JAKARTA _ Mantan pesaing Ratu Atut Chosiyah di Pemilukada Banten 2012, Jazuli Juwaini, mengungkapkan kebobrokan dinasti Atut selama berkuasa di Provinsi Banten. Atut bahkan melakukan praktik suap untuk pemenangan Pemilukada Banten.

"Masyarakat Banten karena faktor kemiskinan juga pragmatis. Karena lapar, mereka lebih mengedepankan money politic, ancaman lewat uang," kata Jazuli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (10/10/2013).

Tidak hanya itu, Atut juga disebut melakukan upaya penekanan terhadap pemilih dengan menggunakan kekuasaan yang dimiliki. Anehnya, kata Jazuli, masyarakat Banten bisa menerima dan menuruti perintah Atut itu.

"Dia menggerakkan birokrasi. Tekanan ada dua. Pertama, ancaman langsung; kedua, ancaman lewat uang. Yang itu harusnya tidak terjadi, tapi masyarakat juga, kenapa dia lebih memilih pragmatis, puluhan ribu," ucapnya.

Saat itu, setelah dikalahkan Atut, Jazuli sempat mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil Pemilukada Banten. Sayangnya, gugatan tersebut tidak dikabulkan oleh MK.

http://berita.plasa.msn.com/nasional/okezone/jazuli-atut-ancam-rakyat-banten-saat-pemilukada

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah mendalami sejumlah kasus suap yang diduga terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK). Dalam kasus Pilkada Lebak, Banten misalnya, KPK telah menetapkan Ketua MK nonaktif Akil Mochtar dan istri Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, Tubagus Chaeri Wardana sebagai tersangka.

Atas kasus itu, banyak pihak menduga, banyak lagi kasus pilkada di Banten yang terjadi kecurangan. Salah satunya, mantan calon Gubernur Banten dari PKS, Jazuli Juwaini yang mengaku pernah merasa heran dengan sengketa Pilgub Banten 2011 yang masuk ke MK.

Kala itu, tim sukses Jazuli sempat menggugat kemenangan Ratu Atut. Namun gugatan PKS, kata dia, ditolak oleh MK.

"Waktu itu gugatan kita cuma money politics dan pergerakan birokrasi," kata Jazuli di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (10/10).

Menurut dia, gugatan yang pihaknya layangkan kala itu sama halnya seperti yang terjadi pada Pilkada Lebak, Banten. Namun hasil di MK berbeda, dikatakan Jazuli, gugatan Amir Hamzah yang notabene politikus Golkar, dikabulkan MK sehingga harus ada pemungutan suara ulang di Lebak.

"Persis seperti Amir Hamzah, giliran Amir Hamzah kok bisa pemilu ulang," ucap dia heran.

Dia pun sangat prihatin dengan kasus di KPK yang melibatkan Akil Mochtar. Menurut dia, kasus ini layaknya perampokan demokrasi.

"Ini sama saja perampokan demokrasi dan kekuasaan. Yang seharusnya tidak menang, jadi menang. Yang menang jadi kalah, jadi kacau," terang anggota Komisi II DPR ini.

Karena itu, ia mendukung penuh jika KPK segera mengusut tuntas kasus suap yang terjadi di MK. "Bukan hanya di Banten, tindakan korupsi itu harus dilakukan harus ditindak tegas," pungkasnya.

Diketahui, sehari sebelum Akil Mochtar ditangkap, MK memutuskan Pilkada Lebak, diulang. MK juga merekomendasikan agar KPU, Bawaslu, KPU Provinsi Banten, Bawaslu Banten, dan KPU Kabupaten Lebak mengawasi pemungutan suara ulang.

MK juga memerintahkan seluruh pihak terkait melaporkan kepada Mahkamah pelaksanaan amar putusan ini dalam waktu paling lambat 90 hari sejak putusan.

Pasangan calon Bupati Lebak Amir Hamzah-Kasmin (Golkar) yang mengajukan gugatan hasil Pilkada Lebak ke MK. Mereka menuding pasangan yang dinyatakan menang yakni Iti Octavia-Ade Sumardi (Partai Demokrat) melakukan kecurangan. Pemohon menyerahkan 72 item bukti kecurangan ke MK.

http://m.merdeka.com/politik/giliran-mantan-cagub-banten-ikut-curigai-mk.html

Woi, Jazuli! Jangan lupa bayarin cicilan Toyota Prado yg lu jual ke Fathanah ye.