Para biker yang terlihat garang ini rupanya memiliki sifat yang lembut: ingin melindungi anak-anak korban pelecehan. Kapanpun dan dimanapun, selama dapat membuat anak-anak merasa nyaman, para “bodyguard” berjaket kulit ini akan melindungi dan membela mereka dari rasa takut dan dari orang-orang yang mengancam keamananan mereka.

Anak perempuan yang terlihat beberapa kali menggigiti bibirnya ini pernah mengalami pelecehan seksual oleh anggota keluarganya, seseorang yang semestinya bisa dia percaya, demikian laporan kepolisian setempat. Pelaku sudah dipindahkan ke negara bagian lain, namun proses pengadilan sangat berjalan lamban, sehingga pelaku belum juga dipenjarakan. Pelaku masih sering meneror bocah perempuan ini di malam hari, walau dari jarak jauh. Di pagi hari, sang bocah selalu terbangun dengan jantung berdebar. Mimpi buruknya terbayang kembali. Dia tidak pernah merasa aman walau orangtuanya berada di dekatnya. Namun kini ia dapat merasa aman kembali setelah sejumlah anggota geng motor membantunya.



Mereka adalah anggota klub Bikers Against Child Abuse International (BACA) cabang Arizona, Amerika Serikat. Di bagian belakang rompi kulit dan T-shirt mereka tertulis motto klub ini, “Tidak ada anak yang berhak hidup dalam rasa takut”.

Rembrandt, 54 tahun, salah seorang anggota BACA, percaya bahwa imej anggota geng motor yang garang dan sangar membantu mereka menjadi sosok pelindung yang baik bagi anak-anak. Jika pelaku mulai meneror korbannya kembali, para anggota BACA akan setia menjaga korban semalaman. Jika korban dipanggil ke pengadilan untuk bersaksi, mereka juga akan hadir untuk mendampingi dan duduk di barisan terdepan.
“Imej biker-lah yang membuat aksi kami berjalan dengan baik,” ujar Rembrandt. “Tentu hasilnya tidak akan sama kalau pemain golf yang membuat aksi seperti ini. Kemeja pink dan sepatu golf tidak akan membuat para pelaku ketakutan.”



Pipes, 54 tahun, memberikan hadiah jaket dengan emblem logo klub motor di bagian belakangnya kepada bocah korban pelaku pelecehan itu. Jika para anggota BACA mengenakan jaket kulit, jaket yang dihadiahkan kepada sang korban terbuat dari bahan denim. Selain emblem logo dan motto klub, di jaket itu juga terpasang emblem bertuliskan Rhythm, nama julukan bagi sang gadis yang senang menari dan bermain musik.

Seluruh anggota BACA yang tergabung dalam aksi ini menjalankan misinya secara sukarela selama 5, 10, hingga lebih dari 20 jam dalam seminggu. Tidak ada gaji atau uang reimburse untuk bensin. Mereka juga harus lebih tangguh, tidak hanya untuk melindungi para korban, tapi juga dalam menghadapi kasus-kasus yang dihadapi para korban. Beberapa di antaranya ialah bocah 8 tahun yang dipukuli oleh ibu kandungnya, anak 6 tahun yang dirudapaksa kekasih ibu kandungnya, hingga bocah 10 tahun yang mengalami tindak pemerkosaan.




Para biker yang ingin tergabung dalam klub BACA juga tidak sembarangan. Sebelum menjalankan aksi ini, para anggota BACA dilatih oleh tim psikolog professional untuk dapat menghadapi para korban. Mereka juga didata latar belakangnya untuk meneliti apakah mereka pernah melakukan tindak kriminal. Mereka tidak boleh masuk dalam BACA jika pernah melakukan tindak kriminal yang berkaitan dengan anak-anak dan kekerasan domestik. Dalam menjalankan aksinya, mereka tidak boleh mengunjungi para korban seorang diri, minimal ada dua anggota BACA dalam setiap kunjungan.

“Untuk orang dewasa saja, pergi ke pengadilan itu sangat menyeramkan. Kami tidak ingin membiarkan anak-anak yang terluka secara psikis ini pergi seorang diri,” ujar Pipes.