- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Contoh Hidup Pengorbanan


TS
kemalmahendra
Contoh Hidup Pengorbanan
Maha Besar Allah. Tidak henti-hentinya kita menyebut nama-Nya, karena petunjuk hidup yang diberikan menjadi penerang bagi hidup kita. Tuhan tidak hanya memberi petunjuk secara tertulis di dalam kitab suci, tetapi juga contoh-contoh nyata yang bisa kita jadikan pelajaran yang hidup.
Nabi Ibrahim merupakan contoh hidup dari petunjuk yang bisa menjadi pembelajaran kita bersama. Perintah pengorbanan yang dimintakan Allah kepada Nabi Ibrahim merupakan contoh ketaatan dan ketakwaan yang tidak bisa ditawar-tawar.
Nabi Ibrahim merupakan nabi dari semua agama yang ada sekarang ini. Mulai dari Yahudi, Kristen, dan Islam menjadikan Nabi Ibrahim sebagai contoh sebuah ketaatan kepada Sang Pencipta. Nabi Ibrahim dan juga Nabi Ismail tidak pernah memiliki keraguan sedikit pun ketika diminta berkurban oleh Yang Maha Kuasa.
Tidak tanggung-tanggung pengurbanan yang dimintakan adalah putra kesayangannya sendiri. Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita semua, tidak ada kecintaan yang lebih tinggi daripada kecintaan kepada Allah Yang Maha Besar.
Memang tidak mudah untuk mengikuti jalan yang dilakukan Nabi Ibrahim. Pada kita seringkali kecintaan kepada kebendaan membuat kita lupa akan esensi yang lebih penting dari kehidupan yang hanya sementara ini.
Akibatnya, potret kehidupan yang kita lihat sekarang ini justru lebih sering mempertontonkan kedustaan. Orang berani untuk mengambil apa yang bukan haknya, hanya karena dorongan untuk mendapatkan kenikmatan hidup.
Kita lihat saja apa yang dialami Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Demi untuk mengejar kehidupan yang bergelimang harta, ia berani untuk mempertaruhkan nama baik dan jabatannya. Ia mau menerima tamu yang datang malam-malam ke rumahnya, karena mereka akan memberikan uang kepadanya.
Dengan uang-uang itu, ia berharap bisa bergaya seperti orang-orang kayanya lain. Namun rupanya ia tetap takut kekayaan yang dimilikinya dipertanyakan orang. Maka ia pun mencoba mengakali dengan mengatasnamakan mobil mewah yang dibelinya, dengan nama sopirnya bernama Daryono.
Orang seperti Akil Mochtar rupanya lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan. Dengan cara itu, Ia memang bisa menutupi kebohongannya kepada orang lain, tetapi sebenarnya ia tidak mungkin bersembunyi dari Tuhan Yang Maha Tahu.
Momentum Idul Adha merupakan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Lebih dari sekadar pengurbanan sapi atau kambing yang biasa kita lakukan pada perayaan Idul Adha, adalah kemauan kita untuk mengurbankan nafsu keserakahan yang ada pada diri kita.
Berbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini, pangkal persoalannya terletak pada keserakahan. Kita telah berubah menjadi bangsa yang mendambakan kebendaan dan sepertinya kit tidak pernah ada puasnya untuk mengumpulkan harta kekayaan itu.
Tidak usah heran apabila yang kemudian muncul adalah ketamakan. Bagaimana tidak kalau seorang pejabat negara seperti Kepala Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas yang mendapatkan gaji sampai Rp 250 juta per bulan, masih merasa bahwa pendapatannya kurang. Ia masih juga mau menerima sogokan hanya demi mengejar kekayaan yang semakin menggunung.
Padahal Para Pendiri Bangsa ini rela mengorbankan kehidupan yang lebih baik hanya demi Indonesia Merdeka. Kalau Bung Hatta hanya sekadar mencari kekayaan pribadi, maka pasti ia akan memilih hidup di Belanda setelah menyelesaikan sekolahnya di sana. Namun Bung Hatta memilih pulang dan hidup bersahaja, karena ia ingin melihat bangsanya hidup dalam kemerdekaan.
Mengapa cita-cita kemerdekaan yang begitu mulia dikhianati oleh para penerusnya. Para pejabat negara sekarang ini bukan berlomba-lomba menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya, tetapi justru cepat-cepat mengeruk kekayaan untuk kantongnya sendiri-sendiri.
Kalau Bapak Bangsa mau berkorban kepada negerinya, maka mereka sebenarnya mengikuti jejak Nabi Ibrahim untuk berkurban kepada Sang Maha Pencipta. Itulah esensi yang harus bisa kita jalankan ketika merayakan Idul Adha. Semangat berkurban harus lebih diutamakan daripada kerakusan untuk memperkaya diri sendiri.
Selamat Idul Adha. Selamat Idul Kurban. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang berakhlak mulia seperti halnya Nabi Ibrahim yang begitu patuh kepada Yang Maha Kuasa.
Nabi Ibrahim merupakan contoh hidup dari petunjuk yang bisa menjadi pembelajaran kita bersama. Perintah pengorbanan yang dimintakan Allah kepada Nabi Ibrahim merupakan contoh ketaatan dan ketakwaan yang tidak bisa ditawar-tawar.
Nabi Ibrahim merupakan nabi dari semua agama yang ada sekarang ini. Mulai dari Yahudi, Kristen, dan Islam menjadikan Nabi Ibrahim sebagai contoh sebuah ketaatan kepada Sang Pencipta. Nabi Ibrahim dan juga Nabi Ismail tidak pernah memiliki keraguan sedikit pun ketika diminta berkurban oleh Yang Maha Kuasa.
Tidak tanggung-tanggung pengurbanan yang dimintakan adalah putra kesayangannya sendiri. Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita semua, tidak ada kecintaan yang lebih tinggi daripada kecintaan kepada Allah Yang Maha Besar.
Memang tidak mudah untuk mengikuti jalan yang dilakukan Nabi Ibrahim. Pada kita seringkali kecintaan kepada kebendaan membuat kita lupa akan esensi yang lebih penting dari kehidupan yang hanya sementara ini.
Akibatnya, potret kehidupan yang kita lihat sekarang ini justru lebih sering mempertontonkan kedustaan. Orang berani untuk mengambil apa yang bukan haknya, hanya karena dorongan untuk mendapatkan kenikmatan hidup.
Kita lihat saja apa yang dialami Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Demi untuk mengejar kehidupan yang bergelimang harta, ia berani untuk mempertaruhkan nama baik dan jabatannya. Ia mau menerima tamu yang datang malam-malam ke rumahnya, karena mereka akan memberikan uang kepadanya.
Dengan uang-uang itu, ia berharap bisa bergaya seperti orang-orang kayanya lain. Namun rupanya ia tetap takut kekayaan yang dimilikinya dipertanyakan orang. Maka ia pun mencoba mengakali dengan mengatasnamakan mobil mewah yang dibelinya, dengan nama sopirnya bernama Daryono.
Orang seperti Akil Mochtar rupanya lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan. Dengan cara itu, Ia memang bisa menutupi kebohongannya kepada orang lain, tetapi sebenarnya ia tidak mungkin bersembunyi dari Tuhan Yang Maha Tahu.
Momentum Idul Adha merupakan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Lebih dari sekadar pengurbanan sapi atau kambing yang biasa kita lakukan pada perayaan Idul Adha, adalah kemauan kita untuk mengurbankan nafsu keserakahan yang ada pada diri kita.
Berbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini, pangkal persoalannya terletak pada keserakahan. Kita telah berubah menjadi bangsa yang mendambakan kebendaan dan sepertinya kit tidak pernah ada puasnya untuk mengumpulkan harta kekayaan itu.
Tidak usah heran apabila yang kemudian muncul adalah ketamakan. Bagaimana tidak kalau seorang pejabat negara seperti Kepala Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas yang mendapatkan gaji sampai Rp 250 juta per bulan, masih merasa bahwa pendapatannya kurang. Ia masih juga mau menerima sogokan hanya demi mengejar kekayaan yang semakin menggunung.
Padahal Para Pendiri Bangsa ini rela mengorbankan kehidupan yang lebih baik hanya demi Indonesia Merdeka. Kalau Bung Hatta hanya sekadar mencari kekayaan pribadi, maka pasti ia akan memilih hidup di Belanda setelah menyelesaikan sekolahnya di sana. Namun Bung Hatta memilih pulang dan hidup bersahaja, karena ia ingin melihat bangsanya hidup dalam kemerdekaan.
Mengapa cita-cita kemerdekaan yang begitu mulia dikhianati oleh para penerusnya. Para pejabat negara sekarang ini bukan berlomba-lomba menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya, tetapi justru cepat-cepat mengeruk kekayaan untuk kantongnya sendiri-sendiri.
Kalau Bapak Bangsa mau berkorban kepada negerinya, maka mereka sebenarnya mengikuti jejak Nabi Ibrahim untuk berkurban kepada Sang Maha Pencipta. Itulah esensi yang harus bisa kita jalankan ketika merayakan Idul Adha. Semangat berkurban harus lebih diutamakan daripada kerakusan untuk memperkaya diri sendiri.
Selamat Idul Adha. Selamat Idul Kurban. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang berakhlak mulia seperti halnya Nabi Ibrahim yang begitu patuh kepada Yang Maha Kuasa.
0
1.1K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan