Setelah Presiden Susilo Bambang yudhoyono (SBY) menggelar konferensi pers terkait aksi mata-mata Australia, yang salah satu point pentingnya adalah perintah penghentian kerjasama militer dengan Australia membuat parlemen Australia bergejolak. PM Tony Abbot langsung dipanggil parlemen Australia dan mendesak PM untuk segera memulihkan hubungan baik dengan Indonesia.

Sementara itu Panglima TNI Jend. Moeldoko setelah mendapat instruksi tersebut langsung menghentikan latihan gabungan Indonesia -Australia bernama Elang Ausindo yang seharusnya berakhir 24 November mendatang. Panglima TNI memerintahkan enam (6) pesawat F-16 Indonesia yang sedang berada di Darwin, Australia dan seluruh personelnya yang sedang mengikuti latihan tersebut agar ditarik pulang hari ini.
Begitu juga latihan bersama Australia - Kopassus yang sedang berlangsung di lembang juga dihentikan. Begitu juga patroli bersama juga dihentikan. Panglima TNI menegaskan penghentian latihan bersama dan patroli bersama ini merupakan kerjasama mutual trust, jadi karena tidak ada lagi kepercayaan maka harus segera dihentikan.

PM Australia yang mendapat laporan tersebut dalam keterangannya menyebutkan situasi yang kian memburuk tersebut adalah tanggungjawabnya. Dalam penjelasannya di parlemen dia akan segera membalas surat dari Presiden SBY dan berupaya untuk segera memulihkan hubungan kembali. Kelompok oposisi dari Partai Buruh mendukung upaya PM Tony Abbot memperbaiki hubungan dengan Indonesia.

“Yang harus kita lakukan adalah bersatu dengan Indonesia dalam komitmen untuk meningkatkan dan memperbaiki hubungan dengan cara yang tepat. Hal ini penting bagi pekerjaan yang kita lakukan untuk menghentikan penyelundupan manusia, untuk meningkatkan hubungan bisnis yang kuat dan kreatif diantara kedua negara, juga di sektor keamanan regional dan hubungan antara kedua negara,” jelas Tony di parlemen.

PM Tony Abbot juga menyampaikan penyesalannya atas ucapan kerasnya menanggapi media yang membuat malu Presiden SBY tempo hari. “Sekali lagi … Saya ingin mengungkapkan di sini, di ruangan ini dengan tulus menyesal tentang rasa malu yang dialami oleh Presiden SBY yang telah disebabkan oleh laporan media baru-baru ini,” ujarnya menambahkan.

Namun penyesalan PM Australia sudah terlambat. Hubungan bilateral antara kedua dipastikan ditinjau ulang. Presiden SBY sudah menegaskan perlu dibuat suatu kode etik untuk hubungan kedua negara. Indonesia diharapkan meninjau ulang seluruh kerjasama dengan Australia terutama hal-hal yang paling disorot oleh Australia tentang penyelundupan Manusia.

Selama ini kita “ditekan” Australia agar bersedia menjadi daerah transit terakhir para “manusia perahu” yang menuju Australia dengan imbalan bantuan dana.Namun Australia tidak pernah peduli betapa repotnya kita menangani ratusan ribu pengungsi di Indonesia, bahkan keberadaan mereka di Indonesia sudah puluhan tahun tanpa kejelasan. Kita perlu pertegas kembali mengenai ini.

Kemudian kasus campur tangan Australia di Papua yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Duta besar Australia diketahui sangat intens menyambangi Papua, bahkan di situasi memanas seperti sekarang ini Duta besar Australia malah sudah berada di Papua. Jangan sampai kita kecolongan lagi saat Australia yang kita sebut “kawan baik ” itu menikung kita dibelakang seperti 1999 dulu, Australia di PBB mendukung jajak pendapat di Timor Timur yang akhirnya membuat Timor timur lepas dari kita.

Kita punya modal kuat dalam posisi tawar dengan Australia yaitu letak geografis kita yang berada di tengah-tengah lalu lintas ekonomi Australia dengan Asia dan eropa. Australia tidak bisa memungkiri kenyataan itu. Australia harus berbaik-baik dengan kita. Jadikanlah momentum ini untuk meninjau ulang hubungan dengan Australia. Bilang sama PM Australia: Sudah terlambat, bung!


Semoga bermanfat menambah wawasan kebangsaan kita


Update