Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

DonkpretzAvatar border
TS
Donkpretz
Jejak Kejayaan Uni Soviet di Jakarta
Jejak Kejayaan Uni Soviet di Jakarta
Patung Pancoran terlihat berdiri tegak dikelilingi kendaraan yang berlalu lalang pada 1970. Patung ini merupakan sisa kejayaan Soviet di Jakarta.(istimewa)


VIVAnews- Sudah menjadi rahasia umum bahwa mantan Presiden Soekarno sangat mengagumi aliran sosialisme Uni Soviet. Wujud kekagumannya kemudian dituangkan ke dalam beberapa bangunan di Jakarta yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Russia Beyond the Headlinesedisi awal Oktober lalu menunjukkan beberapa bangunan rata-rata terletak di Jakarta bagian selatan. Setidaknya ada lima bangunan berupa patung yang menunjukkan kedekatan hubungan kedua negara pada waktu itu.

Lima bangunan tersebut yakni Tugu Tani, Patung Pancoran, Patung Pemuda, Monumen Nasional dan yang termegah, Komplek Stadion Gelora Bung Karno. Keempatnya mencerminkan gaya Soviet yang kental realisme.

Patung Pemuda merupakan salah satu contoh aliran realisme terbaik yang pernah dibangun. Patung besar yang terletak di Bunderan Senayan itu dibangun sebagai simbol kontribusi kaum muda terhadap pembangunan negeri ini.

Monumen tersebut menggambarkan badan pemuda yang setengah telanjang dan tengah memegang piring berupa api abadi. Api abadi ini melambangkan semangat abadi kaum muda.

Sama seperti di Rusia, di mana kamu mudanya kerap menjadikan lelucon beberapa patung era Soviet, simbol abadi kaum muda ini juga kerap dirujuk sebagai "Manusia Pizza".

Sementara untuk patung tani yang berdiri tegak di daerah Cikini, menggambarkan pejuang Kemerdekaan Indonesia yang siap menghancurkan tentara koloniliasme Belanda dan membebaskan negerinya dari cengkraman penjajah.
Perjuangannya itu didukung sang ibu.

Tugu ini disebut RBTH merupakan monumen yang memiliki koneksi terkuat dengan Rusia. Patung perunggu ini merupakan karya pematung asal Rusia, Matvey Manizer dan dianggap sebagai karyanya yang paling terkenal di Benua Asia.

Manizer membuat patung tersebut karena mendapat permintaan khusus dari Bung Karno. Saat itu Bung Karno ingin membuat sebuah monumen demi memperingati perjuangan untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Maka, jadilah Manizer dan keluarga bertandang ke Pulau Jawa di awal tahun 1960an.

Pembuatan patung Tani, tulis RBTH, terinspirasi dari cerita seorang ibu yang mendukung putranya saat berjuang meraih kemerdekaan. Namun di saat yang bersamaan, dia juga diminta untuk selalu mengingat kedua orang tuanya. Setelah selesai dibuat, patung bergaya komunis itu kemudian dikirim ke Indonesia sebagai hadiah untuk Bung Karno.

Lain lagi dengan kisah di balik pembuatan patung Pancoran. Bung Karno diketahui juga mengagumi industri penerbangan milik Uni Soviet.

Maka jadilah patung seorang pria setinggi 11 meter dan tengah menunjuk ke arah utara Jakarta. Saat itu banda udara pertama di Jakarta masih berada di Kemayoran, Jakarta Utara.

Ide dari patung itu sederhana, ingin menggambarkan kejayaan negeri ini di bidang penerbangan.
Ikon kota Jakarta yang terkenal, yakni Monumen Nasional dan Lapangan Merdeka dianggap turut memiliki kesamaan karya publik dengan yang terdapat di Uni Soveit. Di sekitar monumen setinggi 132 meter itu, terdapat relief yang menggambarkan perjuangan para pejuang Indonesia meraih kemerdekaan.

Hal serupa mirip dengan karya seni publik di Uni Soviet yang menggambarkan sejarah dan narasi politik. Sementara Lapangan Merdeka, memiliki nilai dan fungsi serupa dengan Lapangan Merah dan Kremlin di Rusia.

Walau monumen Indonesia tidak termasuk bangunan kuno, tetapi puncak kursi kekuasaan terletak tidak jauh dari Monas.

Jejak Rusia dan Uni Soviet paling jelas terlihat di Komplek Gedung Gelora Bung Karno yang menjadi fasilitas olah raga terbesar dan tertua di Indonesia. Sebagian dana pembangunan bangunan itu diperoleh dari Uni Soviet.

Saat itu Uni Soviet memberikan perpanjangan pinjaman khusus bagi Indonesia senilai US$12,5 juta atau Rp141 miliar. Kendati Bung Karno sendiri yang mendesain bangunan itu, namun tetap dibantu tenaga arsitek dan kontraktor dari Soviet.

Gelora Bung Karno dibangun sebagai tempat penyelenggaraan Asian Games tahun 1962 silam. Stadion utamanya didesain dapat menampung hingga 100 ribu penonton, mirip dengan Stadion Luzhniki yang ada di ibukota Moskow, Rusia.

Ide pembuatan komplek gedung olah raga ini bermula ketika Bung Karno berpidato di Luzhniki tahun 1956 silam. Saat itu Bung Karno sangat terkesan dengan stadion tersebut dan ingin Indonesia memiliki komplek yang sama. (eh)

Artikel ini merupakan kerjasama antara VIVAnews dengan Russia Beyond The Headlines

persahabatan yang berbeda pandangan politik..

Quote:


Quote:




Diubah oleh Donkpretz 19-10-2013 19:55
0
12.3K
54
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan