Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

as4madunAvatar border
TS
as4madun
Dukungan Jokowi & Prabowo Capres HOAX, Gara2 Pakai Akun Palsu & Spam Dummy?


Inilah sebagian pasukan pendukung Jokowi peninggalan Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, yang diduga banyak melakukan 'spam' pembelaan bila Jokowi dan Prabowo diserang di media sosial semacam kaskus atau FB/Tweet.

SOSIAL MEDIA
Akun Palsu Jokowi Bertebaran

Sabtu, 2 Nopember 2013
JAKARTA (Suara Karya): Praktisi Teknologi Informasi Chafiz Anwar, memastikan banyak akun palsu pembela Jokowi di sosial media. Itu bisa dengan mudah diamati karena banyak hal yang sangat tidak masuk akal.
Ia menjelaskan ciri-ciri akun palsu yang digunakan, pertama dari segi jumlah komentar melalui media sosial yang serentak menyerang ataupun membela. Hal ini tidak mungkin dilakukan pemilik akun asli secara bersamaan. "Kalau komentarnya muncul dalam waktu yang kurang lebih bersamaan dengan komentar yang senada seperti di komando baik untuk menyerang maupun membela orang-orang yang mereka jaga, maka bisa dipastikan akun-akun itu palsu. Tidak mungkin komentar ribuan sekaligus dilakukan oleh pemilik akun asli," ujar Chafiz ketika dihubungi wartawan dari Jakarta, Jumat (1/11).
Ciri lainnya yang juga mudah dianalisa dengan membandingkan jumlah pembaca dan jumlah komentarnya. Untuk masalah Jokowi, misalnya ada yang mengkritiknya di sebuah media online dan kemudian langsung ada serangan balasan dari ribuan orang. Kejadian ini pernah dialamiKetua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Assegaf,itu bisa ditegaskan kepalsuannya.

"Coba saja bayangkan berita yang mengkritik di sebuah media online itu.Baru beberapa saat tayang langsung yang komentar ribuan. Itu sangat tidak miungkin, kalau bukan sebuah tim yang mengerjakannya yang bisa saja terdiri dari puluhan orang," tambahnya. Terlebih, lanjut Chafiz, jika ternyata berita di media online tersebut dari catatan baru dibaca oleh ratusan orang saja, tapi komentar pembacanya sudah mencapai ribuan. Artinya, komentar pembaca ini dikirimkan oleh orang-orang yang justru sama sekali belum membaca. "Orang belum membaca tapi bisa kasih komentar, bagaimana caranya? Yang paling mungkin yah yang baca satu orang, tapi orang ini memegang ratusan akun. Ini bisa dilihat jelas dari komentar-komentar pendukung Jokowi," tegasnya.

Ciri lainnya yang juga bisa diliat adalah ketidakjelasan identitas para pemain akun ini. Mereka biasanya menurut Chafis menggunakan nama-nama palsu dan foto-foto palsu atau menggunakan gambar kartun. "Yah satu orang kan gak mungkin punya 10 akun dengan nama sama dan foto yang sama. Sementara dari mereka satu orang minimal bisa memiliki 100 akun," imbuhnya. Mereka, jelasnya lagi menggunakan mesin pendeteksi dengan keyword-keyword tertentu. "Misalnya kaliman Jokowi belum pantes jadi presiden.Mesin mereka ini berjalan seperti halnya mesin pencari google,begitu mesin mendeteksi ada kalimat atau kata tertentu yang dimasukkan, mereka akan bergerak cepat dan membalas kalimat-kalimat tersebut," tegas Chafiz.
Terakhir dirinya mengingatkan masyarakat tidak terpancing dengan skenario provokasi maupun ajakan yang mereka mainkan karena itulah tujuan mereka. Masyarakat jangan sampai terperdaya oleh provokasi mesin yang mereka mainkan. "Pilih saja dengan cerdas dengan menelusuri rekam jejak para kandidat calon presiden. Jangan percaya dengan permainan seperti ini," tandasnya.
http://www.suarakarya-online.com/new...html?id=337782


AHLI IT :
AKUN PENDUKUNG JOKOWI HANYA REKAYASA
Jum'at, 01 November 2013 , 20:45:46 WIB




Jurnas.com | PRAKTISI Teknologi Informasi (IT) Chafiz Anwar memastikan, banyak akun palsu pembela Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) di sosial media. Hal itu bisa dengan mudah diamati, karena banyak hal yang sangat tidak masuk akal. Chafiz pun menjelaskan ciri-ciri akun palsu yang digunakan. Pertama, dari segi jumlah komentar melalui media sosial yang serentak menyerang ataupun membela. Hal itu tidak mungkin dilakukan pemilik akun asli secara bersamaan. "Kalau komentarnya muncul dalam waktu yang kurang lebih bersamaan dengan komentar yang senada, seperti dikomando, baik untuk menyerang maupun membela orang-orang yang mereka jaga, maka bisa dipastikan akun-akun itu palsu. Tidak mungkin komentar ribuan sekaligus dilakukan oleh pemilik akun asli," kata Chafiz ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (1/11).

Ciri lainnya yang juga mudah dianalisa, kata Chafiz, dengan membandingkan jumlah pembaca dan jumlah komentarnya.Untuk masalah Jokowi misalnya, jika ada yang mengkritiknya di sebuah media online dan kemudian langsung ada serangan dari ribuan orang seperti yang dialami terakhir oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Assegaf, itu bisa ditegaskan kepalsuannya. "Coba saja bayangkan berita yang mengkritik di sebuah media online itu, baru beberapa saat tayang langsung yang komentar ribuan. Itu sangat tidak mungkin, kalau bukan sebuah tim yang mengerjakannya yang bisa saja terdiri dari puluhan orang," jelasnya.

Terlebih, menurutnya, jika ternyata berita di media online tersebut dari catatan baru dibaca oleh ratusan orang saja, tapi komentar pembacanya sudah mencapai ribuan. "Artinya komentar pembaca ini dikirimkan oleh orang-orang yang justru sama sekali belum membaca. Orang belum membaca tapi bisa kasih komentar, bagaimana caranya? Yang paling mungkin, yah yang baca satu orang, tapi orang ini memegang ratusan akun. Ini bisa dilihat jelas dari komentar-komentar pendukung Jokowi," tuturnya.

Ciri lainnya yang juga bisa dilihat, sambung Chafiz, terkait ketidakjelasan identitas para pemilik akun. Mereka biasanya menggunakan nama-nama palsu dan foto-foto palsu atau menggunakan gambar kartun. "Yah, satu orang kan nggak mungkin punya 10 akun dengan nama sama dan foto yang sama, sementara dari mereka satu orang minimal bisa memiliki 100 akun,” katanya.

Para pendukung Jokowi di sosial media ini, menurut Chafiz, juga menggunakan mesin pendeteksi dengan keyword-keyword tertentu. "Misalnya, keyword kalimat Jokowi belum pantas jadi Presiden. Nah, mesin mereka ini berjalan seperti halnya mesin pencari google, begitu mesin mendeteksi ada kalimat atau kata tertentu yang dimasukkan, mereka akan bergerak cepat dan membalas kalimat-kalimat tersebut," terangnya.

Oleh sebab itu, tambah Chafiz, masyarakat jangan mudah terpancing dengan settingan provokasi maupun ajakan yang dimainkan para pendukung Jokowi di sosial media. Masyarakat jangan sampai terperdaya oleh provokasi mesin yang mereka mainkan. "Pilih saja dengan cerdas di Pemilu nanti, dengan menelusuri rekam jejak para kandidat capres. Jangan percaya dengan permainan seperti ini," ujarnya.
http://www.jurnas.com/news/112845/Ah...medium=twitter

Jokowi dan Prabowo Hanya Menjadi Capres Wacana
Mon, 21 Oct 2013 00:12:00 GMT




JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto hanya menjadi calon presiden wacana. Pasalnya, mereka masih tergantung pada dukungan tokoh atau partai di luarnya. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby menyatakan, elektabitas Prabowo tidak didukung dengan elektabilitas partai. Dalam sejumlah survei yang dilakukan LSI, elektabilitas Partai Gerindra masih di bawah 10 persen. "Elektabilitas Prabowo belum mampu dikonversikan menjadi elektabilitas partai," kata Adjie saat memaparkan hasil survei bertajuk "Indeks Capres Pemilu 2014 : Capres Rill Versus Capres Wacana" di kantor LSI, Jakarta, Minggu (20/10).

Ia menjelaskan, jika mengacu pada pengalaman Pemilu 2009, kehendak kuat Prabowo untuk bertarung dalam Pilpres 2014 akhirnya sirna. "Dalam Pemilu 2009, syarat pencapresan adalah 25 persen suara pemilu atau 20 persen kursi DPR. Syarat pencapresan 2014 masih tetap sama," ujar Adjie. Sedangkan, Adjie menuturkan, Jokowi menjadi capres wacana karena maju tidaknya mantan Wali Kota Solo itu dalam bursa capres 2014 sangat tergantung pada keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.

Selain itu, Adjie menambahkan, masih ada perbedaan di internal PDIP perihal maju tidaknya Jokowi dalam Pilpres 2014. "Ada kelompok yang menginginkan Jokowi maju sebagai capres karena elektabilitasnya tinggi. Namun ada kelompok lain yang masih tetap menginginkan Megawati sebagai capres," katanya
http://berita.plasa.msn.com/nasional...-capres-wacana





Pasukan Siluman Bagi2 "Amplop" Bakal Ramaikan Pemilu 2014!
Tue, 29/10/2013 - 08:44 WIB

JAKARTA, RIMANEWS - Gerakan mencari perhatian kandidat calon presiden dan partai politik sudah memasuki persaingan keras lewat media online, khususnya media sosial. Pencitraan yang massif di ranah maya itu kian keras dan akan semakin ramai jelang pemilu 2014. Hal itu dikemukakan CEO Katapedia Deddy Rahman dalam jumpa pers 'Survei Popularitas, Citra, dan Elektabilitas Partai dan Calon Presiden' di Restaurant Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/10). Deddy mencontohkan, bagaimana serangan tim kandidat atau partai melalui perang komentar dengan akun yang berbeda dalam pemberitaan di portal berita atau sosial media. "Itu sangat mungkin terjadi. Bahkan sistem saling balas komentar itu tidak hanya dijalankan manusia, tapi sudah ada robot yang diprogram jika ada konten-konten yang dianggap negatif dan itu bisa digandakan," kata Deddy.

Lebih lanjut Deddy menuturkan, dalam Pilkada DKI Jakarta lalu hampir semua kandidat menggunakan sistem 'tim komentar siluman' dalam menyerang musuh-musuhnya di sosial media atau dalam portal berita. "Bahkan sistem penjawab otomatisnya bisa disetting dengan memprogram konten-konten yang dianggap negatif pada kandidatnya. Dulu saya menemukan saat Pilkada DKI Jakarta. Mesinnya itu memprogram kata-kata yang terkait Jakarta. Contohnya, ada orang komentar di portal berita atau di sosial media tentang kandidatnya yang negatif, mesin yang disetting itu membalas komentar itu dengan jawaban 'payah loe'. Tapi kemudian saya menemukan ada komentar yang bilang 'ayo ke Jakarta' dibalas juga dengan kata yang sama 'payah loe'. Itu janggal dan sudah ketahuan itu robot," ujar Deddy lebih lanjut.

Menurut Deddy perang komentar itu akan semakin seru dalam Pemilu 2014 nanti. Mulai dari perang komentar sang kandidat hingga partai. Meski begitu, menurut Deddy hal itu bukan masalah asal calon kandidat memiliki elektabilitas yang benar-benar nyata di lapangan. "Sebenarya itu berpengaruh kalau kandidat memiliki elektabilitas real yang tinggi di lapangan atau dunia nyata. Propaganda dan pembentukan citra di dunia online digunakan untuk meningkatkan nama kandidat di media online," kata Deddy.

Selain menggunakan akun palsu dan robot, menurut Deddy, juga membayar beberapa orang untuk men-share berita-berita terkait kandidat. Dalam penjelasan Deddy, orang itu ditugasnya untuk menaikkan rating kandidat melalui share berita. Deddy menyayangkan, media online banyak yang tidak mengecek parameter survei atau konfirmasi keaslian akun dalam rilis survei yang basisnya media sosial. Padahal itu akibatnya, bisa menggenjot elektabilitas tokoh atas cara-cara itu. "Tolong media online lebih teliti lagi dalam pemeringkatan elektabilitas partai atau kandidat yang basisnya dari sosial media. Cek dengan teliti, apakah itu robot atau semua peserta survei onliennye. Jangan kemudian setelah melihat itu sebagai tren, kemudian langsung membuat kesimpulan dalam pemberitaan akan elektabilitas kandidat atau partai," kata Deddy
http://www.rimanews.com/read/2013102...an-pemilu-2014

-------------------------------

Untuk membuktikan dugaan diatas, kita lihat saja pembaca dan komentator thread ini. Kalau dalam 2 jam ke depan, rasio pembaca kaskus (views) dan kaskuser yang komentar (Replies) melebihi 20%, itu tandanya memang ada pasukan siluman panastak manusia dan panastak robotik (spam) di media sosial kaskus ini.


emoticon-Ngakak
Diubah oleh as4madun 02-11-2013 09:10
0
7.9K
105
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan