Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dirjooAvatar border
TS
dirjoo
TATKALA RAFFLES MENJARAH KERATON YOGYAKARTA
Sumber :http://whatanews.net/tatkala-raffles-menjarah-keraton-yogyakarta/



Pendiri Singapura itu dipuja sebagai pahlawan, perwira tangguh, pecinta eksotisme timur—namun sedikit yang tahu bahwa dia juga penjarah.

Semua perempuan yang berada di hunian dalam keraton tetap dihormati, dan kepemilikan harta mereka turut dilindungi. Dalam kesempatan seperti ini diperlukan disiplin yang sangat tegas bahwa tak satu pun orang dianiaya ataupun kebiadaban berlangsung.”

Pernyataan tadi ditulis oleh Kapten William Thorn, seorang perwira Kerajaan Inggris, dalam Memoirs of The Conquest of Java yang terbit tiga tahun setelah penaklukan Yogyakarta. Thorn terlibat dalam pertempuran 19-20 Juni 1812. Tampaknya, ada yang luput dari perhatian Thorn tentang peristiwa menyerahnya Sultan.

Sabtu pagi yang penuh kekalutan. Pertempuran antara serdadu Kerajaan Inggris dan laskar Keraton Yogyakarta masih berlanjut, tetapi dengan skala yang mengecil. Semua kubu pertahanan Sultan Hamengkubuwono II sudah dikuasai serdadu-serdadu sipahiIndia.

Keraton sudah sangat terdesak, serdadu-serdadu berseragam merah khas Kerajaan Inggris telah menyeruak ke dalam keraton.

Peter Brian Ramsay Carey dalam Kuasa Ramalan yang terbit pada 2011 mengungkapkan suasana jatuhnya Keraton Yogyakarta lewat pemerian Babad Bedhah ing Ngayogyakarta. Dia merupakan Profesor Emeritus di Trinity College, Oxford, Inggris, dan kini dia juga menjabat sebagai Adjunct Professor di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Babad itu ditulis Pangeran Panular, salah satu putra Sultan. Saat pagi menjelang, Sultan dan keluarganya berbusana serba putih, bahkan kursi-kursi pun dibalut kain putih. Sultan telah memerintahkan semua kepala laskar prajurit keraton untuk meletakkan senjata dan mengibarkan bendera putih. Sebelum pukul sembilan, Sultan sudah menjadi tawanan.

Dalam tawanan itu termasuk sekitar 300 laskar perempuan pengawal Sultan. Mereka adalah para perempuan yang dididik untuk berperilaku lembah lembut dan bertindak tegas secara militer. Mereka mahir menggunakan senapan dan menunggang kuda.

Babad tersebut juga mengisahkan betapa terhinanya Sultan saat itu. Mereka merelakan segala senjata dilucuti oleh serdadu Inggris dan sipahi, kemudian diarak dengan pengawalan menuju Wisma Residen yang berlokasi di barat Benteng Vredeburg.

Menurut Carey, Sultan menyerahkan keris, pedang, dan..... baca selengkapnya
0
1.5K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan