- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menunggu Kehadiran Generasi Inovatif


TS
kemalmahendra
Menunggu Kehadiran Generasi Inovatif
Perempuan muda itu namanya Ahira. Bisnis yang dikembangkannya adalah online trading. Barang yang diperdagangkan perempuan asal Bandung ini mulai dari benang sampai kapal tanker. Pasarnya bukan hanya sekadar di dalam negeri, tetapi di seluruh dunia.
Begitu piawainya Ahira menjalankan online trading, namanya mendunia. Ia diundang ke banyak negara untuk berbagi pengalaman tentang bisnis yang dijalankannya. Terakhir ia diminta bicara di depan eksekutif perusahaan elektronika terbesar di dunia, Samsung di Seoul, Korea Selatan.
Ahira mengatakan bahwa untuk orang Indonesia, ia rela untuk membagi ilmunya secara gratis. Tetapi jika ia diminta untuk berbicara di perusahaan dunia, Ahira hanya mau kalau dibayar 5.000 dollar AS per kepala audiens yang mendengarkan ceramahnya.
Ahira merupakan sosok anak muda Indonesia yang kreatif dan juga inovatif. Ia merupakan wakil generasi muda yang tidak hanya berorientasi ke dalam, tetapi juga ke luar. Dengan keahliannya, Ahira mengharumkan nama Indonesia.
Kita percaya bahwa banyak anak Indonesia yang seperti Ahira. Mereka tidak hanya bergerak di bidang teknologi informasi, tetapi banyak anak muda Indonesia yang berkarya di bidang yang lain dan karyanya itu diakui dunia.
Tentu kita berharap lahir lebih banyak generasi yang inovatif seperti Ahira. Hanya dengan itulah, maka Indonesia akan bisa menatap masa depan yang lebih baik. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi merupakan peluang untuk meraih kesuksesan.
Sayangnya, cerita seperti itu masih bersifat individual. Jumlah generasi inovatif yang kita miliki masih terbatas. Kita belum mencapai critical mass yang membuat roda kemajuan bisa bergerak lebih cepat lagi.
Persoalannya terletak pada pendidikan yang kita lakukan. Kita terlambat untuk menyiapkan manusia-manusia berkualitas yang diperlukan untuk membentuk masyarakat berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based society) dan akhirnya mendorong ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based economy).
Kondisi ini ditangkap oleh para ahli kita. Dalam sarasehan kebangsaan yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Prof Emil Salim mengingatkan kekurangan kita dalam membangun manusia berkualitas. Akibatnya, sumber daya alam yang dimiliki hanya sekadar dieksploitasi tanpa mampu memberikan nilai tambah.
Tidak usah heran apabila pembangunan yang kita kembangkan tidak mampu memberikan pemerataan. Tingkat kemiskinan yang tinggi hidup di tengah kelompok kecil masyarakat yang hidup berkelebihan. Bahkan yang lebih memprihatinkan, pembangunan yang dilakukan merusak ekologi.
Ke depan kita harus memperbaiki semua kekurangan itu. Pembangunan yang kita lakukan harus bertumpu kepada triple track yakni mengembangkan sumber daya alam yang memberikan nilai tambah, memiliki dimensi sosial yang mampu mengurangi kemiskinan, dan tetap memperhatikan masalah lingkungan.
Prasyarat untuk bisa melakukan itu adalah dengan meningkatkan kapasitas manusia Indonesia. Tanpa ada kompetensi yang dimiliki, maka kita tidak pernah akan mampu memanfaatkan potensi besar yang kita miliki bagi penciptaan kesejahteraan umum.
Kita harus mau memberikan perhatian khusus pada persoalan ini. Peningkatan kualitas manusia Indonesia tidak cukup hanya sekadar diomongkan, tetapi membutuhkan tindakan yang sungguh-sungguh kita lakukan.
Bahkan itu harus dilakukan kepada seluruh warga bangsa ini agar tidak ada yang tertinggal. Orientasi yang perlu kita kembangkan ke depan bukan hanya sekadar membangun ekonomi, tetapi membangun bangsa. Dan itu artinya harus kita lakukan dari Sabang sampai Merauke.
Sungguh menyenangkan apabila kita memiliki banyak Ahira-Ahira di Indonesia. Ia merupakan pribadi yang inovatif dan melihat dunia sebagai peluang untuk meraih kemajuan. Ke sanalah kita harus menuju untuk membangun Indonesia. Kita sungguh menantikan hadirnya generasi muda Indonesia yang inovatif dan tidak sekadar terjebak kepada kepada orientasi meraih kekayaan melalui jalan pintas.
Begitu piawainya Ahira menjalankan online trading, namanya mendunia. Ia diundang ke banyak negara untuk berbagi pengalaman tentang bisnis yang dijalankannya. Terakhir ia diminta bicara di depan eksekutif perusahaan elektronika terbesar di dunia, Samsung di Seoul, Korea Selatan.
Ahira mengatakan bahwa untuk orang Indonesia, ia rela untuk membagi ilmunya secara gratis. Tetapi jika ia diminta untuk berbicara di perusahaan dunia, Ahira hanya mau kalau dibayar 5.000 dollar AS per kepala audiens yang mendengarkan ceramahnya.
Ahira merupakan sosok anak muda Indonesia yang kreatif dan juga inovatif. Ia merupakan wakil generasi muda yang tidak hanya berorientasi ke dalam, tetapi juga ke luar. Dengan keahliannya, Ahira mengharumkan nama Indonesia.
Kita percaya bahwa banyak anak Indonesia yang seperti Ahira. Mereka tidak hanya bergerak di bidang teknologi informasi, tetapi banyak anak muda Indonesia yang berkarya di bidang yang lain dan karyanya itu diakui dunia.
Tentu kita berharap lahir lebih banyak generasi yang inovatif seperti Ahira. Hanya dengan itulah, maka Indonesia akan bisa menatap masa depan yang lebih baik. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi merupakan peluang untuk meraih kesuksesan.
Sayangnya, cerita seperti itu masih bersifat individual. Jumlah generasi inovatif yang kita miliki masih terbatas. Kita belum mencapai critical mass yang membuat roda kemajuan bisa bergerak lebih cepat lagi.
Persoalannya terletak pada pendidikan yang kita lakukan. Kita terlambat untuk menyiapkan manusia-manusia berkualitas yang diperlukan untuk membentuk masyarakat berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based society) dan akhirnya mendorong ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based economy).
Kondisi ini ditangkap oleh para ahli kita. Dalam sarasehan kebangsaan yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Prof Emil Salim mengingatkan kekurangan kita dalam membangun manusia berkualitas. Akibatnya, sumber daya alam yang dimiliki hanya sekadar dieksploitasi tanpa mampu memberikan nilai tambah.
Tidak usah heran apabila pembangunan yang kita kembangkan tidak mampu memberikan pemerataan. Tingkat kemiskinan yang tinggi hidup di tengah kelompok kecil masyarakat yang hidup berkelebihan. Bahkan yang lebih memprihatinkan, pembangunan yang dilakukan merusak ekologi.
Ke depan kita harus memperbaiki semua kekurangan itu. Pembangunan yang kita lakukan harus bertumpu kepada triple track yakni mengembangkan sumber daya alam yang memberikan nilai tambah, memiliki dimensi sosial yang mampu mengurangi kemiskinan, dan tetap memperhatikan masalah lingkungan.
Prasyarat untuk bisa melakukan itu adalah dengan meningkatkan kapasitas manusia Indonesia. Tanpa ada kompetensi yang dimiliki, maka kita tidak pernah akan mampu memanfaatkan potensi besar yang kita miliki bagi penciptaan kesejahteraan umum.
Kita harus mau memberikan perhatian khusus pada persoalan ini. Peningkatan kualitas manusia Indonesia tidak cukup hanya sekadar diomongkan, tetapi membutuhkan tindakan yang sungguh-sungguh kita lakukan.
Bahkan itu harus dilakukan kepada seluruh warga bangsa ini agar tidak ada yang tertinggal. Orientasi yang perlu kita kembangkan ke depan bukan hanya sekadar membangun ekonomi, tetapi membangun bangsa. Dan itu artinya harus kita lakukan dari Sabang sampai Merauke.
Sungguh menyenangkan apabila kita memiliki banyak Ahira-Ahira di Indonesia. Ia merupakan pribadi yang inovatif dan melihat dunia sebagai peluang untuk meraih kemajuan. Ke sanalah kita harus menuju untuk membangun Indonesia. Kita sungguh menantikan hadirnya generasi muda Indonesia yang inovatif dan tidak sekadar terjebak kepada kepada orientasi meraih kekayaan melalui jalan pintas.
0
1.8K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan