- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
{Ditipu Anteknya Gunajaya Malik} Keluh Kesah Warga Ria Rio Setelah Ditertibkan Jokowi
TS
soipon
{Ditipu Anteknya Gunajaya Malik} Keluh Kesah Warga Ria Rio Setelah Ditertibkan Jokowi
Keluh kesah warga Ria Rio setelah ditertibkan Jokowi
Reporter : Muhamad Agil Aliansyah, Mustiana Lestari | Selasa, 3 Desember 2013 09:30
Merdeka.com - Tahap dua relokasi pemukiman ilegal di bantaran Waduk Ria Rio, Pulomas, Jakarta Timur, berlangsung lancar pada Sabtu, 30 November lalu. Pembongkaran yang dilakukan sejak pukul 06.00 WIB itu berlangsung kondusif.
Warga yang sempat melawan memilih diam. Sambil menahan haru, mereka terus mengemasi barang-barangnya.
Sore sebelum matahari terbenam, puluhan alat berat yang disediakan tuntas meratakan rumah semi permanen yang dibangun di atas tanah negara. Penjagaan dari ribuan personel gabungan berhasil meredam emosi warga.
Dua ratusan kepala keluarga (KK) sudah hengkang dari bantaran waduk. Tapi ada juga beberapa orang yang masih membandel.
Banyak cerita yang tersisa di balik penertiban warga bantaran waduk Ria Rio. Berikut keluh kesah warga yang dirangkum merdeka.com:
1. Uang kerahiman ditilep Pak RW
Merdeka.com - Nurul, sudah puluhan tahun tinggal di bantaran Waduk Ria Rio. Dia pun pasrah saat rumahnya diratakan dengan tanah.
Tapi bukan itu lagi yang membuatnya kesal. Sebab uang kerahiman yang dijanjikan Rp 1 juta, hanya diberi Rp 800 ribu.
"Waktu kita pindah ini dibekali Rp 1 juta. Trus nanti pas di rusun dikasih lagi Rp 3 juta. Tapi nyatanya, yang sejuta cuma dikasih Rp 800 ribu. Sisanya dibawa sama si RW, Haji Gofur," keluh nurul.
"Sekarang tu orang kabur, nggak tahu ke mana," tambahnya.
Mereka sudah melaporkan kasus ini ke camat setempat dan sedang dicari keberadaan Gofur.
"Nanti bagi warga yang relokasi dan belum dapat rumah juga uang kerahiman akan didata lagi," jelas camat setempat, Teguh.
2. Diimingi Rp 800 ribu agar tak mau direlokasi
Merdeka.com - Hana hanya satu dari puluhan warga Waduk Ria Rio yang memilih bertahan dan tak mau direlokasi Rusunawa Pinus Elok, Pulogebang. Tapi kini dia menyesal, ingin segera dipindah juga.
Hana sempat menolak pindah karena ada seseorang yang mengaku memiliki lahan Waduk Ria Rio ini memintanya bertahan dengan jaminan uang Rp 800 ribu. Uang tersebut sebagai upah untuk menunggu lahan itu per satu kepala keluarga (KK).
"Waktu itu kita dikasih uang Rp 800 ribu per satu KK, katanya uang untuk tungguin lahan ini, terus kita juga akan diusir kalau ikutan pindah ke rusun. Kalau tahu gini jadinya, dari awal kita ikutan pindah ke rusun," ujar Hana.
Tapi nyatanya, uang itu tak menjamin rumah mereka akan aman. Kini dia berharap Pemprov DKI merelokasinya ke Rusunawa Pinus Elok.
"Maunya cepet pindah ke rusun, dapat uang kompensasi sama seperti yang lain, jangan dibedain, kan kami sama satu RW. Di sini bocor kalau hujan, sempit," paparnya.
3. Rumah rata dengan tanah, warga gantian tidur di tenda
Merdeka.com - Setelah rumahnya diratakan, Hana kebingungan. Uang Rp 800 yang diberikan nyatanya tak cukup untuk biaya hidup yang akan datang.
Kini Hana dan beberapa warga lainnya hidup ditenda dengan luas hanya sekitar 3x5 meter.
Merasa kehidupannya kini tak layak, warga nyesal menolak direlokasi yang ditawarkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
"Jumlah di sini 21 orang," cerita Hana.
Karena ukuran tenda terbatas, mereka harus tidur bergantian.? "Tidurnya gantian, kalau yang perempuan tidur yang laki-laki enggak tidur," tambahnya.
4. Jual puing rumah yang direbohkan demi sambung hidup
Merdeka.com - Penyesalan juga dirasakan Suhandi (50), warga RW 15 Pedongkelan, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Dia juga jadi korban penipuan seorang yang pemilik tanah di Waduk Ria Rio.
Dia pun diminta bertahan dengan diimingi uang. Tapi alat berat yang didatangkan pemerintah nyatanya tetap meratakan rumahnya dengan tanah.
"Saya nyewa ke Adam Malik dari tahun 1976. Dibilangnya jangan dulu pindah sebelum ada instruksi, tapi ternyata ditertibkan juga," cerita Suhandi.
Demi menyambung hidup keluarganya, Suhandi menjual puing yang diperolehnya dari sisa gusuran. Uang hasil penjualannya digunakan untuk keperluan sehari-hari.
"Ini lagi nyari yang beli. Uangnya buat makan sama bayar kontrakan," tutur dia.
Harapannya kini sama seperti Hana, ingin direlokasi ke Rusun Elok Cakung. Dia pun menyesal menolak mentah-mentah instruksi Jokowi untuk dipindahkan.
"Saya mau ke Kecamatan (Pulo Gadung). Sekarang pengennya pindah ke rusun," katanya.
Source
Perlu diketahui, ketua RW Abdul Gofur yang sudah kabur membawa uang kerohiman itu adalah ketua FBR di waduk Ria Rio dan salah satu antek dari Gunajaya Malik (cucu Adam Malik dan pemilik Yayasan Adam Malik).

Selengkapnya di thread ane: {Warga yg Pro Yayasan Adam Malik} Warga Waduk Ria Rio Kerahkan Ormas FBR untuk Siaga
Sayangnya ane tidak menemukan foto Abdul Gofur ketua FBR yang kabur membawa lari uang kerohiman tersebut. Kalau ada kaskuser yang punya fotonya, mohon di-share kemari.

Reporter : Muhamad Agil Aliansyah, Mustiana Lestari | Selasa, 3 Desember 2013 09:30
Merdeka.com - Tahap dua relokasi pemukiman ilegal di bantaran Waduk Ria Rio, Pulomas, Jakarta Timur, berlangsung lancar pada Sabtu, 30 November lalu. Pembongkaran yang dilakukan sejak pukul 06.00 WIB itu berlangsung kondusif.
Warga yang sempat melawan memilih diam. Sambil menahan haru, mereka terus mengemasi barang-barangnya.
Sore sebelum matahari terbenam, puluhan alat berat yang disediakan tuntas meratakan rumah semi permanen yang dibangun di atas tanah negara. Penjagaan dari ribuan personel gabungan berhasil meredam emosi warga.
Dua ratusan kepala keluarga (KK) sudah hengkang dari bantaran waduk. Tapi ada juga beberapa orang yang masih membandel.
Banyak cerita yang tersisa di balik penertiban warga bantaran waduk Ria Rio. Berikut keluh kesah warga yang dirangkum merdeka.com:
1. Uang kerahiman ditilep Pak RW
Merdeka.com - Nurul, sudah puluhan tahun tinggal di bantaran Waduk Ria Rio. Dia pun pasrah saat rumahnya diratakan dengan tanah.
Tapi bukan itu lagi yang membuatnya kesal. Sebab uang kerahiman yang dijanjikan Rp 1 juta, hanya diberi Rp 800 ribu.
"Waktu kita pindah ini dibekali Rp 1 juta. Trus nanti pas di rusun dikasih lagi Rp 3 juta. Tapi nyatanya, yang sejuta cuma dikasih Rp 800 ribu. Sisanya dibawa sama si RW, Haji Gofur," keluh nurul.
"Sekarang tu orang kabur, nggak tahu ke mana," tambahnya.
Mereka sudah melaporkan kasus ini ke camat setempat dan sedang dicari keberadaan Gofur.
"Nanti bagi warga yang relokasi dan belum dapat rumah juga uang kerahiman akan didata lagi," jelas camat setempat, Teguh.
2. Diimingi Rp 800 ribu agar tak mau direlokasi
Merdeka.com - Hana hanya satu dari puluhan warga Waduk Ria Rio yang memilih bertahan dan tak mau direlokasi Rusunawa Pinus Elok, Pulogebang. Tapi kini dia menyesal, ingin segera dipindah juga.
Hana sempat menolak pindah karena ada seseorang yang mengaku memiliki lahan Waduk Ria Rio ini memintanya bertahan dengan jaminan uang Rp 800 ribu. Uang tersebut sebagai upah untuk menunggu lahan itu per satu kepala keluarga (KK).
"Waktu itu kita dikasih uang Rp 800 ribu per satu KK, katanya uang untuk tungguin lahan ini, terus kita juga akan diusir kalau ikutan pindah ke rusun. Kalau tahu gini jadinya, dari awal kita ikutan pindah ke rusun," ujar Hana.
Tapi nyatanya, uang itu tak menjamin rumah mereka akan aman. Kini dia berharap Pemprov DKI merelokasinya ke Rusunawa Pinus Elok.
"Maunya cepet pindah ke rusun, dapat uang kompensasi sama seperti yang lain, jangan dibedain, kan kami sama satu RW. Di sini bocor kalau hujan, sempit," paparnya.
3. Rumah rata dengan tanah, warga gantian tidur di tenda
Merdeka.com - Setelah rumahnya diratakan, Hana kebingungan. Uang Rp 800 yang diberikan nyatanya tak cukup untuk biaya hidup yang akan datang.
Kini Hana dan beberapa warga lainnya hidup ditenda dengan luas hanya sekitar 3x5 meter.
Merasa kehidupannya kini tak layak, warga nyesal menolak direlokasi yang ditawarkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
"Jumlah di sini 21 orang," cerita Hana.
Karena ukuran tenda terbatas, mereka harus tidur bergantian.? "Tidurnya gantian, kalau yang perempuan tidur yang laki-laki enggak tidur," tambahnya.
4. Jual puing rumah yang direbohkan demi sambung hidup
Merdeka.com - Penyesalan juga dirasakan Suhandi (50), warga RW 15 Pedongkelan, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Dia juga jadi korban penipuan seorang yang pemilik tanah di Waduk Ria Rio.
Dia pun diminta bertahan dengan diimingi uang. Tapi alat berat yang didatangkan pemerintah nyatanya tetap meratakan rumahnya dengan tanah.
"Saya nyewa ke Adam Malik dari tahun 1976. Dibilangnya jangan dulu pindah sebelum ada instruksi, tapi ternyata ditertibkan juga," cerita Suhandi.
Demi menyambung hidup keluarganya, Suhandi menjual puing yang diperolehnya dari sisa gusuran. Uang hasil penjualannya digunakan untuk keperluan sehari-hari.
"Ini lagi nyari yang beli. Uangnya buat makan sama bayar kontrakan," tutur dia.
Harapannya kini sama seperti Hana, ingin direlokasi ke Rusun Elok Cakung. Dia pun menyesal menolak mentah-mentah instruksi Jokowi untuk dipindahkan.
"Saya mau ke Kecamatan (Pulo Gadung). Sekarang pengennya pindah ke rusun," katanya.
Source
Perlu diketahui, ketua RW Abdul Gofur yang sudah kabur membawa uang kerohiman itu adalah ketua FBR di waduk Ria Rio dan salah satu antek dari Gunajaya Malik (cucu Adam Malik dan pemilik Yayasan Adam Malik).

Quote:
Selengkapnya di thread ane: {Warga yg Pro Yayasan Adam Malik} Warga Waduk Ria Rio Kerahkan Ormas FBR untuk Siaga
Sayangnya ane tidak menemukan foto Abdul Gofur ketua FBR yang kabur membawa lari uang kerohiman tersebut. Kalau ada kaskuser yang punya fotonya, mohon di-share kemari.

Diubah oleh soipon 04-12-2013 09:50
0
5.2K
42
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan
