goodiskonAvatar border
TS
goodiskon
DAHLAN DAN MOBIL BOKS
DAHLAN DAN MOBIL BOKS




dahlannSebelum ada cetak jarak jauh, distribusi koran Jawa Pos dikirim dari percetakan di Surabaya ke berbagai daerah di Jawa Timur. Suatu hari Dahlan Iskan berniat ke Madiun menjenguk ayahnya. Rupanya Dahlan tidak mau merepotkan sopir perusahaan yang biasa mengemudiakn mobil sedan kantor yang biasa dipakai Dahlan.

Malam hari ketika Jawa Pos sedang cetak, dia berpesan pada sopir ekspedisi jurusan Madiun. "Saya mau nunut ke Madiun besok pagi sekali bareng dengan kiriman koran", katanya.

Sebelum subuh, Dahlan sudah berada di lokasi mangkal truk boks pengangkut koran. Dia melihat kernet tengah asik membersihkan kabin dan jok dekat sopir. "Buat apa sampeyan bersihkan?" tanyanya. Asisten sopir itu menjawab, "Kan Pak Dahlan mau ke Madiun, Karena nanti duduk disini, ya saya bersihkan."

"Sudah nggak usah," kata Dahlan. " Sampeyan saja yang duduk dekat sopir. Sampeyan kan kerja. Biar saya yang dibelakang. Saya kan cuma numpang." Sopir mobil boks menghampiri kenek yang bingung dan bengong. Wah, bagaimana ini? Pak bos kok milih di boks kendaraan, di belakang, bercampur dengan tumpukan koran yang bau tinta cetak. Akhirnya, bagian belakang mobi boks itu tidak dikunci seperti biasanya. PIntu kendaraan itu dibuka sedikit, diikat tali pengikat koran, agar udara bisa keluar masuk dan tidak pengap.

Dahlan Iskan bisa tidur nyenyak di atas tumpuan koran dan tiba dengan selamat tidak kurang suatu apapun. Boleh jadi buat Dahlan, naik mobil boks itu sama enaknya dengan naik Jaguar L 1 JP warna hijau milik perusahaan.
Pada kesempatan lain, Dahlan kembali 'nunut' mobil boks ke arah Madiun. Sebelum tidur di boks belakang, Dahlan titip pesan ke sopir untuk berhenti di sebuah desa di wilayah Madiun.

Tiba di desa tersebut, sopir berhenti dan membangunkan Dahlan. Dahlan keluar sambil ngucek-ngucek mata. Masih mengantuk rupanya. Dia meloncat dari mobil, dan berlari menuju warung kecil yang menjual nasi pecel. Dahlan, sopir dan kenek makan pagi. Dia lalu memesan lima bungkus. Kini Dahlan duduk di samping sopir, sedangkan kenek pindah ke belakang.

Setiba di pinggir hutan jati, Dahlan menyuruh berhenti. Dia memegang bungkusan nasi pecel dan berlari ke arah hutan jati.
"Min, Sarimin!" teriaknya memecah pagi.

Tidak lama kemudian muncul laki-laki berbalut sarung.

"Eh, kowe toh, Lan. Dahlan....""Iyo, Wis Sarapan?" tanya Dahlan. "Durung..." "Iki kanggo sarapan..."
"Iyo, suwun yo Lan..." Empat bungkus nasi pecel lainnya diberikan kepada empat lelaki yang umurnya sebaya Dahlan. Mereka tinggal di desa pinggir hutan jati.

Konon kabarnya, mereka adalah teman-teman Dahlan Iskan semasa kecil, teman bermain sambil menggembala Kambing.
*dari buku "Uniknya Dahlan" M. Djupri-Noura Books

ambon
0
3K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan