- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
CONTOH KARYA TULIS WISATA KE MONAS,,,


TS
stiinnky
CONTOH KARYA TULIS WISATA KE MONAS,,,
WELCOME TO MY THREAD
KASKUSER YANG BAIK PASTI MAU UNTUK


Pagi agan-agan,,,
kali ini ane akan post tentang contoh karya tulis,,
yah sekedar membantu,,, mungkin agan-agan lagi bingung cara bikin karya tulisnya,,, nih ane akan beri contohnya,,,
langsung aja,,,,, Cekibroootttt....
Spoiler for Halaman Judul:
LAPORAN KARYA TULIS
WISATA MONUMEN NASIONAL JAKARTA
Karya Tulis
Disusun dan Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti UN / USEK
Tahun Pelajaran 2013 / 2014
Disusun Oleh :
2. Didit Rahmawan (08)
SMP NEGERI 1 KARANGMONCOL
Tahun Pelajaran 2013 / 2014
WISATA MONUMEN NASIONAL JAKARTA
Karya Tulis
Disusun dan Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti UN / USEK
Tahun Pelajaran 2013 / 2014
Disusun Oleh :
2. Didit Rahmawan (08)
SMP NEGERI 1 KARANGMONCOL
Tahun Pelajaran 2013 / 2014
Spoiler for Halaman Pengesahan:
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis yang berjudul “ Berwisata Sambil Belajar di Monumen Nasional Jakarta “, disahkan oleh pembimbing dan diketahui oleh Kepala SMP Negeri 1 Karangmoncol.
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Karangmoncol, 2013
Mengetahui
Kepala Sekolah Pembimbing
Sunarso , S.Pd Agus Taryono, S.Pd
NIP. 19570804 198003 1 012 NIP. 19630815 199812 1 002
Spoiler for Halaman Persembahan:
PERSEMBAHAN
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan karya tulis ini meskipun jauh dari kesempurnaan.
1. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah memberikan dukungan sepenuh hati baik moril maupun material.
2. Teman-teman seperjuangan serta adik-adik yang selalu tertawa dan bermain bersama kami.
3. Bapak Kepala SMP Negeri 1 Karangmoncol, yang telah memberikan izin kepada penyusun sehigga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ini.
4. Bapak dan Ibu guru yang telah membimbing dan memberi saran dalam menyusun laporan ini.
5. Pihak Pemandu, yang telah memberikan panduan kepada penyusun berupa informasi primer dan sekunder.
6. Pembaca yang budiman.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan karya tulis ini meskipun jauh dari kesempurnaan.
1. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah memberikan dukungan sepenuh hati baik moril maupun material.
2. Teman-teman seperjuangan serta adik-adik yang selalu tertawa dan bermain bersama kami.
3. Bapak Kepala SMP Negeri 1 Karangmoncol, yang telah memberikan izin kepada penyusun sehigga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ini.
4. Bapak dan Ibu guru yang telah membimbing dan memberi saran dalam menyusun laporan ini.
5. Pihak Pemandu, yang telah memberikan panduan kepada penyusun berupa informasi primer dan sekunder.
6. Pembaca yang budiman.
Spoiler for Moto:
MOTO
1. Pengalaman adalah guru terbaik
2. Sahabat adalah teman yang sngat berarti
3. Masa depan bukan untuk dipikirkan tetapi untuk dihadapi
4. Belajar untuk masa depan yang lebih cerah
5. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda
6. Disiplin merupakan jembatan antara tujuan dan pelaksanaan
7. Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang ada
8. Kebodohan itu adalah kegelapan, dan penyebabnya adalah kemalasan
9. Selagi masih muda banyak-banyaklah menggali ilmu supaya berguna dikelak nanti
10. Kembangkan potensimu untuk meraih prestasi
11. Lebih baik pandai berbuat dari padapandai berucap
12. Hasil akhir dari belajar adalah tindakan bukan pengetahuan
13. Awalilah kesuksesanmu dengan berani
14. Waktu adalah modal utama dalam hidup kita
15. Lebih baik bertanya dari pada tersesat
1. Pengalaman adalah guru terbaik
2. Sahabat adalah teman yang sngat berarti
3. Masa depan bukan untuk dipikirkan tetapi untuk dihadapi
4. Belajar untuk masa depan yang lebih cerah
5. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda
6. Disiplin merupakan jembatan antara tujuan dan pelaksanaan
7. Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang ada
8. Kebodohan itu adalah kegelapan, dan penyebabnya adalah kemalasan
9. Selagi masih muda banyak-banyaklah menggali ilmu supaya berguna dikelak nanti
10. Kembangkan potensimu untuk meraih prestasi
11. Lebih baik pandai berbuat dari padapandai berucap
12. Hasil akhir dari belajar adalah tindakan bukan pengetahuan
13. Awalilah kesuksesanmu dengan berani
14. Waktu adalah modal utama dalam hidup kita
15. Lebih baik bertanya dari pada tersesat
Spoiler for Kata Pengantar:
KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Allah SWT penyusun akhirnya bisa menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Berwisata ke Monumen Nasional Jakarta “ dengan segala kecukupan.
Karya tulis ini dibuat berdasarkan untuk memenuhi syarat mengikuti UN / USEK Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penyusun menulis karya tulis ini bermaksud akan menerangkan informasi, sejarah singkat Monumen Nasional, pembangunan, relief sejarah, museum sejarah, ruang kemerdekaan, pelataran puncak, bangunan lain, wisata Monumen Nasional, dan galeri Monumen Nasional.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu, penyusun mengharap saran dan kritikannya demi kesempurnaan karya tulis ini.
Karangmoncol, 2013
Penyusun
Berkat Rahmat Allah SWT penyusun akhirnya bisa menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Berwisata ke Monumen Nasional Jakarta “ dengan segala kecukupan.
Karya tulis ini dibuat berdasarkan untuk memenuhi syarat mengikuti UN / USEK Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penyusun menulis karya tulis ini bermaksud akan menerangkan informasi, sejarah singkat Monumen Nasional, pembangunan, relief sejarah, museum sejarah, ruang kemerdekaan, pelataran puncak, bangunan lain, wisata Monumen Nasional, dan galeri Monumen Nasional.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu, penyusun mengharap saran dan kritikannya demi kesempurnaan karya tulis ini.
Karangmoncol, 2013
Penyusun
Spoiler for Daftar Isi:
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERSEMBAHAN iii
MOTO iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
D. Metode Pengumpulan Data 1
E. Sistematika Penulisan 2
BAB II MONUMEN NASIONAL JAKARTA
A. Informasi Umum 3
B. Sejarah Berdirinya Monas 4
C. Pembangunan 5
D. Rancang Bangun Monumen 6
E. Relief Sejarah Indonesia 6
F. Museum Sejarah Nasional 7
G. Ruang Kemerdekaan 8
H. Pelataran Puncak 9
I. Bangunan Lain Disekitar Monas 10
J. Wisata Monas 11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan 12
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERSEMBAHAN iii
MOTO iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
D. Metode Pengumpulan Data 1
E. Sistematika Penulisan 2
BAB II MONUMEN NASIONAL JAKARTA
A. Informasi Umum 3
B. Sejarah Berdirinya Monas 4
C. Pembangunan 5
D. Rancang Bangun Monumen 6
E. Relief Sejarah Indonesia 6
F. Museum Sejarah Nasional 7
G. Ruang Kemerdekaan 8
H. Pelataran Puncak 9
I. Bangunan Lain Disekitar Monas 10
J. Wisata Monas 11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan 12
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Spoiler for Bab I Pendahuluan:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Supaya siswa mendapat pengalaman scara langsung, selain itu juga untuk pengetahuan dan wawasan yang luas yang bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti UN / USEK, Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara agar dapat menulis karya tulis? Cara agar kita dapat menulis karya tulis tentunya kita harus melakukan pengamatan secara langsung terlebih dahulu. Tanpa melakukan pengamatan, pasti kita tidak punya bayangan mengenai suatu objek wisata seperti bayangan mengenai bagaimana sejarahnya, bagaimana lokasinya, dan suasana yang tergambar dalam objek karya wisata tersebut. Jika kita melekukan pengamatan kita juga perlu mencari informasi mengenai objek yang kita amati, informasi-informasi mengenai Monumen Nasional dapat kita peroleh dengan berwawancara secara langsung dengan petugas ataupun dengan penjaga monumen tersebut. Selain itu informasinya dapat diperoleh juga dengan mencari di internet atau membeli buku panduan Monumen Nasional.
Selain itu , kita bisa mengambil gambar dengan kamera atau kamera HP untuk melengkapi karya tulis. Kemudian informasi-informasi yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan karya tulis wisata. Dalam menulis laporan karya tulis tentunya Bapak/Ibu Guru memberikan pengarahan atau penjelasan mengenai objek tersebut. Setelah dijelaskan oleh Bapak/Ibu Guru penyusun dapat menulis karya tulis.
C. Tujuan Penulisan
Adapun pembuatan karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat mengikuti UN / USEK, Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis mendapatkanya dengan menggunakan :
1. Metode Literatur : Penulis menggunakan buku-buku ataupun website.
2. Metode Observasi : Dalam metode ini kami mengunjungi dan mengamati secara langsung objek penulisan yaitu Monumen Nasional.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan karya tulis ini memuat 3 BAB, BAB yang pertama adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. BAB II membahas tentang Monumen Nasional, informasi umum, sejarah singkat, pembangunan, rancangan bangun Monumen, relief sejarah, museum sejarah, ruang kemerdekaan, pelataran puncak, bangunan lain, wisata Monas, dan galeri. Dan BAB III adalah penutup yang berisi tentang simpulan dan saran.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Supaya siswa mendapat pengalaman scara langsung, selain itu juga untuk pengetahuan dan wawasan yang luas yang bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti UN / USEK, Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara agar dapat menulis karya tulis? Cara agar kita dapat menulis karya tulis tentunya kita harus melakukan pengamatan secara langsung terlebih dahulu. Tanpa melakukan pengamatan, pasti kita tidak punya bayangan mengenai suatu objek wisata seperti bayangan mengenai bagaimana sejarahnya, bagaimana lokasinya, dan suasana yang tergambar dalam objek karya wisata tersebut. Jika kita melekukan pengamatan kita juga perlu mencari informasi mengenai objek yang kita amati, informasi-informasi mengenai Monumen Nasional dapat kita peroleh dengan berwawancara secara langsung dengan petugas ataupun dengan penjaga monumen tersebut. Selain itu informasinya dapat diperoleh juga dengan mencari di internet atau membeli buku panduan Monumen Nasional.
Selain itu , kita bisa mengambil gambar dengan kamera atau kamera HP untuk melengkapi karya tulis. Kemudian informasi-informasi yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan karya tulis wisata. Dalam menulis laporan karya tulis tentunya Bapak/Ibu Guru memberikan pengarahan atau penjelasan mengenai objek tersebut. Setelah dijelaskan oleh Bapak/Ibu Guru penyusun dapat menulis karya tulis.
C. Tujuan Penulisan
Adapun pembuatan karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat mengikuti UN / USEK, Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis mendapatkanya dengan menggunakan :
1. Metode Literatur : Penulis menggunakan buku-buku ataupun website.
2. Metode Observasi : Dalam metode ini kami mengunjungi dan mengamati secara langsung objek penulisan yaitu Monumen Nasional.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan karya tulis ini memuat 3 BAB, BAB yang pertama adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. BAB II membahas tentang Monumen Nasional, informasi umum, sejarah singkat, pembangunan, rancangan bangun Monumen, relief sejarah, museum sejarah, ruang kemerdekaan, pelataran puncak, bangunan lain, wisata Monas, dan galeri. Dan BAB III adalah penutup yang berisi tentang simpulan dan saran.
Spoiler for Bab II Monumen Nasional:
BAB II
MONUMEN NASIONAL JAKARTA
A. Informasi Umum
Profil :
1. Lokasi : Jakarta, Indonesia
2. Alamat : Lapangan Merdeka
3. Dimulai : 17 Agustus 1961
4. Selesai : 12 Juli 1975
5. Diresmikan : 12 Juli 1975
6. Ketinggian : 132 meter
Desain dan Pembangunan :
1. Kontraktor Utama : P.N Adhi Karya ( Tiyang Fondasi )
2. Arsitek : Frederich Silaban, R.M Soedarsono
Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
B. Sejarah Berdirinya Monas
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.
C. Pembangunan
Sukarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya selesai pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah selesai, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum.
Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.[4][5] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
D. Relief Sejarah Indonesia
Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.
F. Museum Sejarah Nasional
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Suharto.
G. Ruang Kemerdekaan
Ruang kemerdekaan
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.Semua itu sangat indah.
H. Pelataran Puncak
Pelataran tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian.
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3m dibawah tanah & 5m tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
MONUMEN NASIONAL JAKARTA
A. Informasi Umum
Profil :
1. Lokasi : Jakarta, Indonesia
2. Alamat : Lapangan Merdeka
3. Dimulai : 17 Agustus 1961
4. Selesai : 12 Juli 1975
5. Diresmikan : 12 Juli 1975
6. Ketinggian : 132 meter
Desain dan Pembangunan :
1. Kontraktor Utama : P.N Adhi Karya ( Tiyang Fondasi )
2. Arsitek : Frederich Silaban, R.M Soedarsono
Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
B. Sejarah Berdirinya Monas
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.
C. Pembangunan
Sukarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya selesai pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah selesai, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum.
Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.[4][5] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
D. Relief Sejarah Indonesia
Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.
F. Museum Sejarah Nasional
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Suharto.
G. Ruang Kemerdekaan
Ruang kemerdekaan
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.Semua itu sangat indah.
H. Pelataran Puncak
Pelataran tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian.
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3m dibawah tanah & 5m tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Spoiler for Bab III Penutup:
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah kami mengamati langsung objek wisata ini, penyusun sangat yankin bahwa di Jakarta bukan saja tempat berwisata melainkan tempat untuk belajar. Dan penyusun dapat menyimpulkan bahwa Monumen Nasional adalah salah satu tempat bersejarah di Indonesia. Dengan begitu penyusun bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
B. Saran
1. Sebaiknya sebagai wisatawan kita tidak boleh berbuat seenaknya di tempat yang tidak pernah kita kunjungi karena itu akan menimbulkan kerugian bagi diri kita sendiri dan orang lain.
2. Sebaiknya sebagai murid yang baik kita harus melestarikan dan mengembangkan budaya kita sendiri, bukan sebaliknya.
3. Didalam perjalanan ini sebaiknyakita banyak bertanya orang-orang yang lebih mengetahui atau lebih mengetahui daerah yang kita kunjungi.
Demikianlah kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam pembuatan karya tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah kami mengamati langsung objek wisata ini, penyusun sangat yankin bahwa di Jakarta bukan saja tempat berwisata melainkan tempat untuk belajar. Dan penyusun dapat menyimpulkan bahwa Monumen Nasional adalah salah satu tempat bersejarah di Indonesia. Dengan begitu penyusun bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
B. Saran
1. Sebaiknya sebagai wisatawan kita tidak boleh berbuat seenaknya di tempat yang tidak pernah kita kunjungi karena itu akan menimbulkan kerugian bagi diri kita sendiri dan orang lain.
2. Sebaiknya sebagai murid yang baik kita harus melestarikan dan mengembangkan budaya kita sendiri, bukan sebaliknya.
3. Didalam perjalanan ini sebaiknyakita banyak bertanya orang-orang yang lebih mengetahui atau lebih mengetahui daerah yang kita kunjungi.
Demikianlah kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam pembuatan karya tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.
Spoiler for Daftar Pustaka:
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com
www.Kaskus.com
www.sinarpagiraya.com
www.sinarharapan.com
www.navigasi.net
www.wordpres.com
www.wikipedia.com
www.Kaskus.com
www.sinarpagiraya.com
www.sinarharapan.com
www.navigasi.net
www.wordpres.com
Diubah oleh stiinnky 05-12-2013 12:48
0
24.2K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan