- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Sejarah] Nazi Punya jasa dalam Penyusunan Teks Proklamasi!!


TS
bubs
[Sejarah] Nazi Punya jasa dalam Penyusunan Teks Proklamasi!!
![[Sejarah] Nazi Punya jasa dalam Penyusunan Teks Proklamasi!!](https://s.kaskus.id/images/2013/07/28/5561331_20130728122939.png)
![[Sejarah] Nazi Punya jasa dalam Penyusunan Teks Proklamasi!!](https://s.kaskus.id/images/2013/06/13/5561331_20130613020853.gif)


![[Sejarah] Nazi Punya jasa dalam Penyusunan Teks Proklamasi!!](https://s.kaskus.id/images/2013/07/28/5561331_20130728122956.png)
![[Sejarah] Nazi Punya jasa dalam Penyusunan Teks Proklamasi!!](https://dl.kaskus.id/s21.postimg.org/7286rjdvr/nazi_punya_jasa_dalam_penyusunan_teks_proklamasi.jpg)
Quote:
Original Posted By >
Proklamasi Kemerdekaan adalah momen paling bersejarah berdirinya Bangsa Indonesia. Banyak kisah menarik yang terjadi saat penyusunan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda.
Salah satu fakta yang mungkin tidak terduga ialah jasa Nazi Jerman dalam pembuatan teks proklamasi.Walaupun tidak banyak, namun bantuan Nazi saat itu sangatlah penting untuk kemerdekaan Indonesia. Apa peranan yang mereka lakukan untuk bangsa ini terhadap jalannya Proklamasi Kemerdekaan?
Kisah nyata ini berawal pada malam tanggal 16 Agustus 1945, saat sebuah draft proklamasi sudah dibuat oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Seperti yang diketahui, pembuatan teks proklamasi tersebut dilakukan di rumah Laksamana Maeda, di Jl. Miyako-Doori 1,Jakarta. (sekarang Jl. Imam Bonjol No. 1,Menteng, Jakarta Pusat).
Namun, masalah yang tak terduga pun datang.Mesin ketik di rumah Maeda ternyata memakai huruf kanji. Untungnya, salah seorang ajudannya, Satsuki Mishima, mengetahui di mana bisa mendapatkan mesin ketik tengah malam itu.
Dia langsung pergi menggunakan mobil Jip kepunyaan Maeda untuk meminjam mesin ketik kepunyaan kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) di Indonesia.
Mesin ketik itu merupakan salah satu benda bersejarah di Indonesia. Namun, ketika tim merdeka.com datang ke Museum Proklamasi, pihak museum menyatakan mesin tik yang dipajang tersebut hanya barang replika.
Salah seorang staf pemandu Museum Proklamasi,Jaka Perbawa menuturkan mesin tik yang dipajang sudah disesuaikan bentuknya dengan mesin ketik bersejarah itu.
"Kalau Mesin ketiknya sendiri yang sekarang bukan, bukan yang milik Jerman. Kita cuma pengadaan saja. Hanya replika saja yang umum digunakan tahun 40an," kata Jaka saat
berbincang dengan merdeka.com, Rabu (20/11).
Pihak museum tidak mendapat penjelasan detail tentang mesin tik itu. Walaupun saat pembangunan museum, pemerintah Indonesia memang memanggil orang Jepang yang pernah menjadi kepala rumah tangga di tempat ini,yaitu Satsuki Mishima.
Namun, Satsuki tidak pernah menceritakan soal pinjam meminjam tentang mesin ketik. Mungkin hal itu dianggap tidak terlalu penting.Selain itu, Jaka mengakui pihaknya sampai saat Ini juga tidak mendapat penjabaran mengenai apakah mesin ketik tersebut dikembalikan atau tidak setelah pihak Jepang meminjamnya dari Angkatan Laut (AL) Jerman.
"Dari Mioshi dan Nisijima (ajudan Maeda) juga Ahmad Soebardjo, tidak dijelaskan apakah (mesin ketik) itu kembalikan atau tidak. Saya sendiri sampai sekarang pun saya tidak tau
percis di mana kantor Angkatan Laut Jerman berada di mana," tuturnya.
"Seandainya, misalkan ketika waktu itu masa persiapan museum ini didirikan, kita sudah menemukan dulu kantornya Angkatan Laut Jerman itu di mana. Kita telusuri ke Jerman, dan mungkin masih hidup orangnya yang meminjamkan," ujarnya.
Ketika ditanya lebih dalam mengenai keterlibatan Jerman selain mesin ketik, menurutnya hal itu tidak terlalu terkuak. Karena Jerman, saat itu berhubungan langsung dengan Jepang. Bukan dengan para pemimpin Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan adalah momen paling bersejarah berdirinya Bangsa Indonesia. Banyak kisah menarik yang terjadi saat penyusunan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda.
Salah satu fakta yang mungkin tidak terduga ialah jasa Nazi Jerman dalam pembuatan teks proklamasi.Walaupun tidak banyak, namun bantuan Nazi saat itu sangatlah penting untuk kemerdekaan Indonesia. Apa peranan yang mereka lakukan untuk bangsa ini terhadap jalannya Proklamasi Kemerdekaan?
Kisah nyata ini berawal pada malam tanggal 16 Agustus 1945, saat sebuah draft proklamasi sudah dibuat oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Seperti yang diketahui, pembuatan teks proklamasi tersebut dilakukan di rumah Laksamana Maeda, di Jl. Miyako-Doori 1,Jakarta. (sekarang Jl. Imam Bonjol No. 1,Menteng, Jakarta Pusat).
Namun, masalah yang tak terduga pun datang.Mesin ketik di rumah Maeda ternyata memakai huruf kanji. Untungnya, salah seorang ajudannya, Satsuki Mishima, mengetahui di mana bisa mendapatkan mesin ketik tengah malam itu.
Dia langsung pergi menggunakan mobil Jip kepunyaan Maeda untuk meminjam mesin ketik kepunyaan kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) di Indonesia.
Mesin ketik itu merupakan salah satu benda bersejarah di Indonesia. Namun, ketika tim merdeka.com datang ke Museum Proklamasi, pihak museum menyatakan mesin tik yang dipajang tersebut hanya barang replika.
Salah seorang staf pemandu Museum Proklamasi,Jaka Perbawa menuturkan mesin tik yang dipajang sudah disesuaikan bentuknya dengan mesin ketik bersejarah itu.
"Kalau Mesin ketiknya sendiri yang sekarang bukan, bukan yang milik Jerman. Kita cuma pengadaan saja. Hanya replika saja yang umum digunakan tahun 40an," kata Jaka saat
berbincang dengan merdeka.com, Rabu (20/11).
Pihak museum tidak mendapat penjelasan detail tentang mesin tik itu. Walaupun saat pembangunan museum, pemerintah Indonesia memang memanggil orang Jepang yang pernah menjadi kepala rumah tangga di tempat ini,yaitu Satsuki Mishima.
Namun, Satsuki tidak pernah menceritakan soal pinjam meminjam tentang mesin ketik. Mungkin hal itu dianggap tidak terlalu penting.Selain itu, Jaka mengakui pihaknya sampai saat Ini juga tidak mendapat penjabaran mengenai apakah mesin ketik tersebut dikembalikan atau tidak setelah pihak Jepang meminjamnya dari Angkatan Laut (AL) Jerman.
"Dari Mioshi dan Nisijima (ajudan Maeda) juga Ahmad Soebardjo, tidak dijelaskan apakah (mesin ketik) itu kembalikan atau tidak. Saya sendiri sampai sekarang pun saya tidak tau
percis di mana kantor Angkatan Laut Jerman berada di mana," tuturnya.
"Seandainya, misalkan ketika waktu itu masa persiapan museum ini didirikan, kita sudah menemukan dulu kantornya Angkatan Laut Jerman itu di mana. Kita telusuri ke Jerman, dan mungkin masih hidup orangnya yang meminjamkan," ujarnya.
Ketika ditanya lebih dalam mengenai keterlibatan Jerman selain mesin ketik, menurutnya hal itu tidak terlalu terkuak. Karena Jerman, saat itu berhubungan langsung dengan Jepang. Bukan dengan para pemimpin Indonesia.
Link
"Berita Terkait"
![[Sejarah] Nazi Punya jasa dalam Penyusunan Teks Proklamasi!!](https://dl.kaskus.id/s11.postimg.org/5ve6qfcj7/tentara_u_boat_jerman_bantu_gerilyawan_ri_lawan.jpg)
Quote:
Original Posted By >
Beberapa awak kapal selam U-Boat Jerman pernah bergabung dengan gerilyawan Indonesia.Mereka berjuang bersama-sama karena merasa senasib, ditindas Belanda.
Jerman mengirimkan armada kapal selam U-Boat ke Indonesia selama Perang Dunia II. Mereka menjadi sekutu Jepang menghadapi Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belanda dan negara sekutu.
Setelah Jepang kalah tahun 1945, Belanda kembali datang ke Indonesia. Mereka ingin kembali menjajah Indonesia. Belanda pun menangkap orang-orang Jerman yang masih
berada di Indonesia. Tak cuma tentara, warga sipil Jerman juga ditangkapi. Belanda kemudian menahan 260 orang Jerman di Pulau Onrust,Teluk Jakarta.
Peneliti soal Jerman dan Nazi di Indonesia, Alif Rafik Khan menjelaskan banyak mantan Kriegsmarine atau angkatan laut Jerman yang kemudian bergabung dengan gerilyawan
Republik Indonesia untuk melawan Belanda.
"Mereka membantu soal teknik persenjataan dan strategi. Karena saat itu kan banyak gerilyawan yang belum mengerti," kata Alif.
Alif mencontohkan beberapa awak kapal selam U-195 berniat bergabung dengan pejuang Indonesia di Bogor. Sayangnya mereka ditangkap Belanda di Pasar Pesing, Jakarta Utara.
"Tentara Jerman ini ditahan di Penjara Glodok,terus di Pulau Onrust bulan September 1945- Januari 1946, sebelum dipindahkan ke Malang sampai dengan tahun 1948 karena Inggris dan Belanda khawatir mereka berupaya dibebaskan oleh TKR dan para pejuang kemerdekaan lainnya," kata Alif kepada merdeka.com, Jumat(22/11).
Alif memberikan foto bersejarah para prajurit tersebut. Enam mantan anggota Angkatan Laut Jerman dengan tubuh kurus dan pakaian seadanya.
Berdiri, dari kiri ke kanan: Oberleutnant zur See Fritz Arp, Wachtoffizier, Maschinenmaat Erich Döring, dan Hans Philipsen. Jongkok: Alfred Pschunder, Maschinenobergefreiter Heinz Ulrich dan Oberleutnant (Ing.) Herbert Weber.
"Saya tidak berhasil menemukan keterangan mengenai Philipsen serta Pschunder dalam daftar 95 orang yang pernah bertugas di U-195,karenanya bisa dipastikan mereka bukanlah awak kapal selam tersebut,tapi
kemungkinan anggota Kriegsmarine lainnya yang ditempatkan di Indonesia," jelasnya.
Selain mereka, ada juga Werner dan Lösche, awak kapal selam U-219. Mereka melarikan diri dari Pulau Onrust dan bergabung dengan pemerintah Indonesia. Werner kemudian tewas saat merakit senjata untuk pejuang Indonesia.
Walau membantu pejuang RI, nasib sebagian tentara Jerman cukup nahas. Mereka dibunuh gerilyawan Indonesia karena disangka orang Belanda. Maklum, dari sisi tubuh dan penampilan, sepintas orang Belanda dan Jerman tampak sama.
Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens misalnya, mereka terbunuh oleh pasukan gerilyawan di Bogor.
Lagi-lagi karena disangka orang Belanda. Gugur di negeri asing, ribuan kilometer dari kampung halaman mereka.Mencoba membantu perjuangan negeri asing yang tak mereka kenal mempertahankan kemerdekaannya.
Beberapa awak kapal selam U-Boat Jerman pernah bergabung dengan gerilyawan Indonesia.Mereka berjuang bersama-sama karena merasa senasib, ditindas Belanda.
Jerman mengirimkan armada kapal selam U-Boat ke Indonesia selama Perang Dunia II. Mereka menjadi sekutu Jepang menghadapi Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belanda dan negara sekutu.
Setelah Jepang kalah tahun 1945, Belanda kembali datang ke Indonesia. Mereka ingin kembali menjajah Indonesia. Belanda pun menangkap orang-orang Jerman yang masih
berada di Indonesia. Tak cuma tentara, warga sipil Jerman juga ditangkapi. Belanda kemudian menahan 260 orang Jerman di Pulau Onrust,Teluk Jakarta.
Peneliti soal Jerman dan Nazi di Indonesia, Alif Rafik Khan menjelaskan banyak mantan Kriegsmarine atau angkatan laut Jerman yang kemudian bergabung dengan gerilyawan
Republik Indonesia untuk melawan Belanda.
"Mereka membantu soal teknik persenjataan dan strategi. Karena saat itu kan banyak gerilyawan yang belum mengerti," kata Alif.
Alif mencontohkan beberapa awak kapal selam U-195 berniat bergabung dengan pejuang Indonesia di Bogor. Sayangnya mereka ditangkap Belanda di Pasar Pesing, Jakarta Utara.
"Tentara Jerman ini ditahan di Penjara Glodok,terus di Pulau Onrust bulan September 1945- Januari 1946, sebelum dipindahkan ke Malang sampai dengan tahun 1948 karena Inggris dan Belanda khawatir mereka berupaya dibebaskan oleh TKR dan para pejuang kemerdekaan lainnya," kata Alif kepada merdeka.com, Jumat(22/11).
Alif memberikan foto bersejarah para prajurit tersebut. Enam mantan anggota Angkatan Laut Jerman dengan tubuh kurus dan pakaian seadanya.
Berdiri, dari kiri ke kanan: Oberleutnant zur See Fritz Arp, Wachtoffizier, Maschinenmaat Erich Döring, dan Hans Philipsen. Jongkok: Alfred Pschunder, Maschinenobergefreiter Heinz Ulrich dan Oberleutnant (Ing.) Herbert Weber.
"Saya tidak berhasil menemukan keterangan mengenai Philipsen serta Pschunder dalam daftar 95 orang yang pernah bertugas di U-195,karenanya bisa dipastikan mereka bukanlah awak kapal selam tersebut,tapi
kemungkinan anggota Kriegsmarine lainnya yang ditempatkan di Indonesia," jelasnya.
Selain mereka, ada juga Werner dan Lösche, awak kapal selam U-219. Mereka melarikan diri dari Pulau Onrust dan bergabung dengan pemerintah Indonesia. Werner kemudian tewas saat merakit senjata untuk pejuang Indonesia.
Walau membantu pejuang RI, nasib sebagian tentara Jerman cukup nahas. Mereka dibunuh gerilyawan Indonesia karena disangka orang Belanda. Maklum, dari sisi tubuh dan penampilan, sepintas orang Belanda dan Jerman tampak sama.
Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens misalnya, mereka terbunuh oleh pasukan gerilyawan di Bogor.
Lagi-lagi karena disangka orang Belanda. Gugur di negeri asing, ribuan kilometer dari kampung halaman mereka.Mencoba membantu perjuangan negeri asing yang tak mereka kenal mempertahankan kemerdekaannya.
Link
"Ane baru tau tuh mesin tik punya jerman yang di pinjemin jepang....fakta sejarah kayak gini emang kayaknya rada sepele,tapi sangat di butuhkan buat jadi fakta sejarah Indonesia



Diubah oleh bubs 23-11-2013 17:15
0
7.1K
Kutip
83
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan