Minggu, 01 Desember 2013 | 00:30 WIB
Quote:
TEMPO.CO, Surabaya - Banyak cerita menarik dipaparkan pelatih tim nasional U-19 Indra Sjafri saat mengisi kuliah Tjokroaminoto untuk Kebangsaan dan Demokrasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Sabtu sore, 30 November 2013. Salah satunya adalah banyaknya pemain titipan yang dipaksakan masuk timnas walaupun tidak memadai.
Pada awal masa seleksi, kata dia, hampir seratusan pemain ikut. Kebanyakan berasal dari wilayah Jabodetabek. Namun Indra bersikap tegas, mencoret semua pemain itu karena dinilai tidak layak. “Hanya satu yang layak, M. Hargianto,” ujar dia.
Tak puas, Indra lalu berkeliling mencari pemain ke pelosok Nusantara. Caranya ialah dengan melibatkan pemerintah daerah mencari bibit-bibit pemain berkualitas. “Dari blusukan itu saya dapat 101 pemain. Diseleksi tinggal menjadi 35 dan dikerucutkan lagi 23 terbaik. Mereka itulah yang kemarin juara Piala AFF dan mengalahkan Korea Selatan di penyisihan grup Piala Asia,” kata Indra.
Model rekrutmen pemain yang diambil dari seluruh penjuru nusantara ini, kata Indra, terbukti sukses. Tak hanya sukses dalam soal prestasi, namun juga bak mewakili wajah Indonesia. Indra mengaku ditelepon oleh Bupati Pulau Alor karena ada pemain asal daerah itu, Yabes Roni Malaifani, yang lolos seleksi. “Bupatinya telepon saya, katanya baru kali ini dia merasa memiliki Indonesia,” kata Indra.
Namun Indra dikritik oleh sebuah media nasional bahwa telah bertindak pilih kasih karena mencoret anak bekas striker timnas yang juga ikut seleksi. Indra lalu mengajak eks bintang timnas itu bertemu empat mata sambil makan siang. “Saya bilang ke dia, dari sembilan striker yang saya seleksi, anak Anda di urutan buncit,” ujar Indra.
Karena orang tua pemain itu tetap belum bisa menerima, Indra mengatakan bahwa bisa saja dia mengatrol posisi anak tersebut dari yang semula di nomor sembilan ke nomor satu. Namun setelah itu Indra akan membikin konferensi pers. Indra lalu menyarankan agar pemain itu menjadi atlet lari saja, karena memiliki kelebihan berupa kecepatan. “Namun ayahnya tersinggung, ia langsung pergi dan tak jadi makan,” kata Indra.
Menurut Indra, seleksi pemain yang ia lakukan memiliki standar yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Standar yang ditetapkan Indra meliputi skill, intelegensia, mental, fisik, emosi, dan lain-lain. “Mengapa saya memilih Evan Dimas menjadi kapten dan selalu menurunkan dia full time, semuanya bisa saya jelaskan secara transparan,” kata Indra.
Kira-kira siapa ya, mantan bintang timans itu?

salut nih, pelatih yg ga takut dg tekanan
