- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pesan Terakhir...Bapak selamat jalan
TS
nugra1107
Pesan Terakhir...Bapak selamat jalan
Pernahkah agan-agan melihat seseorang yang berjuang menghadapi kematian?
Atau istilahnya sakarotul maut..
Bagaimana rasanya ketika kita melihat orang terdekat menghadapinya?
Ane di sini mau cerita pesan terakhir bapak saat hari-harinya menghadapi kematian..
Maaf kalau tulisannya berantakan, maklum jarang bikin thread..
Sore itu, Bogor, 25 Februari 2013.. saat kulihat layar Hpku sudah ada enam miscall dari kakak. Entah kenapa setelah melihatnya, seketika tubuhku menegang, ada firasat buruk datang.
Saat sudah berhasil menghubungi kakakku, Firasatku benar, tiba-tiba bapakku koma.
Sore itu kabar yang kudengar adalah bapak tiba-tiba teriak menyebut lafal Allah berkali-kali dari pagi jam 9 sampai saat ane ditelpon kakak. Ane udah setengah sadar ketika mendengar kabar itu. Kebetulan keluarga ane ada di Jepara dan ane kerja di Bogor. Singkat cerita ane bisa balik baru Selasa paginya.
Sampai di rumah, bapak sudah seperti orang tidur hanya hembusan napasnya yang menandakan bahwa bapak masih ada. Saat itu ane hanya berharap bahwa Allah memberi kesempatan terakhir agar aku bisa mendengar suara bapak. Ane pingin minta maaf, pengen bilang terima kasih. Ketika ane ngomong di telinganya tidak ada respon apapun dan saat itu hati ane bener-bener hancur. hanya membacakan ayat-ayat Alquran yang bisa ane lakukan dan tetap tidak ada respon apapun dari beliau.
Sampai Rabu siang, bapak masih tidak bergerak. Hanya sesekali terlihat dari bibirnya seperti menyebut AllahuAkbar. Rabu sore, kakak dan adik dari bapak datang dari Klaten. Kita semua mendoakan yang terbaik yang diberikan Allah. Saat itu, tiba-tiba beliau sadar dari “tidurnya”. Beliau minta minum, berbicara seperti biasanya, tetapi tatapan matanya sudah berbeda.
Setelah sadar beliau mencari ibu, Beliau minta maaf dan bilang terima kasih telah sabar merawat ayah 10 tahun dalam kelumpuhannya. Saat ibu menuntun ayah untuk menyebut asmanya, Bapak justru seakan-akan menuntun kita untuk selalu berdoa dan mohon ampunannya.
“Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dosa-dosa istriku, dosa-dosa anakku, dosa-dosa saudaraku, dosa-dosa teman-temanku..”
“Astaghfirullah “ ----------------------itulah yang sering terucap dari Bapak saat dia sadar dan ibu disuruh mengikuti kata-kata bapak, ane dan kakak juga diajak untuk mengucapkannya.
Rabu sore bapakku tidak ingin ditinggal.
Setelah mengatakan itu, tiba-tiba bapak seperti tertidur kembali tetapi terdengar dengkuran yang berbeda. Dengkuran orang yang nafasnya sudah susah.
Semalaman kami terjaga, Bapak masih sadar dan tidak sadar. Saat beliau bangun tiba-berkata kepada ibu “sudah waktunya aku pulang bu, mungkin sehari atau dua hari lagi, itu aku udah lihat orang naik sepeda mau menjemput.”
Ketika hanya aku yang menemani, beliau tiba-tiba sadar dan berpesan kalau ane harus baik-baik ke pakdheku yang di Bojonegoro karena beliaulah yang kelak jadi waliku ketika menikah. Subhanallah sekali, Bapakku dikeadaannya yang diujung maut masih memberi nasihat yang luar biasa. Sedekah adalah kata yang tak pernah lepas dari nasihatnya.
Kamis pagi, beliau ingin saudara semua berkumpul untuk pamitan, minta maaf, dan bilang terima kasih.... katanya jangan nangis ketika aku bener-bener pergi. Seteklah bertemu dengan semua saudara bapak terlelap dalam “tidurnya”. Hanya sesekali terdengar lafal Alfatihah yang terpotong potong dari mulutnya.
Semakin lama nafasnya semakin terasa berat. Terdengar seperti orang yang mendengkur tapi begitu susahnya untuk kembali menarik nafas.
Jumat sore banyak tetangga dan saudara yang berkumpul untuk menjaga ayah untuk sekedar mendoakan. Karena nafas yang semakin berat. Pada akhirnya Sabtu dini hari bapak menghembuskan napas terakhirnya dengan desisan yang terdengar seperti lafal Allah.
Ayah ane masih bisa berpesan tentang kita harus minta ampun kepadaNya, berbagi dengan yang lain. Pesan terakhir yang berupa amanah, semoga ane bisa menjaga amanah beliau.
Ane nulis ini sambil mengingat semua jasa Bapak ane semasa hidupnya. Nasihatnya, Marahnya karena anakny yg kelewat bandel. Semoga Allah memberikan terbaik buat Bapak TS.
Ini cerita yang TS alami sendiri, ane Cuma ingin berbagi kisah agar kita semua tahu bahwa kita semua akan kembali padaNya.
Hanya saja, kita sudah membawa bekal yang cukup atau tidak...
Atau istilahnya sakarotul maut..
Bagaimana rasanya ketika kita melihat orang terdekat menghadapinya?
Ane di sini mau cerita pesan terakhir bapak saat hari-harinya menghadapi kematian..
Maaf kalau tulisannya berantakan, maklum jarang bikin thread..
Spoiler for Pesan terakhir:
Sore itu, Bogor, 25 Februari 2013.. saat kulihat layar Hpku sudah ada enam miscall dari kakak. Entah kenapa setelah melihatnya, seketika tubuhku menegang, ada firasat buruk datang.
Saat sudah berhasil menghubungi kakakku, Firasatku benar, tiba-tiba bapakku koma.Sore itu kabar yang kudengar adalah bapak tiba-tiba teriak menyebut lafal Allah berkali-kali dari pagi jam 9 sampai saat ane ditelpon kakak. Ane udah setengah sadar ketika mendengar kabar itu. Kebetulan keluarga ane ada di Jepara dan ane kerja di Bogor. Singkat cerita ane bisa balik baru Selasa paginya.
Sampai di rumah, bapak sudah seperti orang tidur hanya hembusan napasnya yang menandakan bahwa bapak masih ada. Saat itu ane hanya berharap bahwa Allah memberi kesempatan terakhir agar aku bisa mendengar suara bapak. Ane pingin minta maaf, pengen bilang terima kasih. Ketika ane ngomong di telinganya tidak ada respon apapun dan saat itu hati ane bener-bener hancur. hanya membacakan ayat-ayat Alquran yang bisa ane lakukan dan tetap tidak ada respon apapun dari beliau.
Sampai Rabu siang, bapak masih tidak bergerak. Hanya sesekali terlihat dari bibirnya seperti menyebut AllahuAkbar. Rabu sore, kakak dan adik dari bapak datang dari Klaten. Kita semua mendoakan yang terbaik yang diberikan Allah. Saat itu, tiba-tiba beliau sadar dari “tidurnya”. Beliau minta minum, berbicara seperti biasanya, tetapi tatapan matanya sudah berbeda.
Setelah sadar beliau mencari ibu, Beliau minta maaf dan bilang terima kasih telah sabar merawat ayah 10 tahun dalam kelumpuhannya. Saat ibu menuntun ayah untuk menyebut asmanya, Bapak justru seakan-akan menuntun kita untuk selalu berdoa dan mohon ampunannya.
“Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dosa-dosa istriku, dosa-dosa anakku, dosa-dosa saudaraku, dosa-dosa teman-temanku..”
“Astaghfirullah “ ----------------------itulah yang sering terucap dari Bapak saat dia sadar dan ibu disuruh mengikuti kata-kata bapak, ane dan kakak juga diajak untuk mengucapkannya.
Rabu sore bapakku tidak ingin ditinggal.
Setelah mengatakan itu, tiba-tiba bapak seperti tertidur kembali tetapi terdengar dengkuran yang berbeda. Dengkuran orang yang nafasnya sudah susah.
Semalaman kami terjaga, Bapak masih sadar dan tidak sadar. Saat beliau bangun tiba-berkata kepada ibu “sudah waktunya aku pulang bu, mungkin sehari atau dua hari lagi, itu aku udah lihat orang naik sepeda mau menjemput.”
Ketika hanya aku yang menemani, beliau tiba-tiba sadar dan berpesan kalau ane harus baik-baik ke pakdheku yang di Bojonegoro karena beliaulah yang kelak jadi waliku ketika menikah. Subhanallah sekali, Bapakku dikeadaannya yang diujung maut masih memberi nasihat yang luar biasa. Sedekah adalah kata yang tak pernah lepas dari nasihatnya.
Kamis pagi, beliau ingin saudara semua berkumpul untuk pamitan, minta maaf, dan bilang terima kasih.... katanya jangan nangis ketika aku bener-bener pergi. Seteklah bertemu dengan semua saudara bapak terlelap dalam “tidurnya”. Hanya sesekali terdengar lafal Alfatihah yang terpotong potong dari mulutnya.
Semakin lama nafasnya semakin terasa berat. Terdengar seperti orang yang mendengkur tapi begitu susahnya untuk kembali menarik nafas.
Jumat sore banyak tetangga dan saudara yang berkumpul untuk menjaga ayah untuk sekedar mendoakan. Karena nafas yang semakin berat. Pada akhirnya Sabtu dini hari bapak menghembuskan napas terakhirnya dengan desisan yang terdengar seperti lafal Allah.
Ayah ane masih bisa berpesan tentang kita harus minta ampun kepadaNya, berbagi dengan yang lain. Pesan terakhir yang berupa amanah, semoga ane bisa menjaga amanah beliau.
Ane nulis ini sambil mengingat semua jasa Bapak ane semasa hidupnya. Nasihatnya, Marahnya karena anakny yg kelewat bandel. Semoga Allah memberikan terbaik buat Bapak TS.
Ini cerita yang TS alami sendiri, ane Cuma ingin berbagi kisah agar kita semua tahu bahwa kita semua akan kembali padaNya.
Hanya saja, kita sudah membawa bekal yang cukup atau tidak...
Diubah oleh nugra1107 06-11-2013 23:25
tien212700 memberi reputasi
1
2.5K
44
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan