ratubaikAvatar border
TS
ratubaik
Sebuah Buku yang Bisa Menjungkirbalikkan Nasib (Kisah Nyata)

Harus saya akui bahwa masa depan jungkir balik gara-gara baca sebuah buku! Bagaimana itu terjadi dan apa pula hasilnya? Ijinkan saya berbagi kisah nyata buat kawan-kawan dan sedulur semua, berikut ini. Semoga bermanfaat, khususnya buat anak-anak muda yang sedang meniti karir. Lebih khusus buat anak kampung yang hendak mengadu nasib di kota besar.

Artinya Suratan Takdir Bagi Bocah-Bocah:

Ketika saya masih bocah-bocah, di sebuah kampung di Brebes Jawa Tengah, seakan saya sudah tau persis bahwa saya dilahirkan untuk jadi anak miskin. Dan yakin akan selamanya miskin karena suratan takdir demikian adanya! Pikiran itu bercokol mendalam saat saya masih remaja pada tahun 1970an.

Kesimpulan “suratan takdir” nasibku di dasarkan atas beberapa fakta pendukung sbb:-

- Lahir di desa, persisnya di tengah pekarangan semi hutan di ujung selatan Kecamatan Kersana. Masa kecil jauh dari makanan bergizi dan jauh dari pakaian yang layak. Konon, paling banter saya nanti jadi buruh tani atau pelayan toko.

- Sejak masih dalam kandungan ibunda, orang tuaku sudah bercerai. Konon anak hasil korban perceraian pasti ewes-ewes masa depannya karena gak terurus.

- Sejak masih usia 0-2 tahun saya pernah kena sakit keras sehingga hampir tewas. Bahasa jawanya mati wurung (tirung), 2x gak jadi mati, 2x tirung. Konon, nih potongan anak sial, penyakitan, gak ada potongan bisa maju.

- Selama umur 0-7 tahun udah ganti nama 3x. Lahir dinamakan Rahmat. Hampir tewas diganti namanya menjadi Slamet (katanya keberatan nama maka diganti sesuai budaya Jawa ibunda). Begitu diambil ayah pada usia 1,5 tahun ganti nama menjadi Aqil (karena ayahku keturunan Arab). Pas masuk SD diganti nama menjadi Agil oleh guru, karena orang Jawa susah ngucapin “Aqil”. Konon, gonta-ganti nama, sok artis, ini tanda-tanda ancur masa depannya.

- Selama duduk di bangku SD, saya dikenal sebagai anak paling dableg, paling angel, dan paling malas. Akibatnya dimusuhi di sekolah dan di rumah. Dan selalu dijadikan acuan contoh anak jelek. Banyak orang tua bilang, “Jadi anak jangan kayak Si Agil, anak jelek!”. Konon, “sampah masyarakat” ini sampai kapanpun bakal nyusahin keluarga.

- Ratusan kali orang-orang mengejek saya bila saya mengatakan cita-cita pengin jadi orang yang maju dan makmur, begini ejekan mereka: “Gil, kamu tuh lahir di hutan, ibumu orang plosok desa. Gak mungkinlah kamu bisa jadi orang makmur. Mbok ya ngaca!”

>

Nah, fakta-fakta di atas mendorong saya untuk mengambil kesimpulan bahwa sudah suratan nasib saya akan selalu di bawah. Apapun usaha saya pasti sia-sia, lha wong sudah dipastikan oleh masyarakat koq. Begitu pikir saya, dengan rasa geram. Rasanya, sabda Rasulullah yang mewasiatkan bahwa setiap kaum tidak akan berubah kecuali dengan mengubah dirinya sendiri, cuma pencitraan belaka.

>

Sebuah Buku Tentang Perubahan Nasib:

Memasuki usia remaja, saya berkunjung ke rumah temen SPG (Sekolah Pendidikan Guru) di Tegal, Jawa Tengah. Masih segar di ingatan saya hingga detik ini, Pak Nuruddien AM, ayah temen saya, memberikan sebuah buku. Itu buku kisah nyata tentang anak petani miskin yang sukses mengubah nasib menjadi pengusaha. Wah, jantung saya berdebar-debar. Koq mirip-mirip yah dengan kondisi saya? Bisikku dalam hati.

Itu buku, sudah hilang dan lupa judulnya, saya baca terus-terusan, wolak-walik wolak-walik.

Perasaan saya ketiban wahyu dari langit ke tujuh yang membuat diri ini susah tidur mikirin kehebatan cerita buku tsb. Seakan saya diingatkan Allah bahwa sabda Rasulullah benar: Setiap kaum tidak akan berubah kecuali mereka mengubah dirinya. Catat: DIRINYA yang mengubah! Sekalian saya wajib cuek atas ejekan-ejekan dan cemoohan orang yang memastikan saya mustahil mengubah nasib.

Nah, sejak itu saya teringat kembali nasehat ayah yang selama itu saya cuekin: “Gil, carilah ilmu setinggi mungkin. Rejeki akan menyusul sendiri kalo punya ilmu. Orang berilmu tidak akan ‘kapiran’”. Ini nasehat sejalan dengan buku dari Pak Nuruddien AM. Selaras dengan wasiat nabi: Ilmu adalah cahaya kehidupan (al ilmu nuurun).

Kebayang deh macem-macem gambaran masa depan yang ajib-ajib. Kebayang deh nanti tidak akan ada masalah keuangan dan ekonomi. Kebayang betapa mudahnya cari jodoh, kalo calon mertua menilai ini calon mantu mampu banget menafkahi anak-istri. Yaiyalah, sebagai laki saya gak pengin jadi mantu bersubsidi dari orang tua maupun mertua.

Semua khayalan indah itu saya simpan dalam hati tapi yakin bisa terwujud. Gak berani saya ungkapkan ke umum . Soalnya udah pasti jadi ejekan secara berjamaah seperti yang sudah-sudah. Satu-satunya cara adalah nunggu terwujud baru ngomong.

>

Kenyataan Jauh Lebih Hebat Dari Khayalan:

Dulu saya mengkhayal jadi pegawai negeri atau karyawan swasta. Kalo itu tercapai sudah sangat cukup. Karena saya tau jabatan apapun yang saya raih sudah cukup buat hidup mandiri. Juga, sudah cukup bergengsi mengingat asal-muasal saya sejak kecil yang terlahir di semi hutan. Gampangannya, bisa pamer sama temen-temen dan keluarga, deh. “Nih, liat. Saya bukan cuma bisa jadi pelayan toko atau buruh tani.” Maklum di kampung Jawa jabatan itu penting, lambang gengsi.

Ternyata nasib saya jauh lebih heboh. Gak pernah kebanyang dengan khayalan paling liar sekalipun. Memasuki Tahun 1983 aku drop out dari Fak Sastra Inggris UKI Jakarta. Kemudian memulai karir sebagi Office Boy di perusahaan swasta. Kantornya di Gedung Patra Jasa Jakarta Selatan. Dari sinilah terjadi titik balik, nasib berjungkir balik.

Hanya dalam dalam tempo 2 tahun sudah mejeng jadi Operator Komputer. Satu-satunya orang yang mampu menjalankan komputer dalam perusahaan yang punya cabang di beberapa pulau dengan total 1200 karyawan. Kemudian berlanjut menjadi Computer Programmer. Itu hasil otodidak. Sejak itu jadi instruktur komputer buat para karyawan. Termasuk ngajarin cara megang komputer buat bos-bos pribumi maupun bos-bos bule.

Mungkin saking kagumnya, seorang bos bule pernah ngucap begini kepada bos lokal: “Hei, Anda nemu anak jenius itu dari mana?” Saya ngakak dalam hati ketika denger pertanyaan bos bule. Faktanya saya bukan anak jenius. Yang bener adalah saya mati-matian kerja keras mempelajari komputer sambil berkalung serbet di dapur sebagai Office Boy. Melototi siang malam, kadang sampai subuh, barang teknologi tinggi yang masih sangat asing pada jaman itu.

>

Di kemudian hari saya menemukan keajaiban-keajaiban yang tidak pernah terlintas dalam khayalan saya sebelumnya, yaitu sbb:-

- didaulat sebagai karyawan teladan yang dibangga-banggakan bos, sesama kolega, dan keluarga.

- ditawari bos bule Australia supaya saya pindah ke Australia untuk bekerja sebagai programmer dengan jaminan/rekomendasi dari si bos.

- karir meroket hingga menjadi Manager EDP/IT/MIS.

- berhasil menciptakan program aplikasi komputer, pada tahun 1991, untuk Hotel System yang laku dipasarkan/dijual serta diinstal dalam jaringan hotel internasional. Konon ini software hotel system pertama buatan programmer Indonesia yang laku dijual, ketika pasaran masih dikuasai oleh software import.

- berhasil menjadi mentor/guru system programming untuk beberapa sarjana komputer baik lulusan dalam negri maupun lulusan luar negeri.

- berhasil menjadi pembimbing beberapa praktisi software developer hingga software buatan mereka laku dipasaran, dengan ratusan instalasi di seluruh nusantara.

>

Nah, dengan pengalaman nyata demikian membuat saya di kemudian hari selalu percaya diri. Meskipun mengalami proses jatuh-bangun dan jatuh-bangun, saya selalu mampu “bangkit dari kubur”. Alhamdulillah. Semua itu asal-muasalnya adalah membaca sebuah buku. Kemudian menghayati dan mengamalkannya.

Bukti Terakhir:

Ketika saya “jatuh terjerembab” beberapa tahun terakhir nyaris 100% orang-orang di sekitar saya menyakini bahwa saya mustahil bangkit kembali. Kata mereka karena saya jatuh nyungsep terlalu dalam. Di tambah usia masuk 50 tahun, konon rejeki udah habis, hanya keajaiban kalo bisa. Tapi fakta berbicara lain! Stock keajaiban tidak pernah sirna. Modalnya gampang: jangan pernah putus asa, teruslah berusaha, dan cuek sama komentar/ejekan orang. Bukankah komentator cuma pinter ngomong, gak pinter mengubah keadaan, iya gak? Hehe.

Akhir kata ijinkan saya mengingatkan Anda.

Sekiranya Anda sedang terpuruk atau belum beruntung, jangan pernah putus asa. Perubahan nasib hanya soal waktu bila Anda terus berupaya mengubah. Ejekan orang-orang hendaknya dijadikan cambuk untuk membuktikan bahwa mereka cuma usil. Jawablah dengan sebuah prestasi, pasti akan membungkam mulut mereka yang usil!

Percayalah, putus asa adalah dosa besar yang menghalangi perbaikan nasib!

***

Ragile, 19-11-2013


sumber:
http://edukasi.kompasiana.com/2013/1...ref_map=%5B%5D
0
3.3K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan