Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kemalmahendraAvatar border
TS
kemalmahendra
Pesan Penting dari APEC
Perhelatan besar Kerja Ekonomi Asia Pasifik yang digelar di Bali berakhir sudah. Tujuh kesepakatan dirumuskan 21 pemimpin ekonomi APEC yang intinya mendorong perdagangan bebas untuk mencapai Tujuan Bogor 2020. Namun esensi yang lebih penting sebenarnya muncul bukan pada pertemuan para pemimpin APEC, tetapi justru pada APEC CEO Summit.

Dalam serangkaian diskusi yang diselenggarakan selama dua hari, kita mendapatkan pencerahan dari para pemimpin negara tentang masa depan yang harus dibangun. Menurut mereka, dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini, yang paling penting dilakukan setiap negara adalah mempersiapkan sumber daya manusia.

Persiapan sumber daya manusia pertama-tama adalah melalui pendidikan yang baik. Namun itu harus diikuti dengan pembentukan masyarakat yang sadar akan ilmu pengetahuan serta kemauan untuk memberikan perhatian kepada bidang riset dan pengembangan.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan bahwa proses belajar tidak boleh berhenti setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah. Proses belajar harus terus dilakukan karena tantangan yang kita hadapi terus berubah dan semakin berat.

Sikap itu, menurut BG Lee, ia tanamkan secara terus menerus kepada rakyat Singapura. Tidak boleh ada kata berhenti untuk belajar, kalau kita ingin menjadi masyarakat yang bisa dipandang oleh bangsa-bangsa lain dan bisa memanfaatkan era globalisasi.

Hal yang sama ditekankan oleh Presiden Cile Sebastian Pinera, Presiden Peru Ollanta Humala, dan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye. Pemerintahan mereka memberi perhatian khusus kepada pendidikan, terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan serta mendorong riset dan pengembangan.

Semua kekayaan sumber daya alam tidak pernah ada artinya apabila tidak ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan yang dilakukan harus bersifat inklusif dan berkelanjutan agar seluruh rakyat bisa merasakan kemajuan serta tidak ada kesenjangan di antara warga.

Presiden Pinera membandingkan antara Jamaika dan Korea Selatan. Meski sumber daya alam yang dimiliki kedua negara relatif sama, namun kemajuan yang diraih jauh berbeda. Faktor yang membedakan itu adalah manusianya.

Presiden Park mengatakan bahwa Korea sangat merasakan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi kunci kemajuan bangsa. Apalagi dengan ekonomi kreatif yang dikembangkan, ibaratnya tidak dikenal istilah "diminishing return", tetapi nilainya justru semakin berlipat ganda.

Park mencontohkan tarian "gangnam style" yang dikreasikan oleh artis Korea, Psy. Tarian itu menjadi mendunia dan semua orang kemudian menyukainya. Itulah yang memberi nilai tambah luar biasa bagi kemajuan Korea dan ibarat tidak pernah ada habisnya manfaat yang bisa dipetik dari ekonomi kreatif seperti itu.

Pesan-pesan itu sengaja kita angkat, karena kita cenderung tidak terlalu memedulikan faktor pembangunan manusia. Kemajuan pada kita cenderung hanya dilihat dari sekadar angka pertumbuhan ekonomi, ekspor dan impor, atau pengurangan angka kemiskinan.

Para pejabat kita sangat jarang menyentuh persoalan pembangunan manusia. Kita  selalu mengatakan pentingnya pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, tetapi faktor manusia cenderung hanya dilihat sebagai obyek, bukan subyek yang penting.

Dengan kondisi seperti itu tidak usah heran apabila masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat yang lebih berorientasi kepada kebendaan. Orientasi hidup kita cenderung hanya untuk menjadi kaya dan ukuran kaya itu hanya dilihat dari seberapa mewah rumah yang dimiliki atau seberapa banyak mobil yang dipunyai.

Kita pasti menyangkal kalau dikatakan tidak terlalu memedulikan pembangunan manusia. Namun maraknya praktik korupsi yang menghinggapi seluruh komponen bangsa menunjukkan bahwa kita alpa untuk melakukan pendidikan manusia yang berakhlak, berbudi pekerti, bermoralitas tinggi, memiliki sopan santun, disiplin, dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Selalu dikatakan bahwa penetapan 20 persen anggaran untuk pendidikan merupakan bukti bahwa kita sangat peduli pada pendidikan. Namun kita lupa bahwa kita tidak membangun masyarakat berilmu pengetahuan dan memperhatikan riset dan pengembangan. Akibatnya, nyaris tidak ada produk kita yang bisa dibanggakan dan ekonomi kita benar-benar hanya bertumpu kepada komoditas primer.

Kita perlu melakukan reorientasi dan koreksi total terhadap pembangunan yang kita lakukan sekarang ini. Pembangunan yang sekadar mengejar kepada pertumbuhan ekonomi, terbukti hanya melahirkan kesenjangan yang mengangga. Tanpa ada kesadaran untuk membangun masyarakat berilmu pengetahuan dan peduli terhadap riset dan pengembangan, maka kita akan menjadi negara tertinggal di dunia.


0
1K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan