Kemarahan bu Ani Yudhoyono di Instagram terkait foto keluarganya yang mengenakan pakaian batik saat bertamasya di Pantai Klayar, Desa Sendang, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan sudah diketahui publik. Terutama publik yang akrab dengan media sosial.

Terhadap kemarahan itu, publik kini cenderung berada di belakang ibu Ani. Sebaliknya, follower yang dikatakan bodoh oleh ibu Negara makin dibodoh-bodohkan follower lainnya. Dan hampir pasti follower wanita nomor satu di Indonesia itu terus bertambah.

Pada Kamis (17/10) pukul 24.00 wib, follower instagram Aniyudhoyono mencapai sekitar 129k atau 129.000. Jumat (18/10) pagi harinya sudah menjadi 130k. Jumlah itu sangat besar dibanding foto yang sudah diupload yang hanya sekitar 445 foto. Sedang akun yang diikutinya hanya tiga orang, yakni Buzz_24 dan Ruby-26 keduanya milik Edhiebaskoro alias Ibas serta Boneka milik Annisa Pohan, menantu bu Ani.

Nah, selain hobi memotret, Bu Ani juga hobi mengoleksi kain batik. Ia bahkan sudah pernah beberapa kali menggelar koleksinya, baik di dalam negeri maupun luar negeri, diantaranya di New York (Juli 2009) dan Beijin (Mei 2012).

Suatu hari saat melakukan kunjungan ke Magetan, Jawa Timur bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bu Ani terkesima dengan batik Sidomukti. Dimatanya, batik Sidomukti memiliki daya tarik sendiri. Khususnya motif pring sedapur. Saat itu juga ia memborong semua batik Sidomukti yang tengah dipamerkan.

Hampir satu jam ia tak beranjak dari lokasi pameran. Ia tetap di lokasi pameran meskipun rombongan presiden melanjutkan peninjauan di sebelah yang memperlihatkan sebuah becak tenaga surya buatan dari anak STM PGRI 2 Ponorogo. Selain memperhatikan keunggulan batik-batik tersebut, tak lupa bu Ani pun mengabadikannya dengan kamera.

Saking cinta dan penghayatannya yang sangat mendalam terhadap batik, Bu Ani pun sudah menerbitkan sebuah buku berjudul Batikku Pengabdian Cinta Tak Berkata yang dicetak Gramedia. Buku setebal 243 halaman tersebut berisi lengkap tentang beragam jenis batik dan sejarahnya, dan tentu saja koleksi foto dan batik bu Ani.

Dari buku ini, yang saya baca melalui epaper, kita bisa menyaksikan betapa kain batik bukan hanya berasal dari Pekalongan atau Pasar Klewer (Solo) dan Beringharjo (Yogjakarta), tapi juga tersebar di seluruh Nusantara dengan berbagai keragamannya. Ada ragam batik Betawi, Garut, Tasikmalaya, Indramayu, Cirebon, Pekalongan, Banyumas, Purworejo, Jogyakarta, Surakarta, Sragen, Pacitan, Lasem, Tuban, dan Madura.

Dari buku ini kita juga jadi tahu betapa kain tersebut sudah akrab dengan Bu Ani sejak kecil. Ibunya (Sunarti Sri Hadiyah) telah menjadikan batik dalam keseharian seperti sebagai taplak, bed cover, atau baju daster. Ayahnya (Sarwo Edhie Wibowo), juga kerap meminta Bu Ani dan dua saudara perempuannya mengenakan batik saat acara sungkeman keluarga di hari Lebaran.

Batik juga telah menjadi bagian dari sejarah penting dalam kehidupan rumah tangganya dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat menikah dengan orang nomor satu di negeri ini, Ani juga mengenakan kain batik yang menjadi koleksi ibunya.

“Kami dinikahkan tiga pasang sekaligus, kakak, saya, dan adik saya. Bayangkan, betapa hebohnya waktu itu. Ayah yang saat itu menjadi Duta Besar di Korea Selatan tidak mungkin bolak-balik pulang ke Indonesia karena tidak enak sama Presiden,” paparnya dalam buku tersebut.

Melihat bagaimana Bu Ani menjiwai kain batik sebagai keseharian dan identitas bangsa, maka bisa dipahami kemarahannya di Instagram. Saat itu ia bersama Pak SBY, anak, menantu, dan cucu, kompak mengenakan batik, lalu mampir sebentar di Pantai Klayar, Pacitan. Eh, ada yang menganggap aneh.

“Baju batik sudah dikenakan di mana-mana, bukan hanya untuk acara resmi saja, namun juga acara setengah resmi, bahkan santai,” tulis Ani Yudhoyono.

Original Post: http://sosok.kompasiana.com/2013/10/...m--601546.html

TULISAN TERKAIT: http://halsatu.com/promosi-keindahan...ani-yudhoyoni/