Quote:
Quote:
Jakarta - Lelah seharian berkeliling ibukota, membuat langkah Suhardi terasa mulai berat. Bermandikan keringat, Suhardi beristirahat sejenak di depan kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat.
Ia menatap nanar barang dagangannya berupa batu asahan yang masih tersisa banyak. Suhardi pun beristirahat sembari tetap menjajakan jualannya di trotoar Jalan Medan Merdeka Barat.
Hari ini ia membawa 20 batu yang digunakan untuk mempertajam pisau dapur dan sebaginya itu. Masing-masing batu seberat kira-kira 0,5 kg. Hingga senja terlihat di barat, tak lebih dari 3 buah batu asahan yang sudah berpindah tangan ke pembeli. Beralaskan sandal jepit dan handuk kecil, Suhardi keliling Jakarta menjajakan barangnya tak kenal lelah.
"Satunya saya jual Rp 15 ribu, kadang ada juga yang nawar Rp 12.500," tutur pria 60 tahun itu kepada detikcom di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2013) sore.
Batu asahan itu ia bawa langsung dari tanah kelahirannya di kecamatan Cigudeg yang berjarak sekitar 20 km sebelah barat kota Bogor, Jawa Barat. Ia membeli batu asahan sebanyak 20 buah dengan harga Rp 95 ribu ke Koperasi Unit Desa (KUD) di sekitar tempat tinggalnya.
Batu asahan merupakan satu-satunya komoditi yang menjadi sandaran hidupnya. Dengan penghasilan pas-pasan ia masih harus menghidupi satu istri dan dua anaknya.
"Anak saya ada lima, tapi 3 sudah mandiri, bisa cari uang sendiri. Sisa 2 orang, satu SMP dan satu lagi SMA," ujarnya dengan tersenyum.
Suhardi mungkin bukan satu-satunya yang mencari rezeki dengan merantau ke ibukota. Namun, usahanya layak diberi apresiasi dengan tetap memilih jalan yang halal untuk mencari uang.
"Mau ganti usaha, tapi susah mencari," ucap Suhardi tegar.
Sumber : [url]http://news.detik..com/read/2013/10/28/180932/2397694/10/kisah-suhardi-jalan-kaki-keliling-jakarta-menjajakan-batu-asahan-pisau?9911012[/url]