- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Grup Band "Parodi" Indonesia Dari Masa ke Masa


TS
longtripz
Grup Band "Parodi" Indonesia Dari Masa ke Masa




+++++
Dunia hiburan musik tanah air memang terus berkembang, dan tak henti-hentinya menghasilkan talenta baru baik dalam format solo maupun dalam format grup band. Diantara sekian banyak grup band yang telah malang melintang di dunia industri musik Indonesia adalah "grup band parodi" atau bagi sebagian orang disebut juga sebagai grup band yg menelurkan karya-karya plesetan dengan gaya bermusik serta lirik yang lucu.

Sebelumnya simak definisi dari parodi sendiri menurut wikipedia, cekidot gan :
Quote:
"Parodi, dalam penggunaan yang umum, artinya adalah suatu hasil karya yang digunakan untuk memelesetkan, memberikan komentar atas karya asli, judulnya ataupun tentang pengarangnya dengan cara yang lucu atau dengan bahasa satire".
SUMBER 1
SUMBER 1
Langsung aja gan, berikut ini adalah daftar grup band parodi yang ada di Indonesia dari masa ke masa :
Quote:
1. Pancaran Sinar Petromak (PSP) | 1970-an

Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (disingkat OM PSP) adalah grup musik dangdut humor asal Indonesia yang popular pada paruh akhir dekade 1970-an, terutama di kalangan mahasiswa. Grup musik ini seringkali tampil bersama-sama dengan Warkop pada masa jayanya. Selain sering memainkan dan memelesetkan lagu-lagu dangdut popular tahun 1960-an dan 1970-an (misalnya Siksa Kubur atau Seia Sekata), mereka juga dikenal dari lagu-lagu yang diciptakan sendiri, seperti Fatime dan Drakula. OM PSP dapat dianggap pelopor dangdut humor, subgenre yang masih disukai hingga sekarang.
Para personel OM PSP diantaranya adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berkampus di Rawamangun, Jakarta. OM PSP yang terdiri atas Ade Anwar, Monos, Omen, Rizali Indrakesumah, Dindin, Aditya, Andra Ramadan Muluk, James R Lapian serta bintang tamu Edwin Hudioro
Kepopuleran mereka diperkuat setelah kerap tampil bersama Warkop dalam program Warung Kopi di Radio Prambors, yang pada saat itu sangat disukai kalangan remaja dan mahasiswa Jakarta. Debut mereka pertamakali tampil di TVRI pada peringatan ulang-tahun TVRI pada tahun 1978. Setelah itu, mereka tampil dalam beberapa film yang juga lumayan sukses di pasaran. Hanya saja, kekuatan mereka adalah pada aransemen musik yang khas dan celotehan lirik lagu yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat. Ketika mereka memplesetkan lagu rakyat Skotlandia My Bonnie dengan irama Melayu, sangat jelas kelihatan proses kreatifnya yang amat tinggi, begitu pula saat mereka menyanyikan salah-satu lagu hits kelompok musik The Beatles (Can't Buy Me Love). Proses kreatif itu yang menjadikan karya-karya mereka sulit ditandingi oleh grup-grup serupa yang muncul pada kurun tahun belakangan.
Dalam penampilannya di layar kaca TVRI pada tahun 1978 itu, PSP manggung bersama Dono, Kasino, Indro (Warkop) dan Nanu. Nanu inilah yang dikenal karena lagu Cubit-Cubitan-nya yang berlogat Batak, padahal Nanu berasal dari Jawa Tengah. Munculnya, grup OM PSP ini akan sangat bagus jika dikontekstualisasikan pada zaman ketika pergerakan mahasiswa 77/78 memperoleh momentumnya. Pada saat itu, gerakan mahasiswa sedang gencar mengkritik berbagai ketimpangan sosial. Rojali, salah-satu personel grup PSP berhasil dengan bagus memotret ketimpangan itu dalam lagu Duta Merlin. Lagu yang ringan, yang menunjukkan kesenjangan sosial dan dimulainya era kapitalisasi spasio-stemporal di Jakarta pada lokasi-lokasi tertentu.
SUMBER 2

Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (disingkat OM PSP) adalah grup musik dangdut humor asal Indonesia yang popular pada paruh akhir dekade 1970-an, terutama di kalangan mahasiswa. Grup musik ini seringkali tampil bersama-sama dengan Warkop pada masa jayanya. Selain sering memainkan dan memelesetkan lagu-lagu dangdut popular tahun 1960-an dan 1970-an (misalnya Siksa Kubur atau Seia Sekata), mereka juga dikenal dari lagu-lagu yang diciptakan sendiri, seperti Fatime dan Drakula. OM PSP dapat dianggap pelopor dangdut humor, subgenre yang masih disukai hingga sekarang.
Para personel OM PSP diantaranya adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berkampus di Rawamangun, Jakarta. OM PSP yang terdiri atas Ade Anwar, Monos, Omen, Rizali Indrakesumah, Dindin, Aditya, Andra Ramadan Muluk, James R Lapian serta bintang tamu Edwin Hudioro
Kepopuleran mereka diperkuat setelah kerap tampil bersama Warkop dalam program Warung Kopi di Radio Prambors, yang pada saat itu sangat disukai kalangan remaja dan mahasiswa Jakarta. Debut mereka pertamakali tampil di TVRI pada peringatan ulang-tahun TVRI pada tahun 1978. Setelah itu, mereka tampil dalam beberapa film yang juga lumayan sukses di pasaran. Hanya saja, kekuatan mereka adalah pada aransemen musik yang khas dan celotehan lirik lagu yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat. Ketika mereka memplesetkan lagu rakyat Skotlandia My Bonnie dengan irama Melayu, sangat jelas kelihatan proses kreatifnya yang amat tinggi, begitu pula saat mereka menyanyikan salah-satu lagu hits kelompok musik The Beatles (Can't Buy Me Love). Proses kreatif itu yang menjadikan karya-karya mereka sulit ditandingi oleh grup-grup serupa yang muncul pada kurun tahun belakangan.
Dalam penampilannya di layar kaca TVRI pada tahun 1978 itu, PSP manggung bersama Dono, Kasino, Indro (Warkop) dan Nanu. Nanu inilah yang dikenal karena lagu Cubit-Cubitan-nya yang berlogat Batak, padahal Nanu berasal dari Jawa Tengah. Munculnya, grup OM PSP ini akan sangat bagus jika dikontekstualisasikan pada zaman ketika pergerakan mahasiswa 77/78 memperoleh momentumnya. Pada saat itu, gerakan mahasiswa sedang gencar mengkritik berbagai ketimpangan sosial. Rojali, salah-satu personel grup PSP berhasil dengan bagus memotret ketimpangan itu dalam lagu Duta Merlin. Lagu yang ringan, yang menunjukkan kesenjangan sosial dan dimulainya era kapitalisasi spasio-stemporal di Jakarta pada lokasi-lokasi tertentu.
SUMBER 2

Quote:
2. Warkop Prambors a.k.a Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro) | 1970-an

Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.
Ini album pertama Warung Kopi Prambors dengan kover secangkir kopi yang dirilis Pramaqua pada tahun 1979. Terdiri atas Nanu, Kasino, Dono dan Indro. Diangkat dari pertunjukan Warkop di Palembang pada tahun 1979 serta di studio Gelora Seni. Joke reading mendominasi isi kaset ini. Mereka terampil melempar folklorik etnik. Pramaqua memberi flatpay sebesar Rp 10 juta untuk Warkop. Jumlah yang besar jika dibandingkan saat Pramaqua membayar album perdana God Bless (1976) sebesar Rp 5 juta. Kaset ini laku sebanyak 260 ribu keping melampaui penjualan LCLR Prambors 1977 dan Badai pasti Berlalu.
SUMBER 3
SUMBER 3.1

Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.
Ini album pertama Warung Kopi Prambors dengan kover secangkir kopi yang dirilis Pramaqua pada tahun 1979. Terdiri atas Nanu, Kasino, Dono dan Indro. Diangkat dari pertunjukan Warkop di Palembang pada tahun 1979 serta di studio Gelora Seni. Joke reading mendominasi isi kaset ini. Mereka terampil melempar folklorik etnik. Pramaqua memberi flatpay sebesar Rp 10 juta untuk Warkop. Jumlah yang besar jika dibandingkan saat Pramaqua membayar album perdana God Bless (1976) sebesar Rp 5 juta. Kaset ini laku sebanyak 260 ribu keping melampaui penjualan LCLR Prambors 1977 dan Badai pasti Berlalu.
SUMBER 3
SUMBER 3.1

Quote:
3. Sastro Moenie | 1980-an

Grup band parodi yang bermarkas di Kota Pelajar, Jogjakarta. Grup ini muncul ke bumi pertama kali di era 80-an sebagai wadah penyaluran hasrat bermusik bagi anak-anak pencinta alam di lingkungan Fakultas Sastra UGM baik bagi anggota maupun para simpati- san. Pada perkembangan selanjutnya, kelompok musik ini selalu mengalami pergantian personel sebagai penyegaran yang diambil juga dari mahasiswa Fakultas Sastra UGM.
SASTRO MUNIE, berdiri pada tahun 1987 sebagai sarana penyaluran bakat mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (sekarang Fakultas Ilmu Budaya UGM) yang suka bermain musik. Pada awal berdirinya grup ini, mereka memakai nama SASTRO GAMBIR karena pada saat itu, mereka seperti menjadi orkes musik yang membawakan musik dan lagu Country di Stasiun kereta api Gambir, Jakarta. Grup musik ini hanya bermodalkan nekat saja untuk menjadi orkes musik di gerbong kereta dan stasiun Gambir. Tidak terbayangkan, sekumpulan mahasiswa Fakultas Sastra UGM berani melakukan hal-hal aneh seperti itu.
SUMBER 4

Grup band parodi yang bermarkas di Kota Pelajar, Jogjakarta. Grup ini muncul ke bumi pertama kali di era 80-an sebagai wadah penyaluran hasrat bermusik bagi anak-anak pencinta alam di lingkungan Fakultas Sastra UGM baik bagi anggota maupun para simpati- san. Pada perkembangan selanjutnya, kelompok musik ini selalu mengalami pergantian personel sebagai penyegaran yang diambil juga dari mahasiswa Fakultas Sastra UGM.
SASTRO MUNIE, berdiri pada tahun 1987 sebagai sarana penyaluran bakat mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (sekarang Fakultas Ilmu Budaya UGM) yang suka bermain musik. Pada awal berdirinya grup ini, mereka memakai nama SASTRO GAMBIR karena pada saat itu, mereka seperti menjadi orkes musik yang membawakan musik dan lagu Country di Stasiun kereta api Gambir, Jakarta. Grup musik ini hanya bermodalkan nekat saja untuk menjadi orkes musik di gerbong kereta dan stasiun Gambir. Tidak terbayangkan, sekumpulan mahasiswa Fakultas Sastra UGM berani melakukan hal-hal aneh seperti itu.
SUMBER 4

Quote:
4. Pengantar Minum Racun (PMR) | 1980-an*tambahan dari agan @one24

Orkes Madun Pengantar Minum Racun atau PMR adalah kelompok musik dangdut asal Indonesia yang terkenal pada akhir tahun 80-an. Mereka terdiri dari Jhonny Iskandar (vokalis), Boedi Padukone (gitar), Yuri Mahippal (mandolin + cuk), Imma Maranaan (bass), Ajie Cetti Bahadur Syah (perkusi), Harri "Muke Kapur" (mini drum), dengan pimpinan Jhonny Iskandar yang juga dikenal dengan nama aliasnya Jhonny Madu Mati Kutu. Jhonny Iskandar lebih banyak dikenal oleh masyarakat karena penampilan khasnya yang selalu nyentrik dengan kaca mata berantainya.
Mereka membawakan lagu-lagu yang berlirik humor seperti Judul-judulan dan Bintangku Bintangmu, dan lain-lain. PMR banyak memasukkan unsur humor, maka dari itu PMR tidak salah jika disebut Dangdut Komedi. Aspek komedi ini pula yang membuat mereka mempelesetkan singkatan OM dari Orkes Melayu menjadi Orkes Madun. Mereka juga merupakan salah satu pelopor genre ini di samping OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Jejak mereka juga banyak diikuti oleh band-band zaman sekarang ini seperti Pemuda Harapan Bangsa (PHB), Kornchonk Chaos, dll.
SUMBER 5

Quote:
5. Padhyangan a.k.a Project.P | 1990-an

Padhyangan atau yang lebih akrab dikenal dengan P-Project atau Project-P adalah kelompok komedi asal Bandung yang dibentuk oleh mahasiswa dua perguruan tinggi Universitas Padjajaran dan Universitas Katolik Parahyangan pada tanggal 4 Desember 1982. Nama Padhyangan diambil dari kedua almamater tersebut. Kelompok ini didirikan sebagai wadah untuk menyalurkan bakat dan ide-ide gila anggota-anggotanya terutama dalam bidang seni. Seni panggung yang ditampilkan Padhyangan adalah sejenis drama komedi yang mengandalkan musik untuk menyampaikan ceritanya yang dikenal dengan istilah 'kabaret'.
Anggota kelompok ini dari tahun ke tahun datang dan pergi, karena memang tidak ada aturan yang jelas untuk jadi anggota selain sebagai seorang mahasiswa atau mahasiswi. Beberapa personel tetap memperkuat sekaligus menjadi tulang punggung organisasi tersebut, seperti Iszur Muchtar dan Denny Chandra, yang mulai aktif di Padhyangan sejak tahun 1984, disusul Daan Aria, Joe P Project, dan Iang Darmawan, serta Wawan Hanura yang mulai aktif tahun 1986.
Padhayangan melakukan pertunjukan komersial pertama kali pada tahun 1986 di berbagai kota di Jawa Barat. Acaranya diselenggarakan oleh sebuah radio swasta di Bandung. Pada dekade 1988 hingga 1993, keenam anggota tetap tersebut juga mulai aktif sebagai penyiar acara humor, di Radio Oz Bandung setiap Rabu malam. Acara yang pernah mereka buat adalah "Gelak Gelitik OzG" dan "OZSerba" (OZ Serba Ada).
Setelah Denden Hermann bergabung pada tahun 1994, mereka pun memberanikan diri membuat album rekaman lagu-lagu komedi plesetan alias parodi. Seiring dengan kesuksesan album tersebut, mereka kemudian tampil -untuk pertama kalinya- dalam acara komedi reguler di SCTV yang diberi nama Project-P. Dari situlah mereka kian dikenal di dunia hiburan, khususnya dalam bidang komedi. Gaya komedi mereka biasanya adalah parodi dari seni populer seperti film atau lagu terkenal, campuran antara Monty Python dan "Weird Al" Yankovic.
Seiring kesuksesan Project-P di SCTV dan album lagu parodi mereka yang laris, perbedaan persepsi pun menghampiri. Sebagian besar anggota Padhyangan, Iszur Muchtar, Denny Chandra, Daan Aria, Joehana, Tika Panggabean, Iang Darmawan, Wawan Hanura dan lain-lain, sepakat mengembangkan bakat mereka ke bidang hiburan yang lebih profesional. Maka mereka berpisah pun memutuskan berpisah.
Setelah perpecahan, anggota yang ingin mengembangkan karier di dunia hiburan membentuk P-Project pada 4 Desember 1994. Untuk tetap mempertahankan eksistensinya di dunia hiburan khususnya di bidang komedi, sejak dini P-Project telah melakukan regenerasi dengan membuat sebuah kelompok yang diberi nama Project Pop. Kelompok ini memiliki 7 orang personel inti yang terdiri dari Kartika Rachel Panggabean (Tika), Djoni Permato (Udjo), Hermann Josis Mokalu (Yossi), Gumilar Nurohman (Gugum), Hilman Mutasi (Hilman), Muhammad Fachroni (Oon), dan W Rudi Astadi (Odie).
SUMBER 6

Padhyangan atau yang lebih akrab dikenal dengan P-Project atau Project-P adalah kelompok komedi asal Bandung yang dibentuk oleh mahasiswa dua perguruan tinggi Universitas Padjajaran dan Universitas Katolik Parahyangan pada tanggal 4 Desember 1982. Nama Padhyangan diambil dari kedua almamater tersebut. Kelompok ini didirikan sebagai wadah untuk menyalurkan bakat dan ide-ide gila anggota-anggotanya terutama dalam bidang seni. Seni panggung yang ditampilkan Padhyangan adalah sejenis drama komedi yang mengandalkan musik untuk menyampaikan ceritanya yang dikenal dengan istilah 'kabaret'.
Anggota kelompok ini dari tahun ke tahun datang dan pergi, karena memang tidak ada aturan yang jelas untuk jadi anggota selain sebagai seorang mahasiswa atau mahasiswi. Beberapa personel tetap memperkuat sekaligus menjadi tulang punggung organisasi tersebut, seperti Iszur Muchtar dan Denny Chandra, yang mulai aktif di Padhyangan sejak tahun 1984, disusul Daan Aria, Joe P Project, dan Iang Darmawan, serta Wawan Hanura yang mulai aktif tahun 1986.
Padhayangan melakukan pertunjukan komersial pertama kali pada tahun 1986 di berbagai kota di Jawa Barat. Acaranya diselenggarakan oleh sebuah radio swasta di Bandung. Pada dekade 1988 hingga 1993, keenam anggota tetap tersebut juga mulai aktif sebagai penyiar acara humor, di Radio Oz Bandung setiap Rabu malam. Acara yang pernah mereka buat adalah "Gelak Gelitik OzG" dan "OZSerba" (OZ Serba Ada).
Setelah Denden Hermann bergabung pada tahun 1994, mereka pun memberanikan diri membuat album rekaman lagu-lagu komedi plesetan alias parodi. Seiring dengan kesuksesan album tersebut, mereka kemudian tampil -untuk pertama kalinya- dalam acara komedi reguler di SCTV yang diberi nama Project-P. Dari situlah mereka kian dikenal di dunia hiburan, khususnya dalam bidang komedi. Gaya komedi mereka biasanya adalah parodi dari seni populer seperti film atau lagu terkenal, campuran antara Monty Python dan "Weird Al" Yankovic.
Seiring kesuksesan Project-P di SCTV dan album lagu parodi mereka yang laris, perbedaan persepsi pun menghampiri. Sebagian besar anggota Padhyangan, Iszur Muchtar, Denny Chandra, Daan Aria, Joehana, Tika Panggabean, Iang Darmawan, Wawan Hanura dan lain-lain, sepakat mengembangkan bakat mereka ke bidang hiburan yang lebih profesional. Maka mereka berpisah pun memutuskan berpisah.
Setelah perpecahan, anggota yang ingin mengembangkan karier di dunia hiburan membentuk P-Project pada 4 Desember 1994. Untuk tetap mempertahankan eksistensinya di dunia hiburan khususnya di bidang komedi, sejak dini P-Project telah melakukan regenerasi dengan membuat sebuah kelompok yang diberi nama Project Pop. Kelompok ini memiliki 7 orang personel inti yang terdiri dari Kartika Rachel Panggabean (Tika), Djoni Permato (Udjo), Hermann Josis Mokalu (Yossi), Gumilar Nurohman (Gugum), Hilman Mutasi (Hilman), Muhammad Fachroni (Oon), dan W Rudi Astadi (Odie).
SUMBER 6

Quote:
6. Superbejo (Edwin & Jodhy) | 1990-an

Sebuah band yang didirikan oleh Edwin dan Jody pada tahun 1996 dengan hit single ‘Gue Ingin’. Icon Edwin dan Jody melekat begitu kuat pada Super Bejo, sehingga band ini selalu identik dengan dua sosok entertainer tersebut.
Nama Super Bejo sendiri awalnya berasal dari Ejo (Edwin Jody), dan kebetulan saat proses rekaman di Studio Hijau (studio Anang/Kridayanti), mereka mendapat ide dan masukan untuk mengubah nama Ejo menjadi Bejo, karena selain lebih mudah diingat juga mempunyai filosofi tambahan, karena Bejo dalam bahasa jawa artinya Beruntung. Selain itu Bejo juga bisa menjadi singkatan dari Band Edwin Jody. Namun nama Bejo sebagai nama band dirasa masih terlalu umum atau kurang ‘ear catchy’, maka ditambahkanlah kata Super yang bisa juga diartikan sebagai Suara Perdana, lengkaplah Suara Perdana Band Edwin Jodi atau yang sekarang sering kita dengar sebagai SUPER BEJO.
Sempat vakum dari dunia tarik suara beberapa tahun, tidak menyurutkan semangat Super Bejo untuk kembali eksis di panggung musik tanah air. Di tengah kesibukan Edwin dan Jody, mereka tetap meluangkan waktu demi bisa kembali bermusik. Kali ini mereka menawarkan sesuatu yang fresh dengan konsep ‘look’ yang lebih cerah. Bersama Multiswara Label & Artist Management, mereka merilis sebuah single yang berjudul ‘Kapan kimpoi’. Dalam single ini Super Bejo tidak hanya mengandalkan lagu atau audio, tetapi mereka mencoba menawarkan satu paket lengkap entertainment, musik ringan, lyric yang kocak dan dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat kita, easy listening, sing a long dipadu dengan visual yang sarat dengan unsur komedi sehingga sangat mengena dan menghibur.
Konsep yang mengedepankan audio dan visual ini diharapkan menjadi suatu kekuatan tersendiri bagi mereka untuk kembali terjun ke blantika musik tanah air.
SUMBER 7

Sebuah band yang didirikan oleh Edwin dan Jody pada tahun 1996 dengan hit single ‘Gue Ingin’. Icon Edwin dan Jody melekat begitu kuat pada Super Bejo, sehingga band ini selalu identik dengan dua sosok entertainer tersebut.
Nama Super Bejo sendiri awalnya berasal dari Ejo (Edwin Jody), dan kebetulan saat proses rekaman di Studio Hijau (studio Anang/Kridayanti), mereka mendapat ide dan masukan untuk mengubah nama Ejo menjadi Bejo, karena selain lebih mudah diingat juga mempunyai filosofi tambahan, karena Bejo dalam bahasa jawa artinya Beruntung. Selain itu Bejo juga bisa menjadi singkatan dari Band Edwin Jody. Namun nama Bejo sebagai nama band dirasa masih terlalu umum atau kurang ‘ear catchy’, maka ditambahkanlah kata Super yang bisa juga diartikan sebagai Suara Perdana, lengkaplah Suara Perdana Band Edwin Jodi atau yang sekarang sering kita dengar sebagai SUPER BEJO.
Sempat vakum dari dunia tarik suara beberapa tahun, tidak menyurutkan semangat Super Bejo untuk kembali eksis di panggung musik tanah air. Di tengah kesibukan Edwin dan Jody, mereka tetap meluangkan waktu demi bisa kembali bermusik. Kali ini mereka menawarkan sesuatu yang fresh dengan konsep ‘look’ yang lebih cerah. Bersama Multiswara Label & Artist Management, mereka merilis sebuah single yang berjudul ‘Kapan kimpoi’. Dalam single ini Super Bejo tidak hanya mengandalkan lagu atau audio, tetapi mereka mencoba menawarkan satu paket lengkap entertainment, musik ringan, lyric yang kocak dan dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat kita, easy listening, sing a long dipadu dengan visual yang sarat dengan unsur komedi sehingga sangat mengena dan menghibur.
Konsep yang mengedepankan audio dan visual ini diharapkan menjadi suatu kekuatan tersendiri bagi mereka untuk kembali terjun ke blantika musik tanah air.
SUMBER 7

Quote:
7. Teamlo | 2000-an

Teamlo atau Team-lo (singkatan dari Tim Humor Solo) adalah grup band asal Solo yang menggabungkan musik dan lawak. Nama ini adalah plesetan dari timlo, makanan khas kota Solo. Personel dari band ini antara lain Wawan Bakwan (nama asli: Hermawan Yulianto, vokal), Pangsit Anjasmara (Abdul Basyid, vokal), Benjovi (Giarto, vokal), Bobby Messakh (Muh. Ardhi Wibowo, gitar), Dondot Kembung (Eri Tribudiarto, bass), dan Avis Sukaesih (Ibnu Sina, drum).
Band ini dibentuk pada tahun 1997, dengan nama awal Suku Apakah (pleseten dari Suku Apache) yang personelnya gabungan mahasiswa Universitas Sebelas Maret dan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Berawal dari pentas di panggung-panggung kecil seperti sunatan, 17-an, ulang tahun, dan lain-lain, mereka mulai tampil di televisi pada tahun 2000. Nama mereka semakin melambung pada tahun 2003, saat mereka menjadi bintang tamu di acara API di stasiun televisi TPI[1][2]. Namun pada 2009, Ade, Kudil, Argo Jimmy bergabung dengan Teamlo untuk mengisi kekosongan vokalis Teamlo setelah ditinggal Pangsit dan Benjo.
SUMBER 8

Teamlo atau Team-lo (singkatan dari Tim Humor Solo) adalah grup band asal Solo yang menggabungkan musik dan lawak. Nama ini adalah plesetan dari timlo, makanan khas kota Solo. Personel dari band ini antara lain Wawan Bakwan (nama asli: Hermawan Yulianto, vokal), Pangsit Anjasmara (Abdul Basyid, vokal), Benjovi (Giarto, vokal), Bobby Messakh (Muh. Ardhi Wibowo, gitar), Dondot Kembung (Eri Tribudiarto, bass), dan Avis Sukaesih (Ibnu Sina, drum).
Band ini dibentuk pada tahun 1997, dengan nama awal Suku Apakah (pleseten dari Suku Apache) yang personelnya gabungan mahasiswa Universitas Sebelas Maret dan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Berawal dari pentas di panggung-panggung kecil seperti sunatan, 17-an, ulang tahun, dan lain-lain, mereka mulai tampil di televisi pada tahun 2000. Nama mereka semakin melambung pada tahun 2003, saat mereka menjadi bintang tamu di acara API di stasiun televisi TPI[1][2]. Namun pada 2009, Ade, Kudil, Argo Jimmy bergabung dengan Teamlo untuk mengisi kekosongan vokalis Teamlo setelah ditinggal Pangsit dan Benjo.
SUMBER 8

PS: Menurut ane mereka orang2 yg kreatif gan..Setelah era kemunculan mereka, kini sudah jarang terdengar grup band parodi di Inonesia yang hebat2..jadi proses regenerasinya terbilang lamban.
Sumber:Dirangkum dari berbagai sumber baik audio maupun visual
Spoiler for Minta:

Spoiler for Tambahan Kaskuser:
Quote:
Original Posted By bluzka►tambahin gan
1. Serempet Gudal (Semarang)
2. The Produk Gagal (Yogjakarta)
pejwan kalau berkenan
1. Serempet Gudal (Semarang)
2. The Produk Gagal (Yogjakarta)
pejwan kalau berkenan


"Salam Hangat Para SR (Silent Reader) & Warga Kaskus Dimanapun Berada"
"Salam Hormat Para Sesepuh Kaskuser"
"Semoga Bermanfaat"
"Salam Hormat Para Sesepuh Kaskuser"
"Semoga Bermanfaat"

Diubah oleh longtripz 24-10-2013 13:15
0
32.4K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan