- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
setelah situs trowulan terusik sekarang situs Setono Gedong untuk perluasan mesjid


TS
kusumadewa86
setelah situs trowulan terusik sekarang situs Setono Gedong untuk perluasan mesjid

sekilas tentang situs setono gedong
Quote:
Setono Gedong adalah sebuah komplek bangunan seluas 3 hektar yang berlokasi di antara pusat perbelanjaan, berada di area Masjid Aulia yang beralamat di Jl Doho Kota Kediri, tepatnya di seberang Stasiun KA Kediri.. Terdiri dari sebuah masjid, pendopo, serta areal pemakaman dimana bersemayam beberapa tokoh penting seperti Sunan Amangkurat Mas III. Diantara makam para tokoh itu, yang menjadi maskot utama adalah makam Mbah Wasil.
Berbicara tenang Situs Setono Gedong tidak akan terlepas dari legenda Sulaiman Al-Wasil Syamsudin atau Mbah Wasil. Ada beberapa teori mengenai latar belakang pendirian Situs Setono Gedong jika ditinjau dari legenda Mbah Wasil.
Versi I
Mbah Wasil dipercaya adalah seorang arab dari Mekah. Alkisah beliau akan dijadikan pemimpin negara setempat, tetapi beliau menolaknya, sebab ia lebih cinta pada Allah SWT. Kemudian beliau mengasingkan diri atau hijrah ke Indonesia, tepatnya di Desa Setono Gedong. Dalam kisahnya, Mbah Wasil hendak membangun masjid dalam waktu satu malam, tetapi disaat dini hari terdengar suara wanita yang memukul lesung menumbuk padi. Rencana Mbah Wasil pun urung terselesaikan, dan hasilnya hanyalah pondasi yang sampai saat ini masih ada.
Versi II
Mbah Wasil, sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli dimungkinkan adalah seorang ulama besar dari Persia yang datang ke Kediri untuk membahas kitab Musyarar atas undangan dari Raja Jayabaya. Tokoh inilah yang kemudian berupaya menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di Kediri. Sebagai seorang ulama besar atau tokoh penting yang berjasa mengembangkan Islam di Kediri maka wajar jika setelah meninggal beliau mendapat penghormatan yang tinggi dari masyarakat. Kompleks bangunan makam Setono Gedong merupakan salah satu wujud penghormatan yang diberikan oleh masyarakat terhadap jasa beliau dalam mengembangkan agama Islam di Kediri
Versi III
Mbah Wasil adalah tokoh penyebar agama Islam di Kediri yang hidup sejaman dengan para Wali Songo. Tokoh ini dimungkinkan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan seorang wali, yaitu Sunan Drajat yang merupakan putra kedua dari Sunan Ampel. Pendapat ini didasari oleh dua indikasi, pertama adanya kesamaan arsitektur bangunan dan ornamentasi yang terdapat di kompleks bangunan Setono Gedong dengan kompleks bangunan makam Sunan Drajad di Lamongan. Kedua, Istri Sunan Drajat adalah Retno Ayu Condro Sekar, seorang Putri Adipati Kediri yang bernama Suryo Adilogo
Namun demikian, tidak ada keterangan jelas kapan dan dimana beliau meninggal dunia. Pada batu nisannya hanya bertuliskan kaligrafi kalimat syahadat yang terbingkai dalam gambar matahari pijar. Riwayat asal-usul keluarganya serta waktu pasti kedatangannya di Kediri juga terdapat beberapa versi oleh para ahli. Hal tersebut tak mengurangi nama harum perjuangan mbah Wasil.
Kembali pada kisah Mbah Wasil, ketika beliau hendak membangun masjid dalam waktu satu malam, tetapi disaat dini hari terdengar suara wanita yang memukul lesung menumbuk padi. Dan rencana Mbah wasil urung terselesaikan. Hasilnya adalah hanya pondasi
yang sampai saat ini masih ada. Kurang lebih tahun 1897 masjid yang belum jadi itu pernah dijadikan tempat ibadah penduduk setempat. Dan pada tahun 1967 oleh takmir, depannya masjid dibangun masjid yang diberi nama Masjid Aulia’ Setono Gedong. Konon saat penggalian pondasi masjid Aulia’ ditemukan menara berukir relief Garuda, dan ternyata gambar tersebut akhirya menjadi lambang negara kita.
Meski hingga hingga kini latar belakang sejarah mengenai Situs Setono Gedong masih menjadi perdebatan. Terlepas dari perdebatan-perdebatan tersebut, Situs Setono Gedong adalah saksi perkembangan sejarah di kota Kediri yang masih dapat kita saksikan hingga sekarang.
Berbicara tenang Situs Setono Gedong tidak akan terlepas dari legenda Sulaiman Al-Wasil Syamsudin atau Mbah Wasil. Ada beberapa teori mengenai latar belakang pendirian Situs Setono Gedong jika ditinjau dari legenda Mbah Wasil.
Versi I
Mbah Wasil dipercaya adalah seorang arab dari Mekah. Alkisah beliau akan dijadikan pemimpin negara setempat, tetapi beliau menolaknya, sebab ia lebih cinta pada Allah SWT. Kemudian beliau mengasingkan diri atau hijrah ke Indonesia, tepatnya di Desa Setono Gedong. Dalam kisahnya, Mbah Wasil hendak membangun masjid dalam waktu satu malam, tetapi disaat dini hari terdengar suara wanita yang memukul lesung menumbuk padi. Rencana Mbah Wasil pun urung terselesaikan, dan hasilnya hanyalah pondasi yang sampai saat ini masih ada.
Versi II
Mbah Wasil, sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli dimungkinkan adalah seorang ulama besar dari Persia yang datang ke Kediri untuk membahas kitab Musyarar atas undangan dari Raja Jayabaya. Tokoh inilah yang kemudian berupaya menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di Kediri. Sebagai seorang ulama besar atau tokoh penting yang berjasa mengembangkan Islam di Kediri maka wajar jika setelah meninggal beliau mendapat penghormatan yang tinggi dari masyarakat. Kompleks bangunan makam Setono Gedong merupakan salah satu wujud penghormatan yang diberikan oleh masyarakat terhadap jasa beliau dalam mengembangkan agama Islam di Kediri
Versi III
Mbah Wasil adalah tokoh penyebar agama Islam di Kediri yang hidup sejaman dengan para Wali Songo. Tokoh ini dimungkinkan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan seorang wali, yaitu Sunan Drajat yang merupakan putra kedua dari Sunan Ampel. Pendapat ini didasari oleh dua indikasi, pertama adanya kesamaan arsitektur bangunan dan ornamentasi yang terdapat di kompleks bangunan Setono Gedong dengan kompleks bangunan makam Sunan Drajad di Lamongan. Kedua, Istri Sunan Drajat adalah Retno Ayu Condro Sekar, seorang Putri Adipati Kediri yang bernama Suryo Adilogo
Namun demikian, tidak ada keterangan jelas kapan dan dimana beliau meninggal dunia. Pada batu nisannya hanya bertuliskan kaligrafi kalimat syahadat yang terbingkai dalam gambar matahari pijar. Riwayat asal-usul keluarganya serta waktu pasti kedatangannya di Kediri juga terdapat beberapa versi oleh para ahli. Hal tersebut tak mengurangi nama harum perjuangan mbah Wasil.
Kembali pada kisah Mbah Wasil, ketika beliau hendak membangun masjid dalam waktu satu malam, tetapi disaat dini hari terdengar suara wanita yang memukul lesung menumbuk padi. Dan rencana Mbah wasil urung terselesaikan. Hasilnya adalah hanya pondasi
yang sampai saat ini masih ada. Kurang lebih tahun 1897 masjid yang belum jadi itu pernah dijadikan tempat ibadah penduduk setempat. Dan pada tahun 1967 oleh takmir, depannya masjid dibangun masjid yang diberi nama Masjid Aulia’ Setono Gedong. Konon saat penggalian pondasi masjid Aulia’ ditemukan menara berukir relief Garuda, dan ternyata gambar tersebut akhirya menjadi lambang negara kita.
Meski hingga hingga kini latar belakang sejarah mengenai Situs Setono Gedong masih menjadi perdebatan. Terlepas dari perdebatan-perdebatan tersebut, Situs Setono Gedong adalah saksi perkembangan sejarah di kota Kediri yang masih dapat kita saksikan hingga sekarang.
perluasan mesjid
Quote:
SURYA Online, KEDIRI-Rencana pemugaran Masjid Auliya, Kota Kediri dikhawatirkan bakal mengancam kelestarian situs sejarah Setono Gedong. Masalahnya panitia sudah melakukan penggalian untuk memasang rangka besi tembok di samping bangunan pendopo.
Pantauan Surya Online Jumat (8/11/2013), rangka besi untuk bangunan tembok itu malahan sudah terpasang. Ada beberapa titik tiang yang akan menjadi penyangga bangunan tembok keliling. Panitia terlebih dahulu membenahi bangunan pendopo yang ada di barat masjid. Rencananya selama dipugar, pendopo akan difungsikan untuk masjid sementara.
Pihak Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jatim sebenarnya telah memasang papan peringatan larangan pembongkaran. Malahan pada papan peringatan tertulis jelas larangan mengubah atau memindahkan tanpa seizin pemerintah. Disebutkan juga ancaman hukuman 10 tahun penjara atau denda maksimal Rp 100 juta bagi pelakunya.
Komunitas Pelestari sejarah dan budaya Kediri (Pasak) menyesalkan adanya rencana perluasan masjid yang mengancam kelestarian situs sejarah di Setono Gedong.
"Kami khawatir perluasan dan pembangunan masjid yang tidak dikonsultasikan dengan BPCB Trowolan akan merusak situs yang ada di Setono Gedong," jelas Ahmad Mubarok, pegiat Pasak kepada Surya.
Komunitas Pasak saat ini tengah menyusun gerakan untuk menyelamatkan situs Setono Gedong yang merupakan peninggalan Kerajaan Kahuripan Kediri. "Kami berharap pembangunan masjid tetap memperhatikan pelestarian budaya," tandasnya.
Dari hasil investigasi Pasak, pihak pelaksana pembangunan malahan sudah bertindak jauj melakukan penggalian di barat masjid. Termasuk di sekitar batu lingga yoni dimana ada lambang garuda juga sudah digali. "Keterangan yang kami peroleh pembongkaran ini belum mendapat izin," ungkapnya.
Pantauan Surya Online Jumat (8/11/2013), rangka besi untuk bangunan tembok itu malahan sudah terpasang. Ada beberapa titik tiang yang akan menjadi penyangga bangunan tembok keliling. Panitia terlebih dahulu membenahi bangunan pendopo yang ada di barat masjid. Rencananya selama dipugar, pendopo akan difungsikan untuk masjid sementara.
Pihak Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jatim sebenarnya telah memasang papan peringatan larangan pembongkaran. Malahan pada papan peringatan tertulis jelas larangan mengubah atau memindahkan tanpa seizin pemerintah. Disebutkan juga ancaman hukuman 10 tahun penjara atau denda maksimal Rp 100 juta bagi pelakunya.
Komunitas Pelestari sejarah dan budaya Kediri (Pasak) menyesalkan adanya rencana perluasan masjid yang mengancam kelestarian situs sejarah di Setono Gedong.
"Kami khawatir perluasan dan pembangunan masjid yang tidak dikonsultasikan dengan BPCB Trowolan akan merusak situs yang ada di Setono Gedong," jelas Ahmad Mubarok, pegiat Pasak kepada Surya.
Komunitas Pasak saat ini tengah menyusun gerakan untuk menyelamatkan situs Setono Gedong yang merupakan peninggalan Kerajaan Kahuripan Kediri. "Kami berharap pembangunan masjid tetap memperhatikan pelestarian budaya," tandasnya.
Dari hasil investigasi Pasak, pihak pelaksana pembangunan malahan sudah bertindak jauj melakukan penggalian di barat masjid. Termasuk di sekitar batu lingga yoni dimana ada lambang garuda juga sudah digali. "Keterangan yang kami peroleh pembongkaran ini belum mendapat izin," ungkapnya.
Quote:
Kondisi situs Setono Gedong yang rusak akibat perluasan masjid












sumber 1
sumber 2
sumber 3
Diubah oleh kusumadewa86 09-11-2013 14:18
0
5.5K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan