajar ilmu membantai naga, dengan begitu luasnya bahasan yang harus dipahami, namun bukan berarti itu tidak menyenangkan. Sesungguhnya pada masa pembelajaran itulah, saya merasa menjadi manusia seutuhnya, dengan kebebasan yang bertanggung jawab yang dibebankan kepada saya.

Ada banyak aspek yang harus dipahami untuk menjadi seorang pembantai naga. Salah satunya adalah bahwa kami, sebagai seorang pembantai naga, wajib bisa berbahasa naga, yang artinya harus menjadi seorang yang memahami sang naga luar dalam, dengan cara menjadi seorang yang lainnya adalah mengerti gerak-gerik sang naga, bagaimana harus bereaksi atas tindakan sang naga, dan bagaimana mengatasi sang naga. Tak lupa pula kami dibekali dengan ilmu etika, agar kami tetap punya hati. Kemudian penantian selama 4 tahun dan 6 bulan itu pun usai, saya dengan bangga dapat menyatakan diri saya adalah seseorang yang mampu membantai naga.

Hidup sebagai pembantai naga

Pekerja hukum=Pembantai naga

Kini sudah tahun ke 4 menjadi seorang pembantai naga, sering pula saya bertemu dengan pembantai naga yang lain, yang bercerita banyak hal, dari cerita teman saya yang mendapatkan suatu cerita dari temannya yang bercerita sebagai berikut:

Suatu kali, si pembantai naga ini dipanggil oleh pimpinannya, pimpinannya berkata bahwa istana tidak lagi memerlukan lagi jasa si pembantai naga, karena menurut si pimpinan tidak ada lagi naga yang terlihat dapat menyerang istana tersebut, dan tampaknya si pembantai naga tidak ada pekerjaan, hanya berjalan-jalan. Mendengar hal tersebut, si pembantai naga akhirnya memutuskan untuk hengkang dari istana tersebut, menyambut petualangan baru di hadapannya. Apa yang terjadi dengan istana tersebut? Tak seberapa lama sejak sang pembantai naga meninggalkan istana, naga dari berbagai macam jenis, ukuran, datang menyerbu istana itu. Hasilnya sudah bisa ditebak, istana tersebut roboh, luluh lantak.

Sesungguhnya pekerjaan seorang pembantai naga, adalah membantai sang naga, bahkan sebelum sang naga terlihat. Bahkan sebelum sang naga terdengar suaranya oleh pihak istana. Yang sayangnya sering kali dialami oleh kolega saya, dianggapnya mudah membantai naga yang ukurannya jauh lebih besar darinya, dengan nafas api dan mata yang membara, siap melahap si pembantai naga.

Walaupun seperti itu, sang pembantai naga mengetahui bahwa tanpa persiapan yang matang ia akan mudah dilahap oleh sang naga, karena itu ia bersenjatakan Undang-Undang dengan sisi analisa yang tajam, Ber-helm-kan ilmu hukum yang dibungkus dengan ke-Tuhan-an, dengan baju zirah undang-undang dasar dengan dasar kemanusiaan, tak lupa sepatu beralaskan keadilan, tak lupa juga sang pembantai naga membawa perisai yang terdiri dari Surat Edaran dari instansi pemerintah, Yurisprudensi, Peraturan Pemerintah dan turunannya.

Mengetahui pula, bahwa ada banyak jenis dari naga yang ada di luar sana, sang pembantai naga juga harus memilih senjata yang tepat, membawa senjata secukupya, agar nanti tidak merepotkan dirinya sendiri. Sebab resikonya adalah apabila membawa senjata yang salah, selain reputasi sang pembantai naga bisa rusak, namun juga bisa dilahap oleh sang naga, dan sangat mungkin pula, kematian akan menjemput sang pembantai naga. Memang, kehidupan seorang pembantai naga, bukanlah bagi yang berhati lemah. Beruntung bagi saya, istana tempat saya bernaung selama ini selalu melengkapi saya dengan senjata dan peralatan paling mutakhir.

Ada kisah lain sebetulnya yang mengundang kemirisan saya, sebagai salah seorang pembantai naga, dari kolega yang dilempar dengan mesin cetak, atau seperti rekan saya yang sudah puluhan tahun menjadi pembantai naga yang hasil buruan naga nya dilempar mentah-mentah ke tempat sampah, tanpa komentar, tanpa terima kasih.

Namun sesungguhnya kemirisan yang paling menyakitkan adalah yang disampaikan oleh orang-orang terdekat, yang menganggap profesi pembantai naga, adalah profesi yang bertugas untuk memanipulasi, yang penuh dengan tipu muslihat. Terkadang pula sang pembantai naga diminta untuk membantai naga oleh orang-orang terdekat mereka. Dalam jangka waktu yang tak masuk akal, semisal 1 hari harus selesai, dan setelah selesai, tanpa melihat hasilnya, tanpa mengucapkan terima kasih, tanpa memberikan apapun, bahkan tanpa melihat kondisi sang pembantai naga yang sudah berpeluh keringat dan berdarah-darah, berkata “letakkan di situ”.

Terkadang pula sang pembantai naga diminta oleh pihak-pihak tertentu untuk mencarikan naga untuk ditunggangi demi sampai ke gunung emas. Beberapa dari Kami (termasuk saya) sebagai pembantai naga professional juga menyedikan jasa untuk menjinakkan naga. Yang tentu saja spesifikasinya ditentukan klien, dari yang penting semisal ukuran sang naga, jenis sang naga, sampai yang kurang penting semisal warna sang naga.

Sering kali pula kami harus pergi bolak balik demi memenuhi pesanan klien untuk menunggang naga tersebut. Berdasarkan pengalaman saya, biasanya saya bisa bolak-balik hingga 5 kali, demi menyajikan naga yang sesuai keinginan klien saya.

Saya beruntung di istana yang saya tempati sekarang, tidak ada terlalu banyak permintaan yang aneh-aneh, semua dalam batas kewajaran. Namun saya pun menyadari bahwa kolega saya yang lain tidak seberuntung saya, yang terkadang harus menghadapi klien yang tidak kalah galaknya dari naga yang ia hadapi, yang dengan kata-kata pedas dan membara, mencaci maki si pembantai naga, serta tak menghargai si pembantai naga sebagai seorang manusia.

Penghargaan

Pekerja hukum=Pembantai naga

Saya menyadari bahwa menjadi seorang pembantai naga adalah suatu panggilan. Ia adalah sebagai officium nobile, suatu profesi yang dimuliakan. Sama seperti dokter yang sama-sama officium nobile. Saya jadi tergelitik apa yang terjadi kalau misalnya seluruh pembantai naga mogok kerja, seperti yang dilakukan para dokter beberapa waktu lalu, sangat mungkin efek yang timbul bisa jauh lebih massif, dan merusak. Sangat mungkin kerusuhan akan terjadi, bumi gonjang-ganjing, kekacauan global akan terjadi. Karena itu kami sebagai pembantai naga, sebagai panggilannya untuk melayani masyarakat, Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sayangnya sering kali, kami sang pembantai naga tidak diberikan penghargaan yang cukup, bahkan oleh orang-orang terdekat kami. Saya cukup beruntung bahwa istana tempat saya bernaung, memberikan penghargaan yang lebih dari cukup. Akan tetapi saya melihat bahwa penghargaan yang sama tidak diterima oleh banyak rekan sekolega saya, terutama dari orang-orang terdekat mereka, terima kasih pun tidak.
Menarik untuk disimak adalah bagaimana perlakukan orang-orang terdekat memperlakukan para pembantai naga. Karena kami pembantai naga, kami dianggap wajib untuk membantai/menyediakan naga yang sesuai kemauan orang-orang terdekat kami, dengan waktu yang semaunya mereka, tanpa menyadari bahwa ada resiko di balik itu semua, sambil melupakan ucapan terima kasih.

Menarik pula untuk disimak, perlakukan orang lain yang tidak kami kenal, setelah kami usai memberikan jasa kepada mereka. Orang-orang tersebut sering kali menghaturkan rasa terima kasih beribu-ribu kali lipat lebih tulus dari orang terdekat kami (yang beranggapan, bahwa karena kami adalah pembantai naga, kami WAJIB mengikuti mau mereka, apabila hal tersebut menyangkut dunia Per-naga-an).

Pernah saya dan beberapa rekan kerja saya, menerima nasi bungkus sebagai ucapan terima kasih, dari seorang klien yang kami tolong. Tak banyak hanya nasi bungkus, dan tak ada janji apa-apa dari sang klien yang memang tak berpunya apapun. Pernah pula rekan saya yang lebih senior di bayar hanya dengan singkong. Singkong beberapa kilo dari kebunnya sendiri. Pernah pula, saya bersama beberapa rekan saya, menangani naga yang ukurannya luar biasa massif, hingga menjadi berita nasional selama 5 hari berturut-turut, kami melakukannya tanpa bayaran sepeser pun, bahkan sampai mengeluarkan biaya sendiri, kami hanya dibayar dengan ucapan terima kasih. Adapun mengenai naga yang lain, kami dihujani ucapan terima kasih yang beribu-ribu kali lipat. Yang sayangnya ucapan terima kasih tersebut seringkali dilupakan oleh orang-orang terdekat kami, sudah itu disangka tukang manipulasi pula kami ini.

Harapan dan doa

Pekerja hukum=Pembantai naga

Doa saya bagi segenap pembantai naga adalah agar kami semua diberi penghargaan lebih lagi dari sekarang. Seperti yang dialami oleh para pembantai naga di belahan dunia lain.

Harapan saya adalah agar masyarakat di Negara ini, lebih mampu lagi menghargai profesi pembantai naga, tidak menghujatnya, namun menempatkannya sebagai pelindung yang tak terlihat, membantai sang naga, bahkan sebelum sang naga terlihat

Terima Kasih

Pekerja hukum=Pembantai naga

Terima Kasih untuk segenap guru dan mahaguru serta segenap pembantai naga, yang sudah mendidik dan menempa saya, hingga saya bisa berada di titik ini.

Janji

Saya berjanji akan menjadi pembantai naga, yang lebih professional lagi, namun masih tetap punya hati, menolong yang lemah, dan dengan keberanian Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa membantu yang memerlukan[/youtube]
Diubah oleh layongod 04-12-2013 07:11
0
1.7K
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan