Kaskus

News

dwierossAvatar border
TS
dwieross
Cocoklogi Science
Grup ini adalah grup parodi cerdas yang mencoba mencocok-cocokan segala fenomena dari sudut pandang science.

Cocoklogi sendiri secara harfiah adalah suatu kegiatan mengutak-ngatik suatu fenomena untuk mendapatkan "pattern" atau keterhubungan.

Cocoklogi masuk ke dalam ranah pseudoscience atau ilmu semu, dimana cocoklogi sebagai sebuah ilmu merupakan "efek samping" dari mainstream science selama ini.

Aturan posting :
1. Tidak membahas SARA, karena disini adalah perkumpulan pejuang kebebasan berpendapat yang menjunjung tinggi kehormatan orang lain.
2. Mengedepankan kecocokan dalam setiap postingan, karena di grup ini. Kecocokan levelnya lebih tinggi dibanding kebenaran.
3. Dilarang berkomentar kasar dan diskriminatif, pembahasan agama dipersilahkan, tapi seputar ketuhanan bukan tatacara/ritual atau kepercayaan hakiki dari pemeluk agama.
4. Secara garis besar, anggap grup ini sebagai sebuah coffe shop, dimana tempat untuk berkreasi, melepaskan kepenatan hidup, dan bersosialisasi dengan sesama manusia.

"Bener nggak bener yang penting cocok"

Tulisan Perjalanan Masonic Tour
Oleh Handy Fernandy pada 30 September 2013 pukul 9:23
Oleh : Handy Fernandy
Editor : Subhan N Haque

Buat yang tidak ikut kunjungan Masonic Tour tidak perlu khawatir, saya akan tulis lengkap kisah perjalanan dari Masonic Tour sekaligus kopdar anggota Group Cocoklogy Science. Sebelum membicarakan tour ada baiknya kita membicarakan alasan terbentuknya Group Cocoklogy Science di Facebook secara sekilas.

Group Cocoklogi Science lahir tak sengaja atas usul salah satu adminnya yaitu Ranggi Ragatha yang kemudian diamini oleh Prawiro Sudirjo menanggapi banyaknya Jupel (juru pelihara) situs budaya yang terkadang mencocokan kisah tentang situs yang mereka jaga dengan mitos tertentu atau bahkan dengan agama tertentu yang tiadak ada kaitannya sama sekali dengan situs tersebut, tentu saja hal ini dapat mengaburkan sejarah yang sesungguhnya.

Alasan lainnya adalah maraknya teori yang berkembang mengenai sejarah dan budaya yang jauh dari penjelasan science mainstream dan mengarah pada klenik dan tahayul, namun jauh lebih dipercaya oleh masyarakat tanpa pernah ada usaha untuk melakukan cek dan re-cek kembali terhadap teori-teori yang berkembang tersebut.

Group diskusi ini mencoba menghadirkan ilmu cocok-cocokan tersebut yang lebih sering di sebut sebagai cocoklogy dengan nuansa parodi dan humor, namun tentunya tidak mengurangi rasa keinginan-tahuan para membernya untuk mencoba menelusuri beragam teori cocoklogy yang berkembang dimasyarakat sehingga bisa ditemukan benang merah yang sesungguhnya, jikapun tidak, setidaknya bisa menghadirkan nuansa yang berbeda sehingga bisa menikmati teori-teori tersebut dengan lebih ringan dan lebih fun/menyenangkan.

Masonic Tour merupakan acara pertama yang diselenggarakan oleh Group Cocoklogy Science yang sifatnya serius tapi santai, tujuan pertama kami adalah menyambangi tempat-tempat atau bangunan-bangunan bersejarah di Jakarta yang menjadi simbol keberadaan gerakan Illuminati atau Freemasonry khususnya di Indonesia, belum adanya bukti kongkrit yang bisa di jadikan barang bukti bahwa pergerakan tersebua ada secara nyata dan memberikan pengaruh terhadap tatanan budaya bernegara di Indonesia, akan tetapi cukup menarik untuk ditelaah lebih dalam karena bukti-bukti yang ada terlalu sayang untuk diabaikan.

Saya (Handy Fernandy) beserta 6 orang lainnya antara lain Prawiro Sudirjo, Subhan N’ Haque, Riska Maria, Sony Milch dan Chris Karras memulai perjalanan dari Stasiun Tanah Abang, tujuan pertama adalah adalah Museum Taman Prasasti, ditempat merupakan salah satu kompleks pemakaman modern tertua di dunia, pada prasasti di komplek pemakaman ini terdapat banyak simbol-simbol paganisme yang erat hubungannya dengan keberadaan gerakan Illuminati / Freemasonry antara lain simbol Eye of Horus, Penggaris dan Jangka, Fleur de Lis, Ouroboros, Salib Templar, Bintang Daud, Obelisk. Di komplek pemakaman ini pula ada beberapa nama besar yang dikuburkan disini antara lain Olivia Marianne Raffles (istri Raffles), Dr. H. F. Roll (pendiri STOVIA), Dr. J. L. A. Brandes (pakar sejarah budaya hindu jawa), Soe Hoek Gie, J. H. R. Kohler (Mayjen Yahudi Belanda yg ditembak sniper belia di Aceh).

Setelah sampai kami terkejut bukan kepalang karena kondisi museum yang memprihatinkan, ada kegiatan renovasi yang terlihat asal-asalan, tumpukan marmer-marmer nisan yang sudah tak beraturan bentuknya, kondisi beberapa makan yang hancur, dan yang membuat kami meringis adalah para pekerja yang di tugasi untuk merenovasi sepertinya tidak tertarik untuk menjaga kondisi peninggalan belanda, bahkan ada kejadian yang membuat saya kesal ketika mereka memindahkan patung dengan gerobak yang biasanya di pakai untuk mendorong aqua galon di pakai untuk memindahkan patung tanpa memperhitungkan keselamatan dari kondisi patung-patung yang berharga dan penuh dengan nilai sejarah tersebut.

Dari beberapa kepingan nisan yg hancur, kami menemukan nisan dari Pieter Leendert Brocx yang lahir di Ambon 30 Nov 1844 dan meninggal di Jakarta 12 Juni 1890 dengan jabatannya adalah Captain Quartermaster at the Army Administration dan jabatan di FREEMASON-nya adalah MASTER di LOJI BINTANG TIMUR (Adhuc Stat) di MENTENG JAKPUS yang sekarang jadi Gedung BAPPENAS.
Setelah berkeliling dan melakukan pengambilan gambar dibeberapa makam yang kami duga merupakan makam dari anggota pergerakan freemasonry di Indonesia, perjalanan kami lanjut menuju Museum Nasional yang sedang heboh karena salah ada beberapa benda berharga dari koleksinya yang hilang, disana kami tak menemukan apaun yang berkaitan dengan simbol paganisme dan freemasonry karena bagian museum yang menyimpan arca, patung, relief dan lain-lain baik itu peninggalan kerajaan-kerajaan nusantara maupun peninggalan belanda ditutup, hanya bagian peninggalan budaya yang berupa perkakas kuno yang dibuka untuk umum, sedikit kecewa namun mungkin hanya waktunya saja yang tidak tepat.

Terakhir perjalanan kita di tutup di Monas yang dalam teory konspirasi dianggap sebagai salah satu simbol paganisme karena merupakan jelmaan dari Obelisk sebagai symbol “male” atau kejantanan, dan kebetulan di Lapangan Silang Monas sedang diadakan acara Jakarta International Performing Arts atau pentas seni, disana kami berbaur dengan pengunjung dan beristirahat sambil minum kopi sembari menikmati senja sore yang mulai menguning.

Akhir kata semoga perjalanan berikutnya akan lebih semarak dan masukan dari kami semoga ada tindakan serius untuk perbaikan Museum Taman Prasasti.Cocoklogi Science
0
14.8K
21
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan